Serasa punya hutang botol plastik ke Bu Risma karena aku dan Dwi boleh naik Suroboyo Bus gratis, hehehe.
Jadi ceritanya, pada hari Rabu (9/5/2018) silam aku dan Dwi terdampar di Terminal Bus Purbaya alias Terminal Bungurasih. Dari sana, kami pingin pergi ke Stasiun Gubeng.
Daripada berlama-lama naik bus plus angkot, rencana awalnya sih mau ngorder Grab Car saja dari luar terminal. Tapi, pas lagi googling-googling, kok ya malah ketemu berita tentang Suroboyo Bus yang kabarnya baru April 2018 lalu diluncurkan.
Wah, bus baru nih! Jadi, bolehlah dicoba jajal! Kebetulan pula, pas tadi lewat depan Terminal Bungurasih, aku sempat lihat ada Suroboyo Bus yang warna bodinya merah menyala lagi mangkal.
Tapi ya ada tapinya! Kabarnya, ongkos Suroboyo Bus itu nggak pakai uang Rupiah, tapi pakai sampah plastik!
Weladalah....
Pada waktu itu, kami hanya sedia satu botol plastik bekas air minum ukuran 600 ml. Karena waktu itu juga di internet nggak ada informasi yang lebih rinci tentang sampah plastik yang jadi tiketnya Suroboyo Bus, jadi ya... dihampiri sajalah itu bus merah bagus yang lagi mangkal.
Daripada kebanyakan bingung di dalam terminal, nanti malah jadi santapan empuknya calo-calo bus ora kalap, hehehe.
SILAKAN DIBACA
Menukar Botol Plastik Bekas dengan Tiket Suroboyo Bus
Jadilah aku dan Dwi jalan ke gerbang masuk Terminal Purbaya yang bercabang dengan Jl. Letjen Sutoyo. Di sana ada satu Suroboyo Bus yang lagi mangkal dan dikelilingi oleh sejumlah mas-mas berparas muda yang memakai kaos berkerah bertuliskan DISHUB.
Dwi pun menjalin obrolan dengan salah satu mas-mas itu. Dari si mas didapatlah info, tiket naik Suroboyo Bus (untuk satu orang) bisa diperoleh dengan menukarkan sejumlah botol plastik bekas sebagai berikut:
- Botol plastik besar (1,5 liter) sebanyak 3 buah, atau
- Botol plastik sedang (600 ml) sebanyak 5 buah, atau
- Gelas plastik (240 ml) sebanyak 10 buah.
Bebas boleh botol plastik bekas merk minuman apa saja. Volume daya tampung botol plastiknya mau kurang-kurang sedikit atau lebih-lebih sedikit nggak apa-apa. Yang penting jelas wujudnya botol plastik besar, botol plastik sedang, atau gelas plastik. Gituh.
Setelah diberitahu sama si mas-mas, jelas dong satu botol plastik bekas air minum ukuran 600 ml yang kami bawa nggak cukup buat ditukar tiket naik Suroboyo Bus, hahaha.
Karena tahu begitu, awalnya kami mau balik ke rencana ngorder Grab Car saja. Tapi, si mas kemudian nanya-nanya, asal kami dari mana dan tujuannya mau ke mana. Dwi pun cerita kalau kami ini dari Jogja dan mau ke Stasiun Gubeng buat pulang ke Jogja. Ini juga baru tahu Suroboyo Bus beberapa menit yang lalu dari internet.
Mungkin karena raut wajahnya istri sudah memelas banget gitu , jadinya sama si mas kami disuruh bicara ke pak sopir Suroboyo Bus yang sedang istirahat. Diceritakanlah oleh Dwi hal yang sama ke pak sopir, terus… boleh deh naik Suroboyo Bus GRATIS sama beliau!
Alhamdulillah ya! Berkahnya tukang keluyuran kere! Hehehe.
Di Dalam Suroboyo Bus
Karena Suroboyo Bus-nya sedang dibersihkan, jadi kami harus menunggu beberapa saat sebelum dibolehkan masuk. Pintu masuk bus ada dua, dari sisi depan dan dari sisi tengah. Busnya didesain low entry, artinya tinggi pintu masuk bus sejajar dengan pedestrian, memudahkan bagi para lansia dan difabel.
Dalamnya Suroboyo Bus mirip seperti bus umum yang ada di Singapura dan Malaysia. Jumlah kursinya sedikit. Bagian belakang bus berundak-undak. Penumpang yang duduk di bagian belakang serasa duduk di tribun stadion.
Di beberapa tiang terdapat bel bertuliskan STOP yang bisa digunakan penumpang untuk memberi isyarat ke pak sopir supaya menepikan bus di halte. Jadi, nggak perlu lah teriak-teriak “KIRI PAK!” supaya busnya berhenti, hehehe.
Mirip seperti Trans Jakarta, Suroboyo Bus memiliki area khusus penumpang wanita. Bangku-bangku khusus penumpang wanita warnanya pink. Ada pula bangku berwarna merah khusus untuk penumpang difabel, lansia, atau ibu hamil. Sedangkan bagi penumpang umum dipersilakan duduk di bangku oranye. Letak bangku oranye ini ada banyak di bagian belakang bus.
Mirip juga seperti Trans Jakarta, beberapa saat sebelum bus berhenti di halte bakal terdengar pengumuman nama halte yang dilantunkan dari speaker. Jingle pengantar pengumuman ini adalah potongan melodi lagu “Rek Ayo Rek”. Alunan musik turut pula diperdengarkan selama perjalanan.
Untuk meningkatkan keamanan, di dalam bus terpasang sejumlah CCTV. Selain itu, disediakan juga tabung alat pemadam api sebagai alat pertolongan pertama apabila terjadi kebakaran di dalam bus.
Di dekat salah satu CCTV terpasang layar LCD yang menampilkan informasi waktu saat ini, nomor seri bus, trayek bus, dan halte terakhir. Selain itu, layar LCD juga menayangkan liputan kegiatan Pemerintah Kota Surabaya. Salah satunya adalah ketika Walikota Surabaya, Bu Risma, meresmikan Museum Teknologi Informasi pada November 2017.
Oh iya, Surabaya Bus itu kan juga salah satu idenya Bu Risma. Selain untuk mengurangi jumlah kendaraan bermotor pribadi di jalanan Kota Surabaya, juga untuk mengurangi jumlah sampah plastik.
Menurut mas pramugara yang menemani sepanjang perjalanan, katanya Suroboyo Bus bisa memuat sekitar 60-an penumpang. Saat ini armada yang tersedia baru 8 unit. Dua unit di antaranya bus cadangan. Suroboyo Bus beroperasi dari pukul 6 pagi sampai 10 malam.
Ada dua mas pramugara yang bertugas di dalam Suroboyo Bus. Satu mas pramugara merangkap tugas sebagai kondektur dan penerima botol plastik bekas. Mas pramugara satunya lagi berjaga di tengah bus, di dekat bak penampungan botol plastik bekas.
Setiap penumpang nanti diberikan selembar tiket yang dicetak langsung dari mesin yang dipegang mas pramugara. Tiket ini nanti dipindai lagi oleh mas pramugara sebelum penumpang turun dari bus. Aku waktu itu kelupaan menaruh tiket. Tapi, tetap dibolehkan turun sama mas pramugara, hehehe.
Halte Pemberhentian Suroboyo Bus
Saat ini Suroboyo Bus baru melayani satu trayek, yaitu pergi-pulang Terminal Bungurasih – Jembatan Merah. Halte pemberhentian rute Terminal Bungurasih – Jembatan Merah, berbeda dengan rute Jembatan Merah – Terminal Bungurasih. Lebih jelasnya adalah sebagai berikut:
Rute Terminal Bungurasih – Jembatan Merah
- Terminal Bungurasih
- Halte Dukuh Menanggal
- Halte Siwalankerto
- Halte Taman Pelangi
- Halte RS Bhayangkara
- Halte UBHARA
- Halte PUSVETMA
- Halte Ketintang
- Halte Joyoboyo
- Halte Perpustakaan BI
- Halte RS Darmo
- Halte Pandegiling
- Halte Basra
- Halte Kaliasin
- Halte Embong Malang
- Halte Blauran
- Halte Pringadi
- Halte Pasar Turi
- Halte Masjid Kemayoran
- Halte Indrapura
- Halte Rajawali
- Halte Jembatan Merah
Rute Jembatan Merah – Terminal Bungurasih
- Halte Jembatan Merah
- Halte Veteran
- Halte Tugu Pahlawan
- Halte Alun-Alun Contong
- Halte Siola
- Halte Tunjungan
- Halte Simpang Dukuh
- Halte Gubernur Suryo
- Halte Pangsud
- Halte Sono Kembang
- Halte Urip Sumoharjo
- Halte Santa Maria
- Halte Darmo
- Halte Marmoyo
- Halte Joyoboyo
- Halte RSAL
- Halte Margorejo
- Halte Wonocolo
- Halte UIN
- Halte Jemur Ngawinan
- Halte Siwalankerto
- Halte Kerto Menanggal
- Terminal Bungurasih
Suroboyo Bus nggak memiliki halte khusus seperti Trans Jakarta, Trans Jogja, dsb. Halte Suroboyo Bus menyatu dengan halte-halte bus kota Surabaya. Ada halte yang disertai bangunan pelindung, tapi nggak jarang hanya ditandai dengan rambu lalu lintas biru dengan ikon bus.
Sepanjang Perjalanan Naik Suroboyo Bus
Sepanjang perjalanan, Suroboyo Bus yang kami tumpangi beberapa kali berhenti di halte buat menaik-turunkan penumpang. Sebagian besar di antaranya bernasib sama seperti kami, yaitu kekurangan ongkos botol plastik bekas! Hahaha.
Sepertinya, karena Suroboyo Bus baru satu bulan diluncurkan, jadinya belum banyak warga yang tahu ongkos botol plastik bekas yang dibutuhkan. Walau begitu, berkat kebaikan hati pak sopir, penumpang yang kekurangan ongkos tetap diperbolehkan naik. Mungkin karena baru tahap sosialisasi ya?
Selain kami yang naik membawa tas ransel besar, pada waktu itu penumpang Suroboyo Bus yang mencolok adalah para anak kecil. Mereka naik ditemani orang tuanya. Dari ekspresi cerianya, mereka senang sekali melihat pemandangan jalan dari balik jendela bus.
“Ealaaah, nuruti kemauane bocah cilik kelambi abang iki kepingin naik bus nganti direwangi nangis-nangis,” kata salah satu ibu penumpang berlogat Jawa Timur sambil tertawa-tawa melihat anaknya yang kegirangan.
Wah, ternyata Suroboyo Bus bisa membawa kebahagiaan buat anak kecil ya? Betul-betul kebahagiaan yang sederhana sekali.
Eh, tentang kebahagiaan yang sederhana, aku jadi teringat dengan pemandangan di depan Kantor Walikota Surabaya setahun yang lalu.
SILAKAN DIBACA
Berhubung Suroboyo Bus nggak melewati Stasiun Gubeng, jadi aku dan Dwi turun di halte terdekat, yaitu Halte Kaliasin. Lokasi halte ini dekat banget sama Mal Tunjungan Plaza. Dari situ tinggal jalan kaki deh kira-kira 1,5 km lewat Jl. Gubernur Suryo disambung Jl. Pemuda untuk sampai ke Stasiun Gubeng.
Menurutku, Suroboyo Bus adalah suatu terobosan transportasi umum di Surabaya dan juga di Indonesia. Di mana lagi kan bisa naik bus “gratis” dengan hanya menukarkan botol plastik bekas? Hanya saja, semoga konsep menukar botol plastik bekas ini tetap bisa berjalan mengingat orang Indonesia belum terbiasa “mengoleksi” botol plastik bekas.
Lagipula, seandainya Suroboyo Bus berhenti beroperasi, nanti Surabaya nggak punya bus-bus umum yang nyaman seperti di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dsb dong?
Semoga besok-besok lagi bisa main ke Surabaya dan membayar hutang botol plastik bekas, hahaha.
NIMBRUNG DI SINI
jam 10 jgn jam 9 saya pulang jam 10 tanpa
bus Surabaya saya takut naik bis patas atau
bis lainnya apa lagi bemo
Matur nuwun mas info \"biaya karcis\" yang harus dibayar pakai botol kosong tersebut. Siap-siap cepak-cepak botol plastik kalau ke Surabaya besok.
Cuss ke Surabaya tumbas penthol.
Sampai sekarang belum kesampaian.
Enggak cuma asal meluncurkan bus kota baru, seperti di Bali dan Lombok yang gagal, heuheuheu.