Maw Mblusuk?

HALO PEMBACA!

Selamat nyasar di blog Maw Mblusuk? !

Di blog ini Pembaca bisa menemukan lokasi-lokasi unik seputar aktivitas blusukan-ku ke sana-sini. Eh, kalau ada kritik, saran, atau pesan bilang-bilang aku yah! Nuwun!

Cari Artikel

LANGGANAN YUK!

Dengan berlangganan, Anda akan senantiasa mendapatkan update artikel terbaru blog ini.


Bisa berlangganan melalui e-mail.

oleh FeedBurner

Atau melalui RSS Feed berikut.
feeds.feedburner.com/mblusuk
Minggu, 2 Desember 2018, 19:20 WIB

Seekor lebah terbang mendekat ketika aku memotret arca-arca di halaman Candi Tegowangi. Seakan ingin memancing perhatian, lebah itu hinggap di salah satu arca.

 

Seumur-umur memotret-motret di candi, baru kali ini ada lebah yang datang menyapa. Si lebah  nggak terbang ketika aku menyapanya balik bersama kamera. Jadilah dengan demikian aku berusaha menangkap sosoknya secara lebih makro memakai lensa 18-135 mm.  

 

lebah arca candi tegowangi

close up lebah batu

close up lebah batu

 

Beberapa saat setelah aku memotretnya, lebah itu terbang pergi. Sepertinya, dia lebah yang narsis. Lebah yang senang dipotret.

 

Sepanjang aku memotret-motret di Candi Tegowangi, hanya satu lebah itu yang mendekat. Akan tetapi, begitu berpindah ke tempat parkir mobil, aku melihat beberapa lebah yang terbang di sana-sini.

 

Hooo… rupanya di sisi selatan halaman Candi Tegowangi terdapat peternakan lebah. Didorong rasa penasaran, iseng-iseng aku mampir ke sana sebelum beranjak pulang.

 

peternakan lebah candi tegowangi

 

Pagi itu, ada dua orang bapak-bapak yang sedang bertugas mengawasi kotak-kotak ternak lebah. Salah satu dari mereka mendekat ketika aku menghampiri peternakan lebah. Perkenalan yang cukup canggung pun terjadi.

 

“Njenengan asmanipun sinten Pak?” tanyaku.

“Sampun,” jawab si bapak.

“Eh? Ngapunten, sinten Pak?”

“Sampun.”

“Pak Sampun?”

“Nggih Mas.”

 

Holadala... namanya Pak Sampun. Sampun itu kata dalam bahasa Jawa yang artinya sudah. Jadi kan aku agak bingung pas beliau menyebutkan namanya.

 

jenis kotak ternak lebah tegowangi

 

Kata Pak Sampun, peternakan lebah di halaman Candi Tegowangi ini difungsikan sebagai tempat memelihara lebah sampai usianya dewasa. Bibit anakan lebah berasal dari Pasuruan dan Kediri. Ketika lebah-lebah itu sudah dewasa, dikirim ke Sragen.

 

Di peternakan ini, lebah-lebah itu diberi makan gula. Tentu lebah-lebah itu juga bisa mencari makanannya sendiri dengan terbang keluar dari kotak lebah.

 

Ketika keluar dari kotak lebah, tak jarang lebah-lebah itu ikut membawa polen (serbuk sari) bunga jagung. Dalam sehari hasil panen polen bisa mencapai 1 kuintal.

 

Biasanya polen digunakan sebagai campuran jamu. Aku sempat mengicipi polen yang tertampung di luar kotak lebah. Rasanya manis, walaupun tak semanis madu.

 

sari madu kotak ternak lebah tegowangi

 

“Awas Mas!”

 

Seruan Pak Sampun itu menahanku untuk lebih mendekat ke kotak lebah. Aku tersadar sedang berada di antara kerumunan serangga yang sewaktu-waktu bisa menyengat.

 

Walaupun demikian, keberadaan peternakan lebah di halaman Candi Tegowangi bukanlah sesuatu yang harus ditakutkan. Seperti yang sudah aku singgung, sewaktu di sana hanya ada satu lebah yang datang menyapa. Yah, mungkin dia hanya satu-satunya lebah yang narsis.

 

Alangkah menariknya jika pada suatu hari nanti peternakan lebah ini dapat memberikan informasi seputar beternak lebah kepada pengunjung Candi Tegowangi. Mungkin juga bisa menjual produk-produk olahan polen kepada pengunjung.

 

isi dalam kotak ternak lebah tegowangi

 

Jadi, berwisata ke Candi Tegowangi bukan hanya tentang belajar sejarah, tetapi juga belajar tentang lebah, dan bagaimana menjalin kerukunan hidup antara manusia dan makhluk-makhluk ciptaan-Nya.


NIMBRUNG DI SINI

UPS! Anda harus mengaktifkan Javascript untuk bisa mengirim komentar!
  • DWI SUSANTI
    avatar komentator ke-0
    DWI SUSANTI #Senin, 3 Des 2018, 16:41 WIB
    \"Mas udah makan mas?\"
    \"Sampun.\"
    \"Yeayy berarti aku nggak masak mas?\"
    \"Sampun laper maksudnya.\"