Etika Berwisata Peninggalan Bersejarah
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak peninggalan bersejarah! Kalau bisa batasi kontak fisik ke benda tersebut!
- Baca informasi sejarahnya. Kalau perlu difoto dan dibaca lagi di rumah.
- Patuhi peraturan yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Kebanyakan candi-candi yang ada di kompleks Candi Muaro Jambi itu pendek-pendek. Kalaupun ada yang tinggi seperti Candi Kedaton dan Candi Gumpung itu nggak bisa didaki. Jadi ya pengunjung nggak bisa melihat pemandangan dari puncak candi deh.
Eh, sebetulnya bisa saja sih candi-candi itu didaki. Cuma ya mesti akrobat memanjat dinding candi. Seandainya tingkah-polah yang demikian itu dieksekusi, pastilah bakal disemprit sama petugas jaga candi, hehehe.
Tersedia tangga untuk naik ke puncaknya. Omong-omong, aku suka sama langitnya, hahaha.
Tapi sebenarnya sih masih kalah tinggi sama pohon besar yang tumbuh di halamannya.
Lain halnya dengan Candi Tinggi yang bertetangga dengan Candi Gumpung. Sesuai namanya, Candi Tinggi ini memang terbilang tinggi. Lebih-lebih, bisa didaki karena tersedia tangga batu untuk sampai ke puncaknya.
Yes! Akhirnya bisa merasakan naik ke puncak candi juga.
Jelas untuk naik ke puncaknya nggak perlu capek-capek pakai ilmu kungfu .
Kalau menurutku, di zaman dahulu, di kanan-kiri tangga ini dinaungi semacam atap dari kayu.
Candi Tinggi terdiri dari dua bangunan besar dan sejumlah bangunan pendamping yang kesemuanya dikelilingi oleh pagar pembatas. Seperti halnya Candi Kedaton dan Candi Gumpung, dua bangunan besar tersebut terdiri dari bangunan inti dan bangunan semacam altar.
Candi pendamping yang wujudnya mirip altar dan sudah porak-poranda.
Bangunan inti berukuran 16 m x 16 m dengan tinggi 7,6 m. Sedangkan bangunan altar tampak porak-poranda. Barangkali untuk memugarnya terlalu sulit ya?
Suasana di puncak Candi Tinggi. Nggak ada akses untuk naik ke bangunan paling puncak.
Kalau menyamakan dengan yang biasa aku lihat di Candi Borobudur,
di zaman dahulu mungkin para biksu melakukan ritual mengelilingi bangunan ini.
Pemandangan dari puncak Candi Tinggi. Terkesan gersang ya?
Padahal ya cuma karena bangunannya dari batu bata merah sih.
Pemugaran Candi Tinggi berlangsung dari tahun 1980 hingga 1982. Pada saat pemugaran, diketahui pernah dilakukan perluasan pada struktur bangunan inti. Hmmm, mungkin orang-orang di zaman dulu memperluas bangunan ini supaya bisa menampung banyak jemaat ya?
Orang-orang zaman dahulu masuk ke kawasan Candi Tinggi lewatnya gapura ini.
Candi Tinggi adalah candi Buddha. Ini terlihat dari stupa yang bisa ditemui di sekitar bangunan inti. Stupa kan ciri khas dari bangunan ajaran Buddha.
Satu-satunya stupa yang ada di situs Candi Tinggi. Bentuknya ramping.
Di dekat stupa ada pondasi dua bangunan kecil. Untuk tempat persembahan apa ya?
Ada satu bangunan mungil juga di sisi belakang Candi Tinggi. Entah untuk apa.
Di belakang Candi Tinggi ada spot yang lumayan fotogenik.
Berhubung waktu aku di sana itu sedang ada pemotretan model (populer juga ini lokasi buat foto-foto ). Alhasil aku nggak kenalan bisa terlalu bebas motret. Jadi ya, mari pindah ke candi yang lain yuk!
NIMBRUNG DI SINI
Masalah disemprit gak di semprit petugas. Perlu diketahui situs candi yang tidak ada anak tangganya emang bukan di peruntukan untuk dinaiki. Pada masanya pun situs itu bukan juga untuk dinaiki. Jadi misalkan berwisata sejarah baguslah untuk bertingkah lebih bijak.
Bayanganku nek candi Budha kui koyok Borobudur sing terbuat dari batu dan cuma ada satu candi guwedhe. Ternyata ada yang candinya banyak dan terbuat dari batu bata yaaa
Wah, ilmu sejarahku kudu diupdate.