Maw Mblusuk?

HALO PEMBACA!

Selamat nyasar di blog Maw Mblusuk? !

Di blog ini Pembaca bisa menemukan lokasi-lokasi unik seputar aktivitas blusukan-ku ke sana-sini. Eh, kalau ada kritik, saran, atau pesan bilang-bilang aku yah! Nuwun!

Cari Artikel

LANGGANAN YUK!

Dengan berlangganan, Anda akan senantiasa mendapatkan update artikel terbaru blog ini.


Bisa berlangganan melalui e-mail.

oleh FeedBurner

Atau melalui RSS Feed berikut.
feeds.feedburner.com/mblusuk
Jumat, 19 Juli 2019, 17:46 WIB

Etika Berwisata Alam

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak alam!
  3. Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
  4. Jaga sikap dan sopan-santun!
  5. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  6. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Kala itu.

Delapan Maret 2009. 

 

Adalah kali pertama kaki menjejak putihnya pasir Pantai Kuta.

Itu pulalah pertama kalinya diri menyambangi Pulau Lombok.

 

Maret adalah hujan yang acap kali menyapa.

Pun bila hujan kebetulan alpa, kehadirannya acap digantikan mendung.

 

Demikian pula Pantai Kuta pada delapan Maret 2009.

Hujan semalam, mengundang mendung kala fajar.

 

Alhasil, pantai pertama di Nusa Tenggara Barat itu tampak muram.

Muram semuram gejolak hati dewasa tanggung. 

 

Pun hanya satu hari di bulan Maret itulah kesempatan tuk menyambangi Pantai Kuta.

Sedih....

 

matahari terbit di pantai kuta lombok

 

Kala itu.

Delapan Mei 2018.

 

Sembilan tahun lebih dua bulan sejak kunjungan pertama.

Pasir putih Pantai Kuta pun terjejak untuk kali kedua.

 

Alhamdulillah.

 

Kali ini, tiga malam dihabiskan di seputar Pantai Kuta.

Kunjungan singkat bertahun-tahun lalu itu terobati.

 

Akan tetapi. 

 

Segala di bumi senantiasa menjumpai akhir.

Demikian pula dengan kunjungan di Pantai Kuta.

 

Oleh sebab itu, berpamitan adalah sesuatu yang tak terelakkan.

Untuk mengenang momen terakhir pada suatu torehan cerita hidup.

 

 

Pagi itu, jarum pendek belum menyentuh angka enam ketika kami keluar kamar.

Untung gerbang penginapan tak digembok oleh abang penjaga yang terlelap di kursi panjang.

 

Di luar penginapan, suasana sepi sesepi-sepinya.

Jalanan lenggang minim kendaraan.

Pintu jendela bangunan tertutup rapat.

Warga pun tak memperlihatkan batang hidung.

 

Benar-benar kontras dengan riuhnya suasana saat malam.

 

suasana pagi sepi di kawasan hotel pantai kuta lombok

suasana pagi sepi di kawasan restoran pantai kuta lombok

suasana pagi sepi di kawasan pasar pantai kuta lombok

 

Cukup dengan berjalan kaki, Pantai Kuta dapat dijangkau kurang dari lima menit.

Tak ada petunjuk arah, tapi seharusnya mereka yang ke mari tak akan tersasar. 

 

Kaki pun melangkah, mengulang kembali ingatan sembilan tahun dua bulan silam.

Dalam ingatan yang terekam, tak jauh dari Pantai Kuta ada pasar tradisional.

 

Sayang, pagi itu baru ada satu pedagang yang menata lapak.

Mungkin pasarnya hanya ramai pada hari-hari tertentu.

 

Pun, suasana jalan yang menghubungkan pasar dengan pantai terlihat berantakan.

Mungkin baru rapi setelah proyek penataan kawasan Kuta Mandalika rampung sepenuhnya.

 

pedagang pasar tradisional di sekitar pantai kuta lombok sedang menata dagangan

bangunan kios pasar tradisional di kawasan pantai kuta lombok

proyek gorong-gorong di kawasan pasar tradisional dekat pantai kuta lombok

 

Sebuah gapura menyambut setelah melewati pasar.

Darmaga Rakyat Kuta adalah tulisan yang terpampang bagian atasnya.

 

Pemandangan pun berganti.

Dari lapak-lapak pasar menjadi rumah-rumah warga.

 

Bangunan-bangunan usaha berganti menjadi rumah-rumah sederhana.

Kawasan yang jauh dari keramaian turis asing.

 

Mungkin, beranjak siang tempat ini bakal ramai.

Sebab, beberapa langkah dari sana irama lembut ombak saling bersahut-sahutan.

 

gerbang dermaga rakyat di pantai kuta lombok

suasana rumah warga di dekat pantai kuta lombok

memotret dari dermaga rakyat pantai kuta lombok

 

Ada Kuta Mandalika.

Ada Pantai Kuta.

 

Untuk pelancong awam, keduanya sepertinya identik.

 

Pantai Kuta pada pagi ini adalah pantai yang dihiasi dengan dermaga dan perahu.

Kuta Mandalika pada pagi kemarin adalah pantai rapi yang pernah disambangi Pak Jokowi.

 

Di Pantai Kuta, dermaga apung membentang bagaikan permadani menuju cakrawala.

Dari sanalah kami menyaksikan matahari muncul dari balik bukit.

 

Maha Suci Allah atas segala ciptaan-Nya.

 

perahu nelayan di dermaga rakyat pantai kuta lombok

pemandangan matahari terbit dilihat dari dermaga rakyat pantai kuta lombok

rumah apung laut di kawasan dermaga rakyat pantai kuta lombok

 

Derit menyayat plat besi dermaga dengan tiang beton mengiringi langkah perpisahan.

Demikian pula dengan anjing-anjing yang membuat sang istri siaga satu.

 

Hadir kembali di sini setelah sembilan tahun dua bulan berlalu.

Sang Pemilik Nyawa seakan mengganti kemuraman masa lampau dengan keceriaan.

 

Mungkin karena pagi itu cuaca cerah.

Mungkin pula karena ditemani wanita yang tak pernah absen menguatkan dirinya dengan perkataan,

 

“yang sabar ya aku.”

 

dua kapal bersandar di bibir pantai kuta lombok

kapal besar dikelilingi semak sedang bersandar di pantai kuta lombok

wanita berjalan kaki di pantai kuta lombok

 

Setidaknya, setelah sembilan tahun dua bulan lalu, lirik yang terngiang di kepala saat di tempat ini bukanlah

 

Lupakan aku kembali padanya
Aku bukan siapa siapa untukmu
Ku cintaimu tak berarti bahwa ku harus milikimu slamanya

 

melainkan

 

I wanna know know know know
What is love?
Sarangi eotteon neukkiminji

 

Walaupun, aku pribadi merasa lebih condong sebagai BUDDY dibanding ONCE.


NIMBRUNG DI SINI

UPS! Anda harus mengaktifkan Javascript untuk bisa mengirim komentar!
  • IMAM
    avatar komentator ke-0
    IMAM #Senin, 14 Okt 2019, 10:36 WIB
    terimakasih informasinya min
  • BERBAGIFUN
    avatar komentator ke-1
    BERBAGIFUN #Minggu, 21 Jul 2019, 01:18 WIB
    huaaaa jam 6 isuk sepi banget yooo
    uwong uwong durung podo tangi...