Nulis Travel Blog ala Mblusuk #2: Cerita Foto

Di soal nomor ke-50 (atau nggak ya nomor ke-49) pada ujian sekolah Bahasa Indonesia untuk siswa SD itu menampilkan sebuah gambar. Pertanyaan pada soal tersebut adalah, “Kalimat yang tepat untuk menceritakan gambar di atas adalah ...” yang kemudian diikuti oleh empat pilihan jawaban A, B, C, dan D. Dari keempat pilihan tersebut, hanya ada satu yang benar.

Ini memang kita tidak sedang membahas soal ujian Bahasa Indonesia. Tapi jangan salah, menulis artikel travel blog itu nyaris mirip dengan mengejarkan soal ujian anak SD.

Di zaman ketika Rp30.000 sudah bisa nge-internet sepuasnya, piranti perekam gambar sudah bukan hal yang langka lagi. Dari DSLR yang termahal, kamera poket kelas menengah, hingga kamera mungil di handphone, semuanya bisa kita gunakan untuk merekam gambar. Maksudnya, foto perjalanan kita yang tujuannya entah ke mana itu.

Sebenarnya kalau mau dibuat gampang, artikel travel blog itu kan hanya cerita dari sekumpulan gambar yang sudah terurut. Kalau satu gambar bisa dikembangkan jadi 1 paragraf, 10 gambar bisa jadi 10 paragraf. Itu artinya, nggak ada lagi istilah sulit membuat tugas mengarang untuk dikumpulkan pas pelajaran Bahasa Indonesia. #eh

Anyway, kalau menurutku sih pada zaman sekarang sudah menjadi kewajiban sebuah artikel travel blog untuk menyertakan foto. Masak hanya rangkaian kalimat thok? Memangnya ini novel? Toh, yang diceritakan kan nyata, bisa dilihat, disentuh, dan dikunjungi, tidak hanya dibayangkan. Ya kan?

Oleh karena itu di bagian yang kedua ini, aku menganjurkan untuk banyak menyertakan gambar atau foto pada artikel travel blog. Selain membantu Pembaca untuk membayangkan tempat yang diceritakan, juga sekaligus membantu penulis untuk merangkai paragraf. Sekali kayuh, dua tiga pulau terlampaui toh?

Tapi ingat, pas menyimpan gambar tersebut gunakan perintah “Save for Web & Devices” supaya nggak berat pas loading halaman artikelmu. Untuk yang berkaitan dengan piranti pengolah gambar ini, besok-besok saja deh aku jelaskan.