Cen kemaki tenan Wijna iki.
Wis ora tau ngepit, sekaline ngepit malah nang Tawangmangu.
Huahahaha.
Lha, piye yo? Sebetulnya ya kangen bersepeda. Tapi, ya mencari izin waktunya susah. Lha njuk sekalinya ada kesempatan, malah jadinya bersepeda di Tawangmangu.
Eh, bersepeda di Tawangmangu lho ya!
Bukan bersepeda dari Solo ke Tawangmangu ya! Apalagi bersepeda dari Jogja ke Tawangmangu!
Yang dimaksud dengan Tawangmangu itu sudah jelas adalah nama suatu kecamatan di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah yang berada di kaki Gunung Lawu yang juga terkenal sebagai lokasi favorit tetirah warga plat AD di tempat berhawa sejuk khas pegunungan.
Oleh sebab itu, sepeda yang bisa diajak adalah Selita, yang masih muat terlipat masuk ke dalam bagasi mobil tanpa terpasang boncengan Sierra. Hehehe, salah satu alasanku memboyong Selita dari Toko Orion belasan tahun yang lalu adalah untuk momen seperti ini! Hanya saja, warna kuningnya ternyata nggak se-ngejreng yang aku bayangkan. Pernah mau aku cat ulang, tapi kok ya melepas headset-nya Selita masih menjadi masalah sampai sekarang.
Tapi sebetulnya, bersepeda di Tawangmangu itu adalah suatu perbuatan yang bisa dibilang agak pekok. Untung bukan sangat pekok karena ini bukan bersepeda dari Jogja ke Tawangmangu.
Ya, karena puncak Gunung Lawu hanya berjarak kurang dari 10 km, jadi apa yang mau diharapkan dengan jalan yang konturnya “naik-naik ke puncak gunung” dari arah barat ke timur? Akibatnya, bersepeda dari Pasar Tawangmangu hingga Taman Balekambang Tawangmangu pun membuat dengkul dan betis “menderita”.
Hmmm, mungkin “penderitaan” ini disebabkan karena aku naik Selita. Sepeda lipat. Ukuran ban 20”. Tunggangan yang ideal untuk blusukan di gang-gang kampung. Tapi ya, bukan gang-gang kampung di kawasan Tawangmangu.
Aku merasa Selita berat dikayuh. Mungkin karena Selita sangat minim maintenance selama masa pandemi Covid-19. Eh, tapi mungkin juga karena penunggang si Selita juga sangat jarang bersepeda selama masa pandemi.
Anyway, karena sudah jauh-jauh sampai Tawangmangu, maka kita lengkapi saja penderitaan ini dengan bersepeda ke Nglurah, suatu dusun di Desa Tawangmangu yang terkenal sebagai Desa Wisata Tanaman Hias. Pikir orang awam kan enak ya bersepeda keliling-keliling desa wisata yang banyak tanaman hiasnya?
Hahahaha, jelas bukan saudara-saudara!
Aku ke Nglurah karena mencari tanjakan! Lebih tepatnya tanjakan-turunan melintasi jembatan atas sungai yang wajib dilalui oleh setiap orang yang masuk-keluar Nglurah via jalan utama. Aku sudah pernah melewati tanjakan-turunan ini dengan naik sepeda motor dan juga jalan kaki! Nah, sekarang waktunya lewat dengan naik sepeda!
Dan, tentunya sinopsis ceritanya sudah bisa ditebak!
Tatapan warga yang lewat? Ah, peduli amat!
Aaah, ingin ke sini pakai Trek-Lala, tapi ya kan MTB nggak bisa dilipat masuk ke dalam bagasi. Bisa ngamuk para penumpang di bangku belakang jikalau posisi mereka tergantikan oleh Trek-Lala.
Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah
15 Oktober 2022
NIMBRUNG DI SINI