Etika Berwisata Alam
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak alam!
- Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Cari pisang.
Beli pisang dink lebih tepatnya.
Kalau yang dekat rumah, paling ya sama Mas-Mas di sisi selatan trotoar selatan perempatan Jl. Asem Gede.
Kalau yang sekalian sama beli lauk, paling ya sama Bapak-Bapak di muka gapura Ndalem Pakuningratan.
Kalau yang sekalian sama belanja banyak, paling ya sama Bapak-Bapak naik mobil pick up di selatan Pasar Colombo.
Selain tiga tempat di atas itu, kadang ke bakul pisang di barat RS Wirosaban, atau di baratnya bekas jembatan lori Padokan, atau malah di timurnya Pasar Cebongan.
Tapi, karena pagi ini (14/3/2022) masih pukul setengah enam, jadi sepertinya masih keburu kalau meluncur ke Pasar Kotagede. Soalnya, di sana ada Mbah bakul pisang “awul-awul” yang mematok harga lumayan miring walau kadang nyaris busuk.
Karena sekalian pula mencari mesin ATM, jadinya ke Kemantren Kotagede lewat Jl. Kusumanegara. Perjalanannya sih biasa-biasa saja. Tapi, setelah melewati pertigaan ke Gembiraloka, muncul pemandangan yang menakjubkan.
Di langit muncul matahari terbit yang besaaar dan berwarna jingga!
Seumur hidup, aku belum pernah melihat matahari terbit sebesar dan sebulat itu!
Di Kota Jogja pula!
Ingin hati terus nge-gas ke arah timur. Tapi, nanti malah bablas ke Jl. Wonocatur. Kan masih punya misi beli pisang dan beli soto juga. Ditunggu istri dan Whippi di rumah.
Tapi, hati ini kok rasanya tidak tenang. Pingin motret matahari terbit yang besar bulat itu walau cuma berbekal kamera smartphone.
Jadi, di tengah kegalauan menyelatani Jl. Gedongkuning, Vario pun dibelokkan ke timur melintasi Gang Lasem, hingga tibalah di tepian hamparan sawah. Di sana, matahari seakan terbit dari pucuk pohon. Walau tak lagi bulat bundar jingga, tapi ia tetap mempesona.
Selama dunia diserang oleh pandemi Covid-19, ini adalah pertama kalinya aku melihat matahari terbit. Ini juga adalah tulisan pertama di blogsetelah sekian tahun terabaikan karena pandemi.
Lha piye?
Pandemi membuat keluyuran jadi nggak nyaman. Ada perasaan was-was setiap kali keluar rumah dan bertemu orang.
Lha piye?
Di rumah kan ada istri sama Whippi. Kalau mereka ketularan jadinya kan repot. Iya, kalau gejala ringan, lha kalau sampai perlu dirawat di rumah sakit?
Tahun 2020 belum ada vaksin. Tahun 2021 sudah ada vaksin, tapi varian Delta bikin RSUP Dr Sardjito sampai minta donasi oksigen dan bikin tenda di halaman parkir.
Ya, jadi amannya di rumah saja toh? Menghindari keluyuran, dolan, bersepedaan dan sebagainya. Alhasil, tanpa acara dolan, ya nggak ada tulisan di blog.
Tahun 2022 ini sepertinya dunia sudah lebih siap menghadapi pandemi. Semoga saja pandemi segera mereda. Semoga pula pemandangan matahari terbit ini menjadi pertanda bahwasanya pada tahun 2022 ini, keluyuran sudah menjadi hal yang umum lagi.
Sudah ah. Ayo, lanjut ke Pasar Kotagede! Beli pisang.
NIMBRUNG DI SINI
jadi tetap ada bahan tulisan.
tapi memang mood menulis langsung drop parah sih.. apalagi setahun penuh aku ga bisa traveling samasekali. 2022 akhir baru bisa setelah semua larangan karantina diuplift.
waaah Alhamdulillah sudah ada tambahan personil ya mas? sampe taun terbit artikelnya
keliru mas, skg sudah 2022 hehe. Salam sehat selalu mas Wijna dan keluarga :D