Di sudut timur tugu Yogyakarta untuk pertama kalinya aku menyaksikan Mbah Gundul menghisap rokok. Tak tanggung-tanggung, dua batang sekaligus. Namun, keduanya tak ia habiskan. Ia sisihkan keduanya di sudut yang tersembunyi.
“Untuk pengganti dupa, supaya tak mencolok”
Dua rokok sebagai pelengkap ritual.
Ia pun lantas membisu sepanjang perjalanan bersepeda dari tugu Yogyakarta menuju Joglo Mlati, Jombor bersama aku, Kang Supri, dan Denmas Brindhil. Hujan yang berselang dengan gerimis sempat mewarnai cuaca Kota Jogja di Sabtu sore (21/12/2013) itu. Ah, mungkin ia sedang mengerahkan segenap kemampuannya untuk menghalau tumpahnya air dari langit.
“Nggak apa-apa sekarang hujan, yang penting pulangnya nanti nggak hujan”
Bersiap bersepeda sehabis hujan.
Ia pun melakukan ritual yang serupa selepas tiba di Joglo Mlati. Gerimis pun kembali turun dari langit. Di tengah rintik hujan itulah ia saksikan dua orang sahabatnya melepas masa lajang mereka, Andre Turtlix beserta Dani Indomielezat.
Kalau mbah Gundul mempersembahkan video rekaman untuk mereka berdua, hanya untaian kata-kata inilah yang kiranya bisa aku persembahkan kepada kedua mempelai seperti pesan yang aku sampaikan di video yang direkam Mbah Gundul.
Posene saru dab....
Pembaca mungkin berpikir kalau artikel ini “melenceng” dari tema blusukan. Perlu pembaca ketahui bahwa sebagian besar perjalanan blusukanku itu tak pernah seorang diri. Orang-orang yang mendampingi perjalananku selalu memberi warna pada setiap detik yang kami lalui bersama. Termasuk di antaranya kedua mempelai. Inilah yang aku sebut sebagai “kehidupan” yang terpatri saat blusukan sebagai nama sub-domain artikel ini.
Paklik Turtlix sedang menjelaskan "monumen" sepuluh tahun perjalanan mereka.
Berbicara tentang Andre Turtlix dan Dani Indomielezat tidak akan pernah bisa kalau tidak menyinggung peristiwa empat tahun silam pada Sabtu, 20 Juni 2009. Setelah peristiwa itu, aku mengenal mereka sebagai pasangan “PEKOK”. Bukan hanya karena ratusan (mungkin ribuan ya?) kilometer yang kami lalui bersama di atas sadel sepeda, melainkan juga karena mereka kekeuh dan sabar menjalin hubungan berbeda agama selama 10 tahun.
Alhamdulillah, beberapa bulan yang lalu mas Andre Turtlix telah menjadi mualaf dan aku lumayan dongkol saat tak bisa menjadi saksi dirinya mengucap dua kalimat syahadat. Semoga rahmat dan hidayat dari Gusti Allah SWT senantiasa menaungi kehidupan kalian berdua.
Jaman pas masih muda pernah bikepacking ke Semarang.
Aku lumayan mellow saat mengetik baris ini, sebab berbagai macam kenangan menyeruak di benakku. Mungkin kata kunci “turtlix” atau “indomie” di kotak pencarian artikel blog ini bisa membantu menceritakan beberapa di antaranya. Walau sudah pasti ada lebih banyak kenangan yang hanya terdokumentasi dalam ingatan, dari yang senang sampai yang bikin emosi, hahaha.
SILAKAN DIBACA
Aku terharu menyaksikan kebahagiaan mereka yang akhirnya menyatu dalam bahtera pernikahan. Sepuluh tahun hubungan yang mereka jalani tentu lebih berat daripada puluhan tanjakan yang pernah kami lalui bersama. Semoga kalian senantiasa sabar dalam mengarungi kehidupan yang katanya Mbah Gundul sih bakal lebih berat dari tanjakan Cinomati yang hanya segitu-gitu aja.
Maju terus pantang mundur!
Ah, ah, ah, kalau lambat laun diteruskan artikel ini malah jadi seperti artikel untuk mengenang orang yang sudah mati saja. Hahaha.
Kemeriahan malam hari itu di Joglo Mlati ditutup dengan night ride alias bersepeda malam bersama kedua mempelai. Entah karena rapalan mantra Mbah Gundul atau bukan, namun cuaca menjelang tengah malam itu terbebas dari hujan.
Sudah lama tak pernah ada night ride.
Di dalam dekapan dinginnya angin malam kami berenam (ditambah Rasarab) bersepeda menuju kediaman kedua mempelai di Tegalrejo. Lagi-lagi, sepanjang kayuhan pedalku kenanganku terbongkar kembali. Ah, mungkin memang aku yang rindu bersepeda dengan mereka berdua. Bersepeda malam saat itu seakan menegaskan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Yah, semoga kita senantiasa diberi kesempatan dan kesehatan oleh-Nya untuk bersepeda bersama lagi walau kebersamaan kita tak lagi sebatas apa yang pernah disebut sebagai Sabtu Pagi Sepeda Santai.
Terima kasih untuk semuanya.
Sampai jumpa lagi!
Oh ya, kalian berdua dapat ucapan selamat dari orangtuaku.
NIMBRUNG DI SINI
kapan nih giliran master wijna nya ?? hehe pizz
selamat ya Andre dan Dani...:)
Aamiin untuk doa dan restu teman-teman semua...
Aku gek ora iso nulis opo-opo kie, mbesuk tak lanjutke
ketika kita bersua kembali ke jalur sepeda :D
Jadinya tiap hari bisa sepedaan bareng yaa ....
Semoga Allah SWT memberikan berkah kepadamu dan memberikan berkah atasmu serta menyatukan kamu berdua didalam kebaikan, amin
ojo lali nek wes siap ... Allahummaj’al nuthfatanaa dzurriyyatan thoyyibah
semoga menjadi pasangan sakinah mawadah warohmah.
sesi foto langsung jadi , nasib nasib :))))
sakinah, mawadah dan warahmah..
Salam gowes teman2 semuaaa... ~ :D
Bravo SPSS: Sabtu Pagi Sepeda Santai.