Etika Berwisata Peninggalan Bersejarah
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak peninggalan bersejarah! Kalau bisa batasi kontak fisik ke benda tersebut!
- Baca informasi sejarahnya. Kalau perlu difoto dan dibaca lagi di rumah.
- Patuhi peraturan yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Lewat Facebook aku dapat undangan. Isinya kurang-lebih seperti ini,
"Hari Sabtu (25/7/2009) kumpul di Rodalink Janti pukul 05.00 buat hunting candi".
Nah ini! Kalau menyebut frase "hunting candi", yang pertama kali terpikir mestinya adalah komunitas motret atau komunitas sejarah. Tapi jangan salah, karena udangan itu disebarkan oleh anggota komunitas Bike2Work Chapter Jogja. Ya, itu undangan buat bersepeda keliling candi di akhir pekan.
Berhubung di blog Maw Mblusuk? ini banyak banget artikel tentang candi, aku dipercaya buat jadi guide. Untuk urusan ilmu sejarah dan arkeologi sih pengetahuanku masih minim. Tapi, kalau soal blusukan keliling candi di sekitar Prambanan itu diriku menguasai sekali lah. Eh, tapi kalau nyasar-nyasar ya nggak nanggung lho ya! Wekekeke.
Jadilah sekitar pukul 05.15 WIB aku sudah stand-by di Rodalink Janti, menunggu manusia-manusia bersepeda itu berkumpul. Kira-kira sekitar pukul 05.45 WIB berkumpullah lima orang manusia bersepeda; Mas Aan yang nyebar undangan, Mas Danang, Mbak Dani, Pipink dan diriku.
Sebetulnya sih jumlah peserta bisa nambah banyak. Tapi, berhubung kami langsung cabut dari titik kumpul pas 5 orang itu sudah ngumpul, terpaksalah kami meninggalkan para calon peserta yang telat bangun pagi.
Dari kiri ke kanan: Mas Aan, Mas Danang, Mbak Dani, dan Pipink.
Sesuai request dari Mas Aan, "Mas, (perjalanan) ini mblusuk lho", jadilah aku mengambil rute menjauhi Jl. Raya Jogja – Solo yang sudah ramai dengan kendaraan bermotor. Tepatnya di dekat Hotel Quality, ada jalan menuju ke arah utara. Nah dari sanalah nggowes mblusuk keliling candi resmi dimulai!
Soal rute aku ndak tahu pasti, karena mblusuk itu pasti keluar-masuk kampung dan nyebrang sawah. Tapi karena Prambanan itu ada di arah timur, jadilah panduan rute yang mudah adalah mengikuti jalan dengan menatap mentari pagi. Yang termudah lagi, cari saja Selokan Mataram dan susuri saja ke arah timur.
Dari rute mblusuk tersebut, kami melalui beberapa candi berikut ini.
Candi Sambisari – Candi Sari – Kompleks Candi Prambanan – Candi Plaosan – Candi Sojiwan – Keraton Ratu Boko.
Di dalam area Candi Sambisari, Yogyakarta.
Di depan Candi Sari, Yogyakarta.
Di depan Candi Plaosan, Jawa Tengah.
Foto bareng di Candi Sojiwan yang masih dipugar.
Secara umum medan perjalanan nggak terlalu menguras tenaga. Kecuali ketika mendaki perbukitan Pereng untuk menuju Keraton Ratu Boko itu tantangan tersendiri. Mbak Dani dengan city bike Sierra DX-nya kesulitan. Sementara kami yang pakai MTB sedikit-banyak bisa menguasai medan tanjakan. Tapi, aku ya juga sempat mendorong sepeda karena stamina udah terkuras habis. #alasan
Senyum yang dipaksakan, hahaha.
Kami sampai di Keraton Ratu Boko dengan rute "illegal" dari pintu belakang. Di sana, kami melepas lelah sambil ngobrol dengan Mbah Manto, seorang warga desa sekitar yang juga bertugas sebagai juru pelihara situs purbakala ini. Beliau banyak menjelaskan mengenai sejarah Keraton Ratu Boko dan juga tentang primbon weton.
Untuk yang terakhir ini, Mas Aan sepertinya mendengarkan dengan khidmat. Apa Mas Aan sedang mencari hari baik terkait weton nya ya? Hehehe . Tapi, aku kurang ngeh dengan ucapan Mbah Manto karena kebanyakan beliau berujar dengan bahasa Jawa krama.
Mbah Manto dan cucu tidak resminya.
Selepas dari Keraton Ratu Boko, kami pulang kembali ke Kota Jogja lewat Jl. Raya Jogja – Solo. Di perjalanan pulang ini gantian Mbak Dani yang ngebut dengan city bike Sierra DX-nya disusul sama Mas Danang karena diburu waktu.
Di perjalanan pulang ini kami sempat singgah dan bersilaturahmi di kediaman salah satu rekan pesepeda bernama Ki Ageng Sekar Jagad (Emperor of Flower Universe, katanya mas Aan) yang populer disapa Om Bayu.
Sebenernya Om Bayu ini pingin ikutan agenda bersepeda keliling candi ini. Tapi, karena dirinya sedang sakit, maka dari itu nggak bisa ikutan dan akhirnya kami jenguk. Di sana Om Bayu mengadakan workshop sederhana. Itu karena Pipink pingin tahu bagaimana caranya packing sepeda.
Selain kami, Om Bayu juga dapat kunjungan dari Om Niko sesama rekan pesepeda juga. Eeeh, pas lagi bertamu di sana tiba-tiba saja ban dalam sepedaku bocor! Untung aku bawa ban cadangan dan di sana jadi dapat workshop lagi tentang cara mengganti ban sepeda. Wah, cocok deh soalnya aku juga kepingin ganti ban sepeda.
Diajarin serba-serbi ban sepeda sama Om Bayu.
Aku sempat mikir kalau acara sepeda keliling candi-candi di sekitar Prambanan ini bisa jadi salah satu tur wisata sejarah yang menarik. Khususnya sih buat wisatawan yang hobi sepedaan.
Oke deh. Sekian dulu artikel kali ini. Nantikan terus ya agenda mblusukku bersama temen-temen komunitas sepeda di tempat-tempat di pelosok DI Yogyakarta!
NIMBRUNG DI SINI
hehehehhe
jd mengelap keringat
gue males sepedaan soalnya hahaha
hmm. kalo yang komen dikit berarti artikel cintanya diluncurkan yaah? aku puasa ngomen 10 hari ya :D.
btw, kok tertarik ma candi yooo???
Eh, ntar kalo aku jadi ke kebumen, kamu nggowes ke sana trus kita ketemuan, yuk, Wis...Hahaha, jadi ga cuma tur candi, tapi udah AKAP (antar kota antar propinsi)Hihihi...
- Omongan orang yang buta wilayah jawa tengah. [Emang yogya-kebumen deket, gituh?!]
^-^v
Saya ndak main kok! Itu kan hari Sabtu. Dirimu juga pergi ke Borobudur toh?