Maw Mblusuk?

HALO PEMBACA!

Selamat nyasar di blog Maw Mblusuk? !

Di blog ini Pembaca bisa menemukan lokasi-lokasi unik seputar aktivitas blusukan-ku ke sana-sini. Eh, kalau ada kritik, saran, atau pesan bilang-bilang aku yah! Nuwun!

Cari Artikel

LANGGANAN YUK!

Dengan berlangganan, Anda akan senantiasa mendapatkan update artikel terbaru blog ini.


Bisa berlangganan melalui e-mail.

oleh FeedBurner

Atau melalui RSS Feed berikut.
feeds.feedburner.com/mblusuk
Sabtu, 29 Februari 2020, 12:35 WIB

Umumnya, kebutuhan hidup manusia semakin bertambah setiap saat. Perkembangan zaman adalah salah satu faktornya. Alat-alat mutakhir yang dulu belum eksis, kini mewabah hingga ke pelosok negeri.

 

Telepon misalnya. Kalau nggak salah ingat, sekitar awal tahun 1990-an jaringan telepon rumah baru masuk Kota Jogja.

 

Akan tetapi, nyaris tiga puluh tahun kemudian, pamor telepon rumah tergantikan dengan telepon genggam. Itu pun sekarang telepon genggam nggak lagi populer sebagai piranti bercakap lisan.

 

salah satu telepon umum di kota yogyakarta yang sudah tidak terawat

 

Dewasa ini, adalah hal yang sangat lumrah bilamana setiap orang memiliki telepon genggam. Dari orang dewasa hingga anak-anak. Sepertinya, hampir nggak ada orang modern yang belum pernah bersentuhan dengan piranti komunikasi tersebut.

 

Walaupun demikian, tentu ada beberapa syarat agar telepon genggam dapat difungsikan. Pertama, ada sumber daya. Kedua, ada sinyal seluler.

 

Perkara sumber daya, dewasa ini jaringan listrik dari PLN sudah menjangkau banyak wilayah di pelosok negeri. Belum lagi jika menghitung pembangkit listrik mandiri. 

 

Nah, untuk sinyal seluler ini yang agak susah. Di pelosok daerah, masih banyak wilayah yang belum terjangkau sinyal seluler. Salah satu contohnya adalah Dusun Tegalsari yang masuk wilayah Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta.

 

 

Minggu (9/12/2018) yang lalu, pas melewati jalan raya di wilayah Dusun Tegalsari, pandanganku tertuju kepada empat spanduk yang membentang di tepi jalan. Awalnya, yang sekilas terbaca dengan jelas hanya satu spanduk yang kondisinya bagus. 

 

Aku menyangka spanduk itu hanya berisi himbauan agar berhati-hati dalam berkendara. Tapi, kok ujung-ujungnya malah “curhat” susah sinyal ya?

 

DANGER

Mohon kurangi kecepatan kendaraan anda 

Jika terjadi kecelakaan kami tidak bisa menghubungi keluarga, rumah sakit, dikarenakan kampung ini MISKIN SINYAL  

 

spanduk danger susah sinyal di tepi jalan raya desa purwosari girimulyo kulon progo yogyakarta pada desember 2018

 

Ketiga spanduk yang lain rupanya sama-sama berisikan “curhat” susah sinyal. Bedanya, “curhat” di ketiga spanduk ini diungkapkan dalam bahasa Jawa dengan cat bertuliskan tangan.

 

Lucu-lucu juga “curhat”-nya.

 

POYO TEGEL WERUH PENERUS BANGSA KOLOT MERGO ORA ONO SINYAL

 

Terjemahan:

Apa ya tega mengetahui penerus bangsa (jadi) kolot karena nggak ada sinyal.

 

spanduk susah sinyal poyo tegel kolot di tepi jalan raya desa purwosari girimulyo kulon progo yogyakarta pada desember 2018

 

SUSAH SINYAL JOMBLO PUN TAK MAU

 

spanduk susah sinyal jomblo pun tak mau di tepi jalan raya desa purwosari girimulyo kulon progo yogyakarta pada desember 2018

 

SEPURANE DEK RA TAK CHAT MERGO SINYAL

 

Terjemahan:

Mohon maaf Dik, (kamu) nggak aku chat karena (susah) sinyal.

 

spanduk susah sinyal sepurane ora tak chat di tepi jalan raya desa purwosari girimulyo kulon progo yogyakarta pada desember 2018

 

Jika dipikir-pikir, dewasa ini telepon genggam adalah alat komunikasi utama. Bahkan mungkin jika mempertimbangkan kecanggihan lain yang dimiliki sebuah telepon pintar, alat ini ibarat pakaian yang senantiasa melekat nyaris 24 jam × 7 hari pada kehidupan seseorang. 

 

Iya toh? Kan umumnya orang-orang sangat jarang sekali mematikan telepon genggam toh? Bahkan saat tidur pun telepon genggam masih menyala toh?

 

Yah, rasa-rasanya sekarang ini telepon genggam hampir mirip listrik. Nggak bisa dimanfaatkan dalam beberapa menit saja akan membuat hidup terasa kurang nyaman. Iya kan?

 

warga dusun tegalsari memasang berbagai spanduk lucu susah sinyal di tepi jalan raya desa purwosari girimulyo kulon progo pada desember 2018

 

Sayangnya, urusan sinyal seluler itu bukan termasuk urusan vitalnya pemerintah. Yang menguasai hajat hidup sinyal seluler itu kan para perusahaan telekomunikasi, macamnya Telkomsel, Indosat, XL, dsb.

 

Perusahan-perusahaan telekomunikasi itu jelas memiliki sejumlah pertimbangan ketika akan menghadirkan stasiun pemancar sinyal seluler di suatu daerah. Termasuk alasan mengapa Dusun Tegalsari belum terjangkau sinyal seluler.

 

Semoga saja, seiring dengan kemajuan zaman, sinyal seluler bisa dinikmati oleh warga Dusun Tegalsari dalam waktu dekat. Dengan demikian di Dusun Tegalsari jadi ada warga yang menjual pulsa. Lumayan lah bisa membantu pelancong yang mendadak kehabisan pulsa di tengah perjalanan membelah perbukitan Menoreh.

 

 

Selanjutnya, setelah "curhat" sinyal seluler, mungkin “curhat” kalau lokasi mesin ATM lumayan jauh?


NIMBRUNG DI SINI

UPS! Anda harus mengaktifkan Javascript untuk bisa mengirim komentar!
  • ZAM
    avatar komentator ke-0
    ZAM #Minggu, 7 Jun 2020, 16:30 WIB
    UUD45 memang sepertinya harus direvisi, hajat hidup orang banyak itu termasuk urusan komunikasi, dan listrik sebaiknya tidak dimonopoli sama PLN 🤭
  • DWI_YULIYANTO
    avatar komentator ke-1
    DWI_YULIYANTO #Kamis, 5 Mar 2020, 06:05 WIB
    Saya lihat dibeberapa puncak bukit
    dikawasan menoreh sudah berdiri tower
    seluler kok, tapi ya, walau ada tower tapi
    kalo dusunnya terhalang bukit lain ya ttp aja
    gk ada sinyal. Gak mungkin juga operator
    bangun tower di tiap puncak bukit, kan
    biayanya mahal apalagi di daerah desa
    pengguna sedikit. Ya beli penguat sinyal itu
    cara paling simpel.