Jauh-jauh hari Dimas sudah bilang kalau ingin makan sop senerek di Magelang. Lebih tepatnya, ingin makan sop senerek Bu Atmo.
Mendengar keinginan Dimas yang seperti itu, aku pun menjawab,
“Ya, berdoa saja semoga warungnya buka.”
“Lha, emang kenapa? Warungnya sering tutup?” tanya Dimas penasaran.
“Nggak, soalnya dulu gue pernah ke sana pagi pas hari Imlek tapi warungnya tutup.”
SILAKAN DIBACA
Singkat cerita, pada hari Selasa (2/8/2016) pukul setengah tiga siang, aku dan Dimas menyusuri jalanan Kota Magelang dengan misi bersantap di warung sop senerek Bu Atmo.
Untung karena baru beberapa bulan yang lalu menyambangi TKP, jadinya aku masih hapal rute jalan menuju ke warung sop senerek Bu Atmo. Alhasil, nggak perlu lah itu nanya-nanya orang atau pun mengikuti panduan Google Maps, hahaha.
Secara garis besar, rute jalan ke warung sop senerek Bu Atmo gampang banget!
- Saat sudah memasuki Kota Magelang langsung saja mengarahkan kendaraan ke Alun-Alun Kota Magelang.
- Nah, di kawasan alun-alun kan ada Masjid Agung Magelang toh? Di utaranya masjid agung itu belok kiri ke Jl. Yos Sudarsro.
- Ketemu Jl. Kartini masih bablas lurus terus.
- Pas ketemu perempatan Jl. Diponegoro silakan menyeberang ke Jl. Mangkubumi.
Sampai deh!
Lokasi warung sop senerek Bu Atmo itu persis di dekat perempatan Jl. Mangkubumi dan Jl. Diponegoro. Kelihatan kok dari jalan raya.
Sepanjang perjalanan sebetulnya aku agak khawatir. Pada jam-jam siang mendekati sore begini, apa ya sop senerek Bu Atmo masih bersisa? Terlebih lagi, apa ya warungnya masih buka?
Begitu melihat di depan warung sop senerek Bu Atmo masih banyak sepeda motor yang terparkir, aku jadi sedikit lega. Iya, cuma sedikit lega. Soalnya kan nggak tahu sop senereknya masih atau nggak.
“Sopnya masih mbak?” tanyaku ke si mbak yang bertugas meracik sop.
“Masih Mas, tapi hanya tinggal yang ayam. Gimana?” tawar si mbak.
Waduh!? Yang sapi habis!?
Tapi ya maklum sih sudah jam segini. Sop senereknya masih sisa sebetulnya ya Alhamdulillah, patut disyukuri.
Yo wis, aku pesan saja sop senerek versi ayam 2 porsi. Ini aku juga baru tahu kalau ternyata sop senerek ada yang versi ayam. Aku kira sop senerek itu hanya ada versi daging sapi thok.
Tapi sebodo amat lah nanti Dimas protes atau nggak. Lha, daripada kami nggak makan? Toh, sepertinya Dimas ya juga nggak tahu kalau sop senerek itu versi default-nya pakai daging sapi, hehehe.
Tanpa perlu menunggu lama, inilah sop senerek Bu Atmo yang sudah lama dinanti-nanti.
Walaupun ya yang versi ayam sih.
Berarti, misi makan sop senerek yang versi daging sapi masih belum bisa dicap CLEAR.
Jadi punya PR deh buat mampir ke Kota Magelang lagi, hahaha.
Penampilan sop senerek Bu Atmo ini menurut pandangan kedua bola mataku adalah ndemenakke! Menarik! Sekaligus meriah!
Bisa kita lihat ada wortel, kentang, daun bawang (loncang), kacang merah, tomat, bayam, dan tidak ketinggalan daging ayam (potong). Kuah sopnya berwarna kecokelatan. Beda banget dengan sop senerek Pak Parto yang berkuah bening.
Sepintas, melihat warna daging (kulit) ayam dan warna kuah yang kecokelatan, aku berasumsi kalau rasa sop senerek Bu Atmo ini manis. Ya, umumnya warna cokelat itu didapat dari penggunaan kecap toh?
Namun ternyata, setelah dikecap, rasa kuah sopnya nggak manis! Nuansa rasa kuahnya kental dengan aroma kacang merah dan juga tomat. Rasa kaldu ayamnya justru tersamarkan.
Hooo, mungkin warna kuah yang kecokelatan ini lebih dikarenakan dari warna kacang merah, bukan kecap. Kalau kata mbak yang meracik, kuah sop senerek versi ayam dan versi daging sapi sama.
Jujur, aku betul-betul menikmati rasa sop senerek Bu Atmo ini. Baik itu wortel, kentang, kacang merah, bayam, atau daging ayamnya tidak terasa keras dan juga tidak terlampau lembek. Terasa pas untuk digigit dan dikunyah. Apabila disuruh memberikan skor, aku kasih nilai 8 dari 10.
Ah, jadi terkenang sop kacang merahnya Yu Darti pas aku masih kecil itu.
Harga sop senerek Bu Atmo menurutku nggak terlampau mencekik dompet. Semisal disantap seminggu dua kali ya masih belum bikin dompet jebol lah.
Seporsi sop senerek Bu Atmo versi ayam diberandol seharga Rp12.000. Sementara itu, untuk harga sop senerek yang versi daging sapi lebih mahal sedikit, yakni Rp15.000.
Yang jelas di siang hari itu, apa yang kami makan yaitu 2 porsi sop senerek versi ayam, ditambah 2 teh tawar, 1 tahu bacem, 2 perkedel, 1 sate kerang, dan 5 kerupuk hanya menghabiskan uang sebesar Rp34.000.
Murah nggak sih?
Kalau dibandingkan dengan harga di Jakarta ya murah di Magelang sini dong ya!
Tepat pukul tiga sore, aku dan Dimas kembali melanjutkan perjalanan. Cocoklah sop senerek ini sebagai pengganjal perut sekaligus penghangat sebelum kami menembus dinginnya kaki gunung Sindoro dan Sumbing menuju ke....
NIMBRUNG DI SINI