Jawaban singkat “sop kacang merah”, sepertinya gagal memuaskan hasrat penasaran オタクさん (dibaca: otaku-san) perihal makanan yang bernama sop senerek. Santapan ini termasuk salah satu kuliner fusion Jawa – Londo yang dibangga-banggakan warga Kota Magelang, Jawa Tengah.
Oh iya, pengucapan kata "senerek" itu serupa dengan pengucapan kata "senewen" dan "rekor".
Nah, didorong rasa keingintahuannya sebagai penggemar kuliner sop, kami berdua pun lantas meluncur ke wilayah berplat AA demi santap siang berlauk sop senerek.
Dua Warung Sop Senerek yang Terkenal di Magelang
Perjalanan yang berawal dari kota berplat AB lumayan tersendat-sendat disebabkan kepergian kami bertepatan di penghujung long weekend Tahun Baru Imlek 2567 yang jatuh pada hari Senin (8/2/2016). Rute perjalanannya ya jelas lewat jalan sejuta umat, yaitu Jl. Raya Yogyakarta – Magelang dengan jarak kurang-lebih sejauh 40 km.
Singkat cerita, sampailah kami dengan ngebut di Kota Magelang sekitar pukul setengah sebelas siang lewat banyak. Kemudian, sebagai navigator nggak berpengalaman yang tak pernah diperkenankan menyentuh gagang kemudi motor, aku pun mengaktifkan aplikasi Google Maps guna memandu arah menuju lokasi warung sop senerek sasaran.
Dari hasil obrolan singkat bareng Mbah Google, ada 2 warung sop senerek yang lumayan punya nama, yaitu sop senerek Bu Atmo dan sop senerek Pak Parto. Untung オタクさん sendiri nggak ambil pusing. Terserah. Yang penting, siang ini lunch sama sop senerek. Titik.
Warung sop senerek yang mana ya? Hmmm....
Oleh karena naluri jejakaku membisikkan bahwa kelezatan kuliner yang diracik oleh kaum hawa umumnya lebih maknyus, aku lantas mengarahkan オタクさん memacu sepeda motornya ke Jl. Mangkubumi, lokasi warung sop senerek Bu Atmo berada. Eh, sesampainya di sana ternyata warungnya tutup!
Doh! Ikut libur Imlek apa ya?
Ya sudah deh. Dengan demikian tujuan berikutnya jelas adalah menghampiri warung sop senerek Pak Parto. Semoga buka!
Sop Senerek Pak Parto yang Pakai Tapi...
Perjalanan dari warung sop senerek Bu Atmo menuju warung sop senerek Pak Parto di Jl. Majapahit itu memakan waktu lebih dari 15 menit karena dibumbui banyak adegan nyasar, hahaha . Maklum, seperti yang aku singgung di paragraf atas, namanya saja navigator yang kurang berpengalaman.
Perjalanan nyasar-nyasar ini semakin bertambah seru karena jalanan di Kota Magelang itu banyak yang satu arah! Jadinya, kalau mau balik arah mesti muter lumayan jauh deh. Kan kalau sudah kebablasan, navigatornya jadi bingung.
Sampai akhirnya, di dekat pertigaan Jl. Pemuda, seorang mas-mas kaki lima bilang,
“Sudah Mas, balik arah saja. Kalau motor lewat sana itu nggak apa-apa.”
Melipir jalan raya juga deh akhirnya....
Pengunjung yang bawa mobil parkirnya bakal kerepotan ini.
Yak, ini dia warung nasi sop senerek Pak Parto yang terletak di Jl. Majapahit itu. Kami pun masuk dan menghampiri si Tante yang sedang meracik di dapur. Sepertinya, beliaulah punggawa warung makan ini. Tak ada bapak-bapak seperti yang namanya dicatut sebagai nama warung makan.
“Wah Mas, sop senereknya HABIS, dagingnya baru kosong.”
Wedalah! Sejak kapan ada cerita kalau stok daging sop senerek bisa kosong!?
Masak ceritanya jadi gagal makan siang sama sop senerek?
Aku diam, belum beranjak dari hadapan si Tante. Pun tak merespons pernyataan si Tante dengan apa pun. オタクさん sendiri sedang nge-tag meja makan tempat bersantap. Aku dihadapkan pada pilihan sulit.
Aku melirak-lirik suasana dapur yang tak dibatasi sekat itu. Sepertinya, hanya daging sapinya saja yang kosong. Sedangkan, kuah sopnya masih. Pernak-pernik sop yang lain sepertinya juga masih.
Hmmm ....
Apa ya makan nasi sama kuah sop saja ya?
Minimal masih ada kacang merahnya kan?
Dibanding daging, yang terpenting dari sop senerek itu kacang merahnya toh?
Kira-kira bisa menampung sekitar 20-an pelanggan.
“Kalau dagingnya diganti paru mau nggak Mas?”
Pertanyaan yang dilontarkan simbok yang mengasisteni Tante di dapur itu seketika memecah kebingungan. Boleh juga idenya simbok. Daging disubstitusi paru. Toh, sama-sama berasal dari sapi.
Tapi, kok ya paru ya? Paru kan jeroan sapi yang lezat tapi deadly! Kalau begini ceritanya aku mesti konfirmasi ke オタクさん. Dengar-dengar, dirinya juga kurang sreg sama jeroan.
“Dagingnya habis. Diganti paru mau nggak?”
“Ya bolehlah.”, jawabnya pasrah
Tapi, aku sendiri sebenarnya kurang sreg bilamana harus menyantap jeroan. Untung warung nasi sop senerek Pak Parto juga menyediakan menu lain. Salah satunya adalah nasi pecel yang menjadi pilihanku. Yah, hitung-hitung biar aku banyak makan sayur lah. Perkara sop senereknya, nanti ngicip-ngicip sedikit punyanya オタクさん, hehehe.
Sop Senerek Pak Parto dalam Angka
Terlepas dari keberadaan jeroan paru, sop senerek ini “terlihat” sebagai kuliner yang sehat. Ada bayam sebagai sumber serat dan zat besi, wortel yang kaya vitamin C, dan kacang merah yang tinggi protein dan juga vitamin B.
Yang semestinya daging diganti jadi paru.
Tapi... di paragraf atas itu aku bilang sop senerek ini “terlihat sehat” karena ya kuliner ini termasuk BIG NO-NO alias makanan HARAM bagi para penderita penyakit asam urat, yang mana ginjalnya kekurangan enzim urikase guna mengurai zat purin yang terkandung dalam bayam, kacang merah, serta daging sapi.
Walapun begitu, bagi orang-orang yang Alhamdulillah ginjalnya masih berfungsi sehat, sop senerek ini aman untuk dikonsumsi. Kuah sop nan hangat, terasa gurih dengan cita rasa kaldu sapi yang tidak terlampau dominan. Cocoklah sop senerek ini disantap di Kota Magelang yang hawanya adem-adem sejuk. Apalagi pas musim hujan.
Ah, wujud sop seperti ini mengingatkanku pada sop yang dahulu pernah dimasak oleh Yu Darti semasa aku kecil.
Dari penyajiannya terkesan nothing special.
Oh iya, hampir kelupaan! Aku belum me-review nasi pecel pesananku sendiri, hehehe .
Nasi pecel yang disajikan di warung nasi sop senerek Pak Parto ini menurutku tergolong nasi pecel standar. Sayur-mayur penyusunnya pun minimalis, yakni cacahan kubis, bayam, kacang panjang, dan kecambah (tauge). Pelanggan juga bisa meminta tambahan mie goreng sebagai lauk pelengkap. Kalau masih kurang, di setiap meja tersedia tahu dan tempe, digoreng dan dibacem.
Perkara rasanya, ya menurutku standar lah ya. Nggak ada sesuatu yang di lidah memicu rasa “wow” atau “hmm...”. Yang menjadi nilai plus nasi pecel ini menurutku adalah kuah kacangnya yang nggak begitu manis. Kalau di Jogja kan apa-apa yang berkacang-kacang pasti jadinya manis.
Cowok berplat AD yang hobinya makan sop itu.
Selesai makan, aku meng-interview オタクさん perihal sop senerek yang disantapnya barusan. Menurut pemuda yang mendapat predikat “ilat gendeng” (bahasa Jawa: lidah nggak waras) dari ibundanya itu, rasa sop senerek ini
ま。。。ま。。。 (dibaca: ma... ma...)
Yang kurang lebih punya arti, “so-so” dalam bahasa Inggris atau “biasa” dalam bahasa Indonesia. Alasannya sih karena rasanya hambar. Padahal menurut lidahku sih nggak. Apa mungkin karena lidah オタクさん terlalu didoktrin oleh cita rasa sop wilayah plat AD atau mungkin memang ilatnya gendeng?
Aku sendiri sih me-rating sop senerek Pak Parto ini dengan skor 7 / 10 dan nasi pecelnya dengan skor 6 / 10. Aku belum berani memberi skor tinggi untuk sop senerek karena aku belum merasakan daging sapinya.
Oh iya, kalau ikut memperhitungkan faktor harga, mungkin bisa medongkrak skor akhir masing-masing kuliner di atas sebanyak 0,5. Sebab, untuk seporsi nasi sop senerek (paru), seporsi nasi pecel, segelas es teh, segelas teh panas, dua kerupuk, dan dua tempe bacem, kami hanya menghambur-hamburkan uang senilai Rp19.500.
Murah toh? Magelang punya ini!
Jadi, bila sekiranya Pembaca terbebas dari penyakit asam urat dan kebetulan singgah di Kota Magelang serta mendamba kuliner yang segar nan hangat, boleh dicoba mampir ke warung sop senerek Pak Parto.
Oh iya, satu lagi. Meskipun manusia bisa hidup hanya dengan satu ginjal, alangkah baiknya bila kita menjaga pola hidup sehat agar organ-organ tubuh kita tetap berfungsi optimal, demi menghindari resiko penyakit asam urat dan penyakit-penyakit lain yang disebabkan oleh pola hidup.
Ingat! Bahwasanya sehat itu jauuuh lebih mahal dari ongkos traveling dan cicilan-cicilan lainnya. #eh
Pembaca kapan terakhir kali makan siang pakai sop?
NIMBRUNG DI SINI
Bersyukurlah orang-orang yang tinggal di luar Jakarta ..
Kalau sop mah itu menu yang sering dimasak sama ART ku di rumah... dan kemarin karena baru pulang dari Makassar, di sana aku beli sekeranjang kacang merah Mas, cuma 10 ribu tok!! ya
Ampuun gila-gila harga di sana :D.. puas deh sampe Jakarta, kacang merahnya bisa untuk sop ampe beberapa hari.
Waw! Kacang merah dari Makassar? Penasaran aku seperti apa wujudnya. Di sana daerah penghasil kacang merah po? Kok bisa murah banget ya?
Ayo jalan-jalan lagi ke Mojokerto. Ada candi yang maaasih banyak lagi.
baru tahu, heuheuheu.
Biasanya sih aku makan kacang merah dalam bentuk es Es Kacang Merah.
Ini jadi judulnya petualangan Mas Wijna mencari semangkok sop di Kota Magelang...
Keren mas, keren, hehehe
Yaaah udah sampai ke Magelang kehabisan daging?