Etika Berwisata Peninggalan Bersejarah
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak peninggalan bersejarah! Kalau bisa batasi kontak fisik ke benda tersebut!
- Baca informasi sejarahnya. Kalau perlu difoto dan dibaca lagi di rumah.
- Patuhi peraturan yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Di kompleks Percandian Muaro Jambi, selain ada Candi Tinggi, ternyata ada juga candi yang disebut Candi Tinggi I.
Iya. Penamaan candinya memang janggal.
Apalagi tingginya juga nggak tinggi-tinggi banget.
Tampak depan Candi Tinggi I.
Tampak belakang Candi Tinggi I.
Di papan nama, tulisannya sih Candi Tinggi I. Aku sendiri ya kurang paham, apakah itu diartikan sebagai Candi Tinggi I (huruf i besar) atau malah Candi Tinggi 1 (angka 1 latin).
Yang jelas, di sekitar sana nggak ada candi yang disebut Candi Tinggi II atau Candi Tinggi 2.
Eh, atau mungkin masih terpendam di bawah tanah ya?
Tapi... kayaknya nggak mungkin deh.
Ah, mbuh lah...
Pengunjung di zaman modern harus "loncat" pagar untuk bisa mendekat ke candi.
Itu diberi pijakan kayu supaya batu bata pagarnya nggak rusak terinjak-injak. Maklum, batu bata kan rapuh.
Kalau pengunjung di zaman dahulu lewat gerbang ini.
Jadi, jadi, jadi, yang disebut sebagai Candi Tinggi I adalah suatu bangunan candi yang letaknya ada di sisi selatan Candi Tinggi. Candi ini termasuk golongan candi “baru”, yang belum lama ditemukan. Di tahun 2000, wujud Candi Tinggi I ini masih tersamarkan dengan gundukan tanah. Pas gundukan tanahnya disingkap, eh, ketemu candi baru deh.
Pesan yang Bisa Ditarik
Kalau di sekitar tempat tinggal Pembaca ada gundukan tanah, coba deh disingkap, siapa tahu di dalamnya ada candi.
Hopeless banget kayaknya untuk direkonstruksi menyerupai aslinya.
Ini juga bernasib sama. Kira-kira dulunya struktur buat apa ini ya?
Hal unik yang bisa dijumpai dari Candi Tinggi I ini adalah susunan batu bata di struktur luar yang polanya berbeda dengan susunan batu bata di struktur dalam. Perbedaan cara menyusun batu bata ini diduga akibat dari perbedaan masa pembangunan. Jadi, ada dugaan bahwa di zaman dulu, Candi Tinggi I ini pernah mengalami pengembangan dan perluasan bentuk bangunan.
Ternyata candi-candi di kompleks Percandian Muaro Jambi ini fleksibel juga yah? Bangunannya bisa dikembangkan sesuai kebutuhan.
Kalau ngintip ke dalam lubang bakal terlihat susunan yang berbeda.
Silakan bayangkan di zaman dahulu ini berwujud bangunan berdinding kayu beratap gerabah.
Kalau menurut penerawangan awamku, dahulunya Candi Tinggi I ini adalah pondasi dari suatu bangunan semacam tempat tinggal, kantor, atau mungkin juga tempat ibadah. Di sekelilingnya diperkokoh dengan struktur dinding kayu dan beratapkan gerabah.
Masuk akal toh?
Eh, omong-omong, kalau aku hanya menerbitkan satu artikel candi Muaro Jambi tiap satu bulan, kayaknya selesainya bakal lama deh. Semoga di bulan April nanti bisa lebih dari 1 artikel candi.
Ini juga mohon maaf banget kalau dari bulan Januari sampai sekarang akunya sibuk.
Lha, kok malah curhat? #ngelantur
Ya udah deh. Sampai ketemu lagi di artikel berikutnya. Seminggu dari sekarang.
NIMBRUNG DI SINI
Mari kita jaga dan lestarikan peninggalan budaya masa lalu
Buat tim-tim dan ahli dalam bidang purbakala SEMANGAT pantang mundur!
Anehe kok nggak ada ukir-ukiran atau relief di kompleks candi Muaro Jambi. Opo wes diamanke? Ahh jadi penasaran en pingin mrono lihat dewe.
Nggak tahu bagaimana merekonstruksinya ...
Kabarnya kan borobudur di temukan dalam keadaan hancur juga ... akhirnya direkonstruksi jadi seperti sekarang ... bener gak sih ...
Saya suka tempat-tempat macem candi gitu. Di situ saya bisa ngerasa ada sesuatu nilai magis yang kental. :D
Terus bahan yang untuk membangunnya aja seperti batu bata pada umumnya...
Siplah lanjutkan liputannya mas Wijna.
Ntar bakalan ada liputan lapangan candi-candi di Jambi ya?