Pas dulu mampir ke Kota Palembang, seneng banget rasanya bisa jalan kaki nyebrang Sungai Musi lewat Jembatan Ampera, hehehe.
Lha piye? Kan di Jawa nggak ada sungai yang sebesar Sungai Musi toh? Jadinya, bisa berdiri di jembatan di atas sungai yang besar banget dan nengok ke bawah itu rasanya... WOOOOOH!
Nah, pas gilirannya aku singgah di Kota Jambi pada hari Minggu (12/4/2015) silam, aku jadi terobsesi buat jalan kaki nyebrang jembatan yang membelah Sungai Batanghari.
Lha gimana nggak? Batanghari kan sungai terpanjang se-Sumatra? Besarnya ya mirip-mirip sama Sungai Musi lah.
Tapi... enaknya jembatan mana ya yang bakal jadi TKP?
Kan banyak itu jembatan yang malang-melintang di atas Sungai Batanghari?
Nggg...
SILAKAN DIBACA
Oh iya!
Pas tempo hari nebeng naik truk ke Candi Muara Jambi, pak sopir truk sempat cerita soal jembatan baru yang kini membentang di atas Sungai Batanghari. Peresmiannya akhir Maret 2015 lalu oleh Pak Jusuf Kalla. Nama jembatan baru tersebut adalah Jembatan Gentala Arasy.
Nah! Yang bikin Jembatan Gentala Arasy ini unik dan menarik adalah fungsinya hanya sebagai jembatan penyeberangan orang! Jadinya ya hanya orang saja yang bisa lewat. Mobil, sepeda motor, bus, truk dan segala macam kendaraan bermotor ya nggak bisa lewat.
Eh, nggak boleh lewat sih lebih tepatnya.
Berhubung burung besi yang bakal mengantarku pulang ke ibu kota baru berangkat nanti siang, jadinya pada Minggu pagi yang cerah itu aku putuskan untuk menyambangi Jembatan Gentala Arasy. Hitung-hitung sekalian jalan-jalan pagi nyari sarapan, hehehe.
Kalau katanya pak sopir truk, Jembatan Gentala Arasy itu letaknya ada di seputaran kawasan Tangga Rajo. Warga Jambi sendiri kerap menyebut kawasan ini dengan sebutan... Ancol.
Eh, jangan sangka Ancol hanya ada di Jakarta sama Jogja saja! Di Jambi juga ada Ancol lho!
Karena jarak dari tempatku menginap ke kawasan Tanggo Rajo a.k.a Ancol lumayan jauh (sekitar 4 km), jadinya aku ke sana naik angkot merah. Ongkos angkotnya cukup Rp4.000 saja.
Aku kemudian turun di pemberhentian terakhir yaitu Terminal Rawasari alias terminal angkotnya Kota Jambi. Letak terminal ini dekat sama pasar dan pasar dekat sama kawasan Tangga Rajo, hahaha.
Jadi ya tinggal jalan kaki deh ke kawasan Tangga Rajo. Kira-kira ya sepuluh menitan lah.
Bener saja, di atas Sungai Batanghari itu aku melihat bangunan yang fenomenal! Ada jembatan meliuk-meliuk berbentuk huruf S yang disesaki sama orang-orang yang berjalan kaki. Ini dia ikon Kota Jambi yang lagi nge-HITZ!
Jembatan Gentala Arasy memiliki panjang sekitar 500 meter dengan lebar 4 meter. Proses pembangunannya berlangsung dari tahun 2012 hingga 2014 dan menelan dana hingga 88,7 milyar rupiah. Mahal juga ya?
Eh, dengar-dengar konstruksi Jembatan Gentala Arasy itu mengundang perdebatan? Ah, apa pun itu yang penting aku sudah merasakan sensasinya nyebrang Sungai Batanghari!
Sebetulnya, nama Gentala Arasy itu lebih dulu disematkan untuk menara setinggi 80 meter yang berdiri kokoh di ujung jembatan. Ada banyak versi tentang asal-muasal nama Gentala Arasy. Ada yang bilang Gentala Arasy itu akronim dari Genah Tanah Lahir Abdurrahman Sayoeti. Abdurrahman Sayoeti itu gubernur Jambi periode 1989 – 1999.
Tapi, kalau mengacu kata demi kata, arasy berasal dari perbendaharaan bahasa Arab yang artinya singgasana Allah SWT. Kata gentala dalam bahasa Jawa Kuna berarti naga. Namun, ada yang bilang kata gentala dalam bahasa Melayu Jambi berarti suara.
Pengertian gentala yang berarti suara itu cukup masuk akal. Itu karena setiap masuk waktu salat, menara Gentala Arasy ini turut me-relay azan yang dikumandangkan dari Masjid Al-Falah (masjid seribu tiang).
Tapi ya, nggak tahu deh bener atau nggak. Soalnya aku di Jembatan Gentala Arasy nggak sampai masuk waktu salat, hehehe.
Jembatan Gentala Arasy ini memang enak dipakai untuk tempat jogging. Ruang gerak pengunjung cukup luas terutama karena pedagang kaki lima nggak ada yang boleh berjualan di atas jembatan. Karena keluyuran sambil bawa DSLR, aku sempat diminta jadi tukang foto dadakan oleh para pejalan kaki yang kebetulan melintas, hahaha.
Dari atas jembatan Gentala Arasy kita juga bisa menyaksikan geliat kehidupan di sekitar Sungai Batanghari. Misalnya warga kampung yang sedang mandi (hehehe, uncensored lho! ) atau kapal batu bara dan perahu ketek yang hilir-mudik.
Karena masih tergolong bangunan baru, jadinya Jembatan Gentala Arasy ini masih kelihatan bersih deh. Meski begitu, kalau dicermati ya masih terlihat satu-dua sampah nyempil di sana-sini. Umumnya sampah-sampahnya terletak di lokasi yang sulit dijangkau tangan. Duh! Gimana membersihkannya ini?
Di sisi jembatan tempat beridirinya menara Gentala Arasy dikenal sebagai kawasan Sekoja alias Seberang Kota Jambi. Di sini ada ruang terbuka yang dimanfaatkan warga untuk bercengkrama.
Aku sebenarnya penasaran sih mau melihat isi menara Gentala Arasy. Tapi sayang pintu masuknya masih ditutup. Eh, di kawasan Sekoja ini juga banyak tempat-tempat bersejarah lho!
Akhirnya, di kawasan Sekoja aku cuma mampir sarapan nasi gemuk di warung sederhana. Harganya murah! Cuma Rp6.000 sepiring. Nasi gemuk itu mirip-mirip sama nasi uduk gitu deh.
Baru pukul 8 pagi tapi suasana di Jembatan Gentala Arasy sudah mulai sepi. Mungkin karena pada hari itu matahari di Kota Jambi sudah terik walaupun masih pagi. Tapi aku yakin, saat matahari meredup nanti sore, jembatan ini pasti ramai lagi.
Jadi ya sudah. Aku balik lagi deh nyebrang jembatan Gentala Arasy. Pulang ke arah Terminal Rawasari. Nyari angkot warna merah. Balik ke penginapan. Kemudian masuk WC untuk mencari inspirasi sambil ngendog. #eh
Target berikutnya, nyeberang sungai di Sumatra yang mana lagi ya?
Hmmm...
Kalau sekiranya Pembaca mampir Kota Jambi, nggak ada salahnya mencoba menyeberangi Sungai Batanghari lewat Jembatan Gentala Arasy. Khususnya pada hari Minggu pagi.
NIMBRUNG DI SINI
cahayanya, salah satu tempat wisata yang wajib dikunjungi..
haha ... btw .. sayang jembatan sudah seindah begini . tapi kelakuan masih nyampah aja ...
hikss