Maw Mblusuk?

HALO PEMBACA!

Selamat nyasar di blog Maw Mblusuk? !

Di blog ini Pembaca bisa menemukan lokasi-lokasi unik seputar aktivitas blusukan-ku ke sana-sini. Eh, kalau ada kritik, saran, atau pesan bilang-bilang aku yah! Nuwun!

Cari Artikel

LANGGANAN YUK!

Dengan berlangganan, Anda akan senantiasa mendapatkan update artikel terbaru blog ini.


Bisa berlangganan melalui e-mail.

oleh FeedBurner

Atau melalui RSS Feed berikut.
feeds.feedburner.com/mblusuk
Jumat, 14 Juni 2019, 06:35 WIB

Etika Berwisata Alam

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak alam!
  3. Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
  4. Jaga sikap dan sopan-santun!
  5. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  6. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Hari keempat “bulan madu” di Pulau Lombok adalah hari terakhir aku dan Dwi berada di kawasan Pantai Kuta. Selasa (8/5/2018) ini rencananya kami bakal balik ke Kota Mataram.

 

Sebelum benar-benar meninggalkan kawasan Lombok Timur, enaknya sehabis subuh ini mampir lagi deh ke Pantai Kuta. Apalagi kalau bukan untuk mengucapkan “salam perpisahan”.

 

wanita memotret di dermaga pantai kuta lombok

 

Puas berpisah-cengkrama dengan Pantai Kuta, sekitar pukul setengah 7 pagi kami balik ke hotel untuk sarapan. Terjadilah diskusi ringan sembari mengunyah makanan. Topiknya adalah,

 

Ke mana tempat mampir sebelum balik ke Kota Mataram?

 

Sebagai penggagas acara “bulan madu”, kemarin malam aku sudah meng-googling-googling air terjun yang sekiranya menarik dan searah dengan rute ke Kota Mataram. Mosok sudah 4 hari di Lombok tapi belum ke air terjun sih? #air.terjun.maniak

 

Sang istri terlucyu pun menonton-nonton foto-foto air terjun yang aku sodorkan. Eeeh, ternyata dia malah nggak berminat!

 

Waduh....

 

kafe hotel homestay banyuurip di kawasan pantai kuta lombok

 

 

Tapi, diskusi ringan ini nggak lantas berujung buntu. Sepertinya sang istri sudah punya pilihan. Dirinya ingin menyambangi Pantai Nambung yang terletak di Desa Montong Ajan, Kecamatan Praya Barat Daya, Kabupaten Lombok Tengah.

 

Lha? Pantai lagi!?

 

“Bulan madu” ke Lombok setiap hari makannya pantai???


 

Eh, tapi sang istri bilang kalau Pantai Nambung ini unik karena di sana ada air terjunnya! Walaupun air terjun yang dimaksud itu “hanya” air laut yang mengalir dari ombak besar yang menghempas karang sih.

 

Tapi, ya sudahlah. Toh ada “air terjun”-nya. Daripada dari Pantai Kuta langsung balik ke Kota Mataram tanpa keluyuran ke tempat baru sama sekali.

 

Karena Sudah Kepalang Basah

Jadi, sekitar pukul setengah 9 pagi kami check-out dari hotel. Rampung sudah dua malam menginap di kawasan Pantai Kuta.

 

Selamat tinggal kawasan Pantai Kuta! Semoga suatu saat nanti bisa mampir ke sini lagi!

 

pemandangan indah pantai kuta lombok dari ketinggian bukit

 

Menurut Google Maps, Pantai Nambung berjarak sekitar 40 km di barat Pantai Kuta. Alhamdulillah, jaraknya lebih dekat daripada ke Tanjung Ringgit tempo hari. 

 

Sesuai arahan Google Maps, untuk menuju ke Pantai Nambung kami melewati jalan raya yang mengarah ke Pantai Selong Belanak. Inginnya sih mampir ke sana, tapi karena hari ini ada misi ke Pantai Nambung, jadi sepeda motor tetap digas menyusuri jalan raya yang sepi nan lenggang.

 

Dari Pantai Selong Belanak perjalanan dilanjut ke utara menuju Desa Batujangkih. Dari Desa Batujangkih tinggal mengikuti jalan raya ke arah selatan hingga tiba di Pantai Nambung.

 

Alhamdulillah sekali jalan raya menuju Pantai Nambung beraspal mulusss jadi bisa terusss ngegas banter. Beda banget dengan jalan ke Tanjung Ringgit lah.

 

jalan raya di desa batujangkih lombok barat daya

 

Sekitar pukul 10 siang kami tiba di kawasan Pantai Nambung. Bertanya-tanyalah kemudian pada warga setempat. Oleh mereka kami disarankan untuk menitip parkir sepeda motor di halaman suatu rumah.

 

Selanjutnya, kebingungan pun melanda.

 

Di mana itu air terjunnya? Yang ada di hadapan mata hanya hamparan pasir putih dan laut biru lepas.

 

hamparan pasir putih di pantai nambung

 

Di tengah kebingungan itu, untung seorang ibu warga berbaik hati memberikan petunjuk. Jari beliau mengarah ke suatu tebing karang.

 

"Itu Mas," kata beliau.

 

lokasi tebing air terjun di pantai nambung

 

OMEGOD!

 

TEBING KARANG ITU!?

 

JAUH WOOOY!

 

wanita berjilbab berjalan kaki menyusuri pantai nambung lombok

 

Tapi kan ya lagi-lagi, karena sudah kepalang basah sampai sini, jadi ya tebing karang tersebut hukumnya WAJIB disambangi toh?  

 

Dengan demikian, dimulailah perjuangan menuju ke tebing karang tempat air terjun Pantai Nambung berada. Ini sangat-sangat-sangat menguji kesabaran, karena

 

  1. pasirnya nggak padat! Saat pasir dipijak, kaki bisa 100% terbenam hingga mata kaki. Sulit untuk bergerak cepat, dan
  2. mataharinya PANAS BUNG! #ya.iyalah

 

jenis pasir pantai nambung di pulau lombok

 

Kira-kira setelah 15 menit berjalan kaki menyusuri hamparan pasir Pantai Nambung di bawah sengatan terik matahari #weh, tibalah kami di area pinggir tebing karang. Di sini pasir yang bikin susah melangkah itu lenyap berganti hamparan batu karang.

 

Sayangnya, walaupun sudah masuk area karang-karangan ternyata letak tebing karang air terjun itu masih jauh! #doooh

 

hamparan batu di pantai nambung lombok

 

Akhirnya, akhirnya, dan akhirnya!

 

Alhamdulillah, setelah berjalan kaki sekitar 10 menit menyusuri hamparan batu-batu karang, tibalah kami di lokasi air terjun Pantai Nambung. Waktu menunjukkan pukul setengah 11 siang lewat.

 

Jadi, karena sudah berada di posisi yang sesuai:

 

  • Tripod ditegakkan.
  • Kamera diatur supaya tinggal jepret beres.
  • Dwi berpose duduk di atas batu karang.

 

Selanjutnya tinggal menanti ombak besar datang. Kalau ombaknya nggak besar, mana muncul air terjunnya.

 

wanita duduk menunggu air terjun di pantai nambung

 

“Seandainya ada nasi Padang aku betah lama-lama di sini Mas.”

 

Itulah yang dikatakan oleh sang istri terlucyu yang masih setia berpose berpanas-panas ria di atas batu karang. Aku sendiri ngadem di balik tebing batu karang nan tinggi. #resiko.model #enaknya.fotografer

 

Belasan menit berlalu, tapi ombak besar belum datang-datang juga. Sang istri yang berada sekitar 8 meter di depan mulai "mengoceh",

 

“Ombak, ombak, dateng dong. Aku sudah dateng jauh-jauh dari Jogja....”

 

Begitulah yang diperbuat oleh istri untuk merayu datangnya ombak Pantai Nambung.

 

cara yang tepat menikmati keindahan dan keunikan air terjun karang di pantai nambung

 

Pada akhirnya, kami meninggalkan air terjun tebing karang Pantai Nambung setelah menunggu HAMPIR 1 JAM untuk ombak besar yang nggak kunjung datang. Mungkin kali ini kami kurang beruntung #sedih. Mungkin kapan-kapan jika ingin ke sini lagi harus mencocokkan dengan musim ombak besar.

 

Setelah itu dimulailah kembali perjuangan berjalan kaki nyaris setengah jam melewati hamparan batu karang #doh dan hamparan pasir yang bikin kaki mendelep #doooh guna kembali ke tempat sepeda motor sewaan diparkir. Tentu saja ditemani sengatan matahari yang semakin PUUUANAS!

 

wanita tiduran di hamparan pasir pantai nambung

 

Beginilah nasib keluyuran di pantai siang bolong....

 

Pada Akhirnya

Kira-kira pukul 12 siang kami berpamitan dengan warga yang halaman rumahnya kami pakai sebagai tempat memarkirkan sepeda motor. Selain menitip parkir sepeda motor, sebetulnya di sana kami juga menitipkan tas-tas berat berisi pakaian.

 

Perjalanan menuju Kota Mataram pun dimulai. Kalau umumnya rutenya lewat Praya, kami memilih blusukan naik-naik bukit dan turun lewat pinggir Waduk Pengga. Njedul-nya nanti di Jl. Bypass Bandara Lombok. Setelah itu tinggal gas pol di jalan raya nan jembar hingga tiba dengan selamat di Kota Mataram sekitar pukul 2 siang.

 

area parkir kendaraan pengunjung pantai nambung

 

Sehabis check-in di hotel, bersih diri, dan salat, kami pun keluyuran lagi di seputaran Kota Mataram. Niat hati sih ingin makan siang, tapi yang ada malah berfoya-foya di Lombok Exotic dan Amelia. #eh

 

Hari semakin sore. Di tengah perjalanan mencari santap sore (sudah bukan makan siang ) kami sempat mampir membeli lem G di kios fotokopi untuk merekatkan pelindung knalpot yang retak sewaktu insiden jatuh sepulang dari Pantai Pink. Perkara makan sorenya malah di warung penyetan di seberang Hotel Kurnia Jaya yang notabene tempat pertama kali menginap. #hadeh

 

Selesai keluyuran di Kota Mataram menjelang magrib. Setelah itu menunggu abang dari Lombok Motor Bike Rental menjemput sepeda motor yang kami sewa.

 

Pada akhirnya, hari keempat di Pulau Lombok ditutup dengan jalan-jalan membeli Fanta float di Mall Mataram. Akhirnya kesampaian nge-mall juga walaupun yaa....

 

Pengeluaran Bulan Madu Hari Keempat di Lombok

Mari berhitung!

 

Titip parkir Pantai Nambung + donasi Rp10.000  
Belanja di Lombok Exotic Rp211.000  
Belanja di Amelia Rp162.000  
Lem G Rp6.000  
Makan sore Rp36.000 2 x (nasi + nila goreng), air mineral 600 ml, teh botol
Fanta float Mataram Mall Rp24.000 Dua gelas
Menginap di Hotel Palapa Rp223.000  

 

Total pengeluaran “bulan madu” hari keempat di Lombok adalah sebesar:

 

Rp672.000

 

Hari kelima ke mana ya?


NIMBRUNG DI SINI

UPS! Anda harus mengaktifkan Javascript untuk bisa mengirim komentar!
  • BERBAGIFUN
    avatar komentator ke-0
    BERBAGIFUN #Minggu, 16 Jun 2019, 14:11 WIB
    wisata itu sepi sejak banyak Begal nya,
    serem, ngeriii