Sesuai namanya, Tanjung Ringgit adalah suatu tanjung[1] yang bernama Ringgit. Alasan kenapa dinamai Tanjung Ringgit dan bukan Tanjung Rupiah #eh itu aku kurang paham karena Mbah Google sepertinya tak menyediakan jawabnya.
[1] tanah (ujung) atau pegunungan yang menganjur ke laut (ke danau)
Anyway, jikalau ada Pembaca yang tahu asal-muasal nama Tanjung Ringgit, bolehlah kiranya berbagi informasi di kolom komentar. Terima kasih.
Wilayah tanjung ringgit dilihat dari Google Maps.
Tanjung Ringgit adalah tanjung yang terletak di sisi tenggara Pulau Lombok. Menurut Google Maps, jarak Tanjung Ringgit dari Kota Mataram adalah sekitar 85 km yang bisa ditempuh selama 2,5 jam perjalanan. Secara administratif, Tanjung Ringgit berada di Desa Sekaroh, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
Alasan utama yang mendorong aku dan sang istri terlucyu jauh-jauh bertualang dari Jogja ke Tanjung Ringgit pada Senin (7/5/2018) silam adalah untuk menikmati hamparan padang rumput/tanah luas yang mirip sabana. Daripada capek-capek mendaki gunung, sepertinya “sabana” Tanjung Ringgit (yang bisa dijangkau dengan sepeda motor) adalah pilihan yang “cukup bersahabat”.
Luas dan sepi. Bebas parkir di mana saja.
Menikmati sepi dan luasnya padang di Tanjung Ringgit.
Alasan kedua adalah kami ingin menyambangi tempat wisata yang sepi manusia. Jikalau Pembaca mendamba bentang alam luas yang hanya disinggahi segelintir manusia, Tanjung Ringgit adalah pilihan yang tepat. Dari foto-foto yang banyak beredar di jagat maya, sepertinya Tanjung Ringgit adalah tempat yang ideal untuk menyepi dan menyatu dengan kekayaan alam Pulau Lombok.
Pohon surga, ikon Tanjung Ringgit.
Meskipun pemandangan tebingnya indah, tetap harus waspada!
Tebingnya rawan longsor dan anginnya lumayan kencang.
Pulau Sumbawa terlihat di kejauhan. Kapan ya bisa ke sana?
Antara kelompok pengunjung terpisah tebing nan jauh di sana.
Meriam peninggalan Jepang. Kondisi sekitarnya sudah bersih.
Sumur air tawar di dasar tebing. Entah bagaimana cara menggapainya.
Akan tetapi, akan tetapi, dan akan tetapi....
Selain keindahan alamnya, Tanjung Ringgit memiliki “sesuatu” yang membuat para pengunjungnya harus menyiapkan derajat kesabaran ekstra tinggi. Apalagi, kalau bukan jalan menuju Tanjung Ringgit.
Satu hal yang perlu digaris bawahi dan ditekankan pada setiap orang yang berniat singgah di Tanjung Ringgit adalah:
Jalan menuju ke Tanjung Ringgit itu RUSAK PARAH!
Sekali lagi ya.
Jalan menuju ke Tanjung Ringgit itu RUSAK PARAH!
Yang harus ditekankan pula, panjang jalan rusak parah itu kira-kira adalah 10 km!
SEPULUH KILOMETER!
Jelas, jalan sepanjang 10 km itu bakal ditempuh DUA KALI ketika pergi dan pulang. Jadi, total perjalanan menempuh jalan rusak itu adalah kira-kira 20 km!
DUA PULUH KILOMETER!
Alhamdulillah-nya, di sepanjang jalan banyak papan petunjuk arah ke Tanjung Ringgit. Ajaibnya pula, masih ada patok-patok kilometer! Jadi, walaupun jalannya rusak, tapi kecil kemungkinannya untuk nyasar.
Sebagian besar perjalanan menuju Tanjung Ringgit melewati jalan bagus seperti ini.
Tapi, ternyata jalan beraspalnya berakhir di dekat masjid Desa Sekaroh.
Untung jalannya hanya satu, dilengkapi papan arah pula, sangat mengurangi potensi nyasar.
Apabila derajat kesabaran pengunjung tak terlalu tinggi dalam “menikmati” pembangunan di Lombok Timur yang belum merata itu, silakan menyewa mobil yang dilengkapi sopir. Tapi ya, siap-siap mabuk sepanjang perjalanan yang penuh goncangan. Siapkan pula kendaraan dalam kondisi prima.
Jikalau sepeda motor menjadi tunggangan menyusuri sudut-sudut Pulau Lombok, mau nggak mau porsi kesabaran ekstra harus dipersiapkan. Berhati-hati pula ketika berkendara, karena jika terjadi hal-hal yang nggak diharapkan, keberadaan bantuan, bengkel, dan tempat berobat amat langka.
Di awal jalan rusak, masih banyak dijumpai pemukiman warga
Kerusakan jalannya juga masih cukup manusiawi.
Sekian kilometer kemudian, hanya ada hutan dan semak.
Kerusakan jalannya jelas sangat menguji kesabaran.
Bayangkan jika lewat jalan ini pada malam hari atau pas hujan turun.
Untuk menyusuri sudut-sudut Tanjung Kelayang serta mengabadikan keindahannya, waktu sehari rasanya belum cukup. Berhubung tempat ini luas dan sepi, cocok juga bila dijadikan tempat berkemah. Tapi ya sekali lagi, kehati-hatian dan kewaspadaan tetap harus dinomorsatukan.
Jangan pula pulang kemalaman di Tanjung Ringgit! Sebabnya, nggak ada lampu penerangan di sepanjang jalan rusak itu! Bisa-bisa rawan celaka. Apalagi jika licin sehabis hujan.
Sebetulnya, bila terjadi apa-apa di Tanjung Ringgit, bantuan terdekat yang bisa dimintai tolong adalah para petugas jaga mercusuar Dirjen Perhubungan Laut. Di kompleks mercusuar ini juga ada toilet seumpama butuh tempat kondusif untuk menjawab panggilan alam.
Mercusuar Tanjung Ringgit, satu-satunya lokasi yang dihuni manusia.
Jadi, dari sekian panjang ocehan di atas, yang harus disiapkan sebelum berkunjung ke Tanjung Ringgit adalah
- Kesabaran yang kuat,
- Kendaraan yang prima (termasuk kesediaan BBM),
- Perbekalan yang cukup, dan
- Perencanaan yang matang.
Sedangkan hal-hal yang patut diperhatikan dan diwaspadai dari Tanjung Ringgit adalah
- Jalan rusak pergi-pulang kurang lebih sejauh 20 km,
- Tidak adanya penerangan jalan sepanjang jalan rusak itu,
- Kondisi jalan rusak yang licin, bergelombang, dan menggenang ketika musim hujan,
- Minimnya kios, kedai, dan bengkel di sepanjang jalan menuju Tanjung Ringgit,
- Tidak adanya sinyal seluler di Tanjung Ringgit, dan
- Minimnya orang yang tinggal dan bisa dimintai bantuan di Tanjung Ringgit.
Entah kapan jalan ke Tanjung Ringgit bakal semulus pantat bayi. Sebelum itu terjadi, mungkin Tanjung Ringgit akan tetap menjadi tempat indah yang jarang dijamah di Lombok Timur.
Suka sekali dengan indahnya Tanjung Ringgit, tapi nggak suka banget dengan jalan rusak menuju sana!
NIMBRUNG DI SINI
halahem...