HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Cerita Bulan Madu Hari ke-3: Nun Jauh di Ujung Tenggara

Sabtu, 16 Maret 2019, 23:45 WIB

Etika Berwisata Alam

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak alam!
  3. Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
  4. Jaga sikap dan sopan-santun!
  5. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  6. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Hari ketiga “bulan madu” di Pulau Lombok dimulai dengan alarm handphone yang berdering nyaring pada pukul 4 pagi. Kegiatan pada hari Senin (7/5/2018) ini diawali dengan menunaikan salat Subuh berjemaah di Masjid Nurul Bilad Mandalika yang berjarak < 1 km dari hotel.  

 

Dengan menunggangi sepeda motor, tibalah di Masjid Nurul Bilad Mandalika menjelang pukul setengah 5 pagi. Selang beberapa saat, abang takmir datang dan mengumandangkan azan. Jemaah pun berdatangan walau jumlahnya segelintir. #hehehe

 

 

Pukul 5 pagi selesailah salat Subuh berjamaah. Langit masih gelap, tapi ufuk barat mulai memerah. Berhubung sudah berbekal seperangkat kamera dan tripod #hehehe, langsung saja berpindah tempat buat nyunrise di taman Kuta Mandalika. Kalau nggak pas subuh, di sini bakal “bocor” orang-orang. #hehehe

 

Mendekati pukul setengah 6 pagi, momen sunrise yang dinanti-nanti muncul juga. Sayang, bulatnya matahari terbit malah terhalang bukit. Walau begitu, pesona matahari terbit dari Pantai Kuta tetap syahdu. Suasananya sepi dan masih muncul kabut.

 

 

Selesai agenda nyunrise di Pantai Kuta, muncul hasrat “penasaran” buat keluyuran di sekitar sana. Jadilah sepeda motor kembali digas menyusuri sudut-sudut KEK Kuta Mandalika. Banyak proyek pembangunan hotel di tepi-tepi pantai. Bau-baunya bakal ada pantai-pantai “khusus tamu hotel” ini. #hehehe

 

Balik ke hotel sekitar pukul 8 pagi dengan perut yang keroncongan. Sebelum mandi, sarapan dulu di kafe hotel. Menu sarapannya sederhana tapi lumayan mengenyangkan. Aku sarapan omelette, Dwi pancake pisang. Sayang nggak ada menu lokal seperti nasi campur. #hehehe

 

 

 

Sebodo Amatlah dengan Aturan Berlalu Lintas yang Baik dan Benar!

Sekitar pukul 9 pagi, petualangan utama pun dimulai. Tujuan hari ini hanya satu, yaitu menyambangi Tanjung Ringgit yang berjarak 60 km di timur Pantai Kuta. Di Tanjung Ringgit itu ada semacam sabana, tempat yang sang istri terlucyu kepingin datangi. #hehehe

 

Google Maps pun dimanfaatkan guna menentukan rute termudah ke Tanjung Ringgit. Secara garis besar, dari kawasan Pantai Kuta berkendara ke arah timur menuju Pelabuhan Teluk Awang → menyusuri (memutari) Teluk Awang → Belok kiri di pertigaan Dusun Pemongkong arah ke Sekaroh.

 

 

Sekaroh namanya, adalah desa paling tenggara di Pulau Lombok, tempat di mana Tanjung Ringgit berada. Sambutan yang sangat WAOW hadir di desa ini. Jalanan yang semula berwujud aspal lebar mulus berganti jadi jalan tanah berdebu tebal. #doh

 

Pencerahan dari seorang bapak warga penjual bensin eceran semakin menguatkan penderitaan. Tanjung Ringgit masih 10 km jauhnya! #doh #doooh

 

 

Kilometer demi kilometer pun dilalui. Tapi, semakin lama wujud jalannya semakin kurang ajar. Dari yang semula penuh kerikil menjadi bergelombang rusak parah nggak karu-karuan. Mana kontur jalannya naik-turun pula. #doooh

 

Buat aku yang pada waktu itu baru punya SIM C, bersepeda motor melintasi medan jalan yang seperti ini jelas lebih sulit dibandingkan ujian praktik berputar-putar membentuk angka 8 tanpa menyenggol patok #hehehe.

 

Ah, kenapa ya ujian praktik bikin SIM C nggak dengan melintasi jalan rusak seperti ini tanpa selip? #hehehe

 

 

Sebodo amatlah dengan aturan berlalu lintas yang baik dan benar!

 

Demi mendapatkan jalur yang “sekiranya” nyaman dilalui, kadang pindah lajur ke paling kanan, nggak jarang pula di tengah. Serasa jalan milik nenek moyang sendiri lah. #hehehe

 

Yang juga patut diperhatikan, di sepanjang jalan ini minim pemukiman, warung, bengkel, dan terutama penjual BBM. Banyak-banyak berdoa saja, semoga kendaraan tetap waras dan badan tetap utuh ketika melintasi jalan ini. #hehehe

 

Mana ini sepeda motor sewaan pula. #hehehe

 

Alhamdulillah-nya, di sepanjang jalan banyak papan petunjuk arah ke Tanjung Ringgit. Ajaibnya pula, masih ada patok-patok kilometer!

 

 

Dengan mengucap puji syukur ke hadirat Gusti Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, menjelang pukul 12 siang akhirnya tiba juga di Tanjung Ringgit dengan selamat! Baik sepeda motornya maupun para penunggangnya. #senyum.lebar

 

Alhamdulillah ban sepeda motor nggak bocor dan shock-nya juga masih waras. #hehehe

 

 

Di kawasan Tanjung Ringgit ini bebas merdeka mau memarkirkan kendaraan di mana saja karena areanya LUAS! Para penjamah Tanjung Ringgit pada siang hari itu hanya segelintir rombongan manusia yang terpisah jarak ratusan meter.

 

Dari Tanjung Ringgit terlihat Pulau Sumbawa dari kejauhan. Di kawasan Tanjung Ringgit juga terdapat objek-objek menarik seperti gua, meriam tua, dan sumur di dasar tebing.

 

 

Pas Perjalanan Pulang Inilah Terjadi Suatu Insiden

Sekitar pukul setengah 2 siang, kunjungan di Tanjung Ringgit berakhir. Dekat dari sana ada Pantai Tangsi alias Pantai Pink, jadi sekalian saja mampir. Apalagi kata si adik penjaga pos tiket di Pantai Pink ada warung. Cocok! #senyum.lebar #laper.banget

 

Setelah membayar tiket masuk Rp10.000 per orang #mahal.juga.ya, sepeda motor pun digas melintasi jalan rusak yang menurun tajam hingga ke bibir pantai #doh. Syukur Alhamdulillah akhirnya sepeda motor bisa terparkir di dekat salah satu warung.

 

 

Puas mengisi perut dengan bermacam jajanan warung, membantu seorang mbak turis Belanda menerjemahkan bungkus Pop Mie, sampai diprospek oleh bapak-bapak MLM #doh, akhirnya kaki bisa menjejak pasir Pantai Pink juga. #senyum.lebar

 

Ternyata, pasir Pantai Pink nggak se-pink yang dibayangkan. Karena sepengamatan di sana minim spot foto menarik ditambah tenaga sudah terkuras di Tanjung Ringgit, jadinya hanya motret-motret sebentar deh.

 

 

Jam menunjukkan pukul setengah 3 sore. Saatnya cabut dari Pantai Pink untuk kembali ke hotel di kawasan Pantai Kuta. Ya jelas harus kembali lagi melewati jalan rusak nan jahanam sepanjang 10 km itu. #hehehe

 

Nah, pas perjalanan pulang inilah terjadi suatu insiden. Dikarenakan ingin cepat tiba di hotel, menunaikan salat (Zuhur + Asar), dan menyantap makanan yang nggenah #hehehe, mobil pikap hitam yang berjalan SANGAT SLOW pun disalip di jalan menurun terjal yang rusak nggak karu-karuan itu...

 

... sayangnya, malah berakhir dengan sepeda motor yang terjungkal karena kehilangan keseimbangan. #hehehe #doooh #jatuh

 

Alhamdulillah semua masih selamat dengan korban pelindung knalpot yang retak sedikit #hehehe. Tentu saja aksi “gagal nyalip” itu mendapat tontonan mesra dari para penumpang mobil pikap yang baru pulang berwisata dari Pantai Pink. #hehehe

 

 

Selanjutnya sepeda motor pun dilajukan dengan kecepatan normal serta perilaku sopan. Baik itu di jalanan rusak maupun di jalanan aspal. Cukup sekali ini dapat pengalaman akibat "melancangi" kendaraan warga Lombok. #hehehe

 

Untuk pulang ke kawasan Pantai Kuta dipilih rute ke utara, arah ke Kecamatan Keruak. Rutenya memutar lumayan jauh demi menghindari jalan raya dekat Pelabuhan Teluk Awang yang sedang dibongkar. #wajib.lewat.jalan.mulus

 

Sekitar pukul 4 sore lebih banyak berhenti buat istirahat, mengisi Pertalite, dan salat di SPBU Sepapan dekat Pasar Keruak. Setelah itu lanjut mengikuti jalan aspal ke arah Praya, mblusak-mblusuk jalanan desa, dan ujung-ujungnya njedul di pertigaan dekat Pasar Sengkol.

 

Kawasan Pantai Kuta hanya tinggal beberapa km lagi. Tapi, supaya urusan makan malam selesai lebih awal, maka mampir dulu di RM Mbok Galak, di seberang markas Brimob Gegana. Promosinya lumayan menarik – ayam geprek ala Jawa Rp10.000 – walaupun rasa manisnya tersesuaikan dengan lidah lokal. #hehehe

 

Setelah itu masih mampir beli gorengan di depan Pasar Sengkol. Jaga-jaga, siapa tahu ayam geprek dan telur dadar masih kurang berdaya membungkam orkes perut. #hehehe

 

 

Tiba kembali di hotel beberapa menit setelah azan Magrib berkumandang. Itu artinya, selesai sudah hari ketiga “bulan madu” di Pulau Lombok.

 

Pengeluaran Bulan Madu Hari Ketiga di Lombok

Mari berhitung!

 

Isi bensin eceran Premium Rp8.000 1 botol
Tiket masuk Pantai Pink Rp20.000 Rp10.000 per orang
Jajanan warung Pantai Pink Rp32.000 Pop Mie Rp10.000. Air minum 600 ml Rp5.000. Kelapa muda besar Rp20.000.
Isi bensin Pertalite Rp16.000 Full tank pokoknya
Makan Ayam Geprek Mbok Galak Rp32.000 Dua porsi ayam, telur dadar, tempe goreng, dan minum es.
Gorengan depan Pasar Sengkol Rp5.000 Rp1.000 per gorengan
Menginap di Bayu Urip Homestay Rp194.000  

 

Total pengeluaran “bulan madu” hari ketiga di Lombok adalah sebesar:

 

Rp313.000

 

Hari keempat ke mana ya?

NIMBRUNG DI SINI