HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Candi Singosari itu Belum Tuntas

Sabtu, 24 September 2016, 05:59 WIB

Etika Berwisata Peninggalan Bersejarah

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak peninggalan bersejarah! Kalau bisa batasi kontak fisik ke benda tersebut!
  3. Baca informasi sejarahnya. Kalau perlu difoto dan dibaca lagi di rumah.
  4. Patuhi peraturan yang berlaku!
  5. Jaga sikap dan sopan-santun!
  6. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  7. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Sebetulnya, di tahun 2011 silam, artikel tentang Candi Singosari di Malang, Jawa Timur ini sudah aku siapkan sebagai draft. Tapi, kok ya mbuh malah nggak jadi terbit. Habis itu akhirnya ya malah terlupakan deh. #hehehe

 

Nah, baru-baru ini kan aku ngoprek-oprek isi hard disk lama. Eh, ndilalah ketemu file draft dan foto-foto tentang Candi Singosari. Yo wis, mumpung sudah dan baru ketemu, jadilah aku terbitkan sekarang saja. Lha, daripada nanti-nanti, ntar malah file-nya ketelisut lagi, wekekeke. #senyum.lebar

 

Singosari dan Kisah Populer itu

Semasa aku sekolah dulu, salah satu topik pelajaran sejarah tentang Kerajaan Singosari yang paling aku ingat adalah kisah Ken Arok, Ken Dedes, dan kutukan keris 7 turunan. Pembaca sendiri mungkin juga sudah tahu kisah ini ya?

 

Kliping

Alkisah, tersebutlah seorang berandalan bernama Ken Arok yang jatuh hati dengan wanita super cantik bernama Ken Dedes. Sayang, Ken Dedes ini ternyata sudah berstatus jadi istri seorang pejabat (setingkat camat) yang bernama Tunggul Ametung.

 

Walaupun sudah berstatus jadi istrinya orang, Ken Arok masih berambisi untuk merebut Ken Dedes sebagai istrinya. Apalagi setelah ia mendapat ramalan bahwa anak keturunannya dengan Ken Dedes bakal menjadi raja-raja di tanah Jawa.

 

Ken Arok pun menyusun rencana busuk. Ia bakal membunuh Tunggul Ametung kemudian merebut Ken Dedes sebagai istrinya. #ora.kalap

 

###

 

Nah, untuk memuluskan rencana busuknya itu, Ken Arok memerlukan sebilah keris sakti. Oleh kawannya, ia dikenalkan dengan seorang pandai keris sakti bernama Mpu Gandring. Ken Arok pun meminta bantuan Mpu Gandring untuk membuatkan keris sakti tersebut.

 

Hari demi hari berlalu. Bulan demi bulan berlalu. Tapi keris sakti pesanan Ken Arok belum jadi juga. Ken Arok pun jengkel. Akhirnya, pada suatu hari, Ken Arok melabrak kediaman Mpu Gandring dan menuntut agar keris sakti itu diselesaikan secepatnya. Mpu Gandring pun membalas bahwa pengerjaan keris sakti itu membutuhkan waktu satu tahun.

 

Ken Arok yang sudah kepalang emosi nggak terima dengan pernyataan Mpu Gandring tersebut. Ia ambil keris yang baru setengah jadi itu dan ia hujamkan ke tubuh Mpu Gandring. Di saat sekaratnya, Mpu Gandring sempat mengucapkan kutukan bahwa keris buatannya itu akan berbalik membunuh Ken Arok dan 7 turunannya. #rasakno!

 

###

 

Singkat cerita, dengan keris sakti tersebut, Ken Arok berhasil menjalankan rencana busuknya membunuh Tunggul Ametung dan kemudian memperistri Ken Dedes. Tidak hanya itu. Ken Arok pun naik pangkat menggantikan Tunggul Ametung. Beberapa tahun setelahnya ia mendirikan Kerajaan Singosari.

 

Tapi ternyata, dengan kekuasaan yang serba tinggi, tidak serta-merta dapat menghindarkan Ken Arok dari kutukan keris Mpu Gandring. Kelak di akhir hayatnya, Ken Arok tewas terbunuh oleh sang keris. Ironisnya, Ken Arok tewas karena pembalasan dendam Anusapati, yakni anak dari Tunggul Ametung dan Ken Dedes.

Sumber: Serat Pararaton (artinya, "Kitab Raja-Raja")

 

Terus terang, sampai sekarang keakuratan fakta dari Serat Pararaton masih mengundang banyak perdebatan. Ada sejumlah bagian yang dinilai sebagai fiksi serta khalayan. Ada pula yang meragukan penerjemahannya.

 

Tapi ya, boleh dibilang berkat cerita dari Serat Pararaton di atas itulah aku sampai sekarang masih ingat dengan Kerajaan Singosari. Ya senggaknya dari cerita di atas bisa kita petik pelajaran moral sebagai berikut.

 

  1. Celakalah bagi kalian para perebut pasangan orang! (termasuk para “penikung” #hehehe)
  2. Tetaplah jadi pribadi yang sabar dan jangan gampang emosian!
  3. Jalani hidup yang baik agar anak keturunanmu juga hidup baik!   

 

Pahaaaam Pembaca!? #senyum.lebar

 

Nama Asli...

Menurut Prasasti Kudadu, nama asli (awal) Kerajaan Singosari itu adalah Kerajaan Tumapel. Singosari sendiri adalah nama ibu kota kerajaan yang baru, setelah sebelumnya kerajaan pindah dari ibu kota lama bernama Kutaraja.

 

Candi Singosari dekat Kota Malang

Di zaman yang modern ini, konon katanya pusat Kerajaan Singosari terletak di wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur. Tepatnya di Kecamatan Singosari yang letaknya nggak seberapa jauh dari Jl. Raya Pandaan – Malang. Jalan raya ini merupakan penghubung Kota Malang, Pandaan, Sidoarjo, dan Surabaya.

 

Salah satu peninggalan Kerajaan Singosari yang saat ini bisa kita saksikan adalah Candi Singosari. Candi ini terletak di Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

 


Tampak depan Candi Singosari. Sekelilingnya sudah rumah-rumah warga.

 

Dari Kota Malang, rute menuju Candi Singosari lumayan mudah. Susuri Jl. Raya Malang – Pandaan sekitar 9 km hingga melewati Pasar Singosari. Setelah Pasar Singosari akan ada suatu pertigaan dengan arah ke Polsek Singosari. Belok di pertigaan tersebut dan Pembaca akan tiba di Jl. Kertanegara. Susuri saja Jl. Kertanegara dan nanti bakal terlihat Candi Singosari berdiri persis di pinggir kanan jalan sebelum perempatan.

 

Bila menggunakan angkutan umum, Pembaca bisa turun di Pasar Singosari atau pertigaan ke arah Polsek Singosari (Jl. Kertanegara). Dari sana bisa dilanjut berjalan kaki sekitar 1 km ke Candi Singosari. Nggak terlalu jauh kan? #senyum.lebar

 


Papan nama Candi Singosari kelihatan dari pinggir jalan kok.

 

Aku berkunjung ke Candi Singosari pada Jumat pagi (28/10/2011). Selain mengunjungi Candi Singosari, pada Jumat itu aku juga mengunjungi situs-situs purbakala lain seperti Candi Sumberawan, Pemandian Watugede, dan Arca Dwarapala. Seluruhnya merupakan peninggalan Kerajaan Singosari.

 

 

Sejarah Candi Singosari

Candi Singosari ditemukan pada awal abad ke-20 dalam kondisi yang rusak parah. Pada tahun 1934 Pemerintah Hindia Belanda melalui Dinas Purbakala melakukan serangkaian usaha untuk memugar Candi Singosari.

 

Dalam proses pemugaran, Dinas Purbakala menghadapi kesulitan karena sebagian besar batu Candi Singosari banyak yang hilang. Alhasil, Candi Singosari hanya dibangun kembali hingga atap tingkat kedua. Itu pun dengan batu atap yang tidak lengkap. Proses pemugaran dinyatakan selesai pada tahun 1936. Wujud Candi Singosari yang sekarang ya hasil pemugaran tahun 1936 tersebut.

 


Kalau memperhatikan warna batu yang kecokelatan, kemungkinan batu ini lama terpendam tanah.

 

Candi Singosari sebetulnya merupakan suatu kompleks percandian dengan luas sekitar 8 hektar. Di sekitar Candi Singosari banyak terdapat candi-candi lain seperti Candi Papak dan Candi Ringgit. Sayangnya, saat ini keberadaan candi-candi tersebut hanya tinggal cerita. #sedih

 

Maklum, saat ini Candi Singosari sudah terkepung oleh padatnya rumah-rumah warga. Jelas tidak menutup kemungkinan bahwa di bawah tanah rumah-rumah warga tersebut masih terpendam peninggalan purbakala lain.

 


Beberapa arca menarik yang ada di halaman Candi Singosari.
Dari kiri-kanan: (seperti) batu atap candi, lingga, arca Durga Mahisasuramardini,
dan lapik arca dengan ornamen 7 hewan karnivora.

 

Beberapa temuan batu penyusun candi dikumpulkan di halaman Candi Singosari. Selain batu, ada juga temuan arca. Sejumlah temuan arca disimpan di Museum Nasional, tapi kebanyakan diusung ke negeri Belanda pada masa pemugaran. #sedih

 

Di halaman Candi Singosari ini ada satu arca yang menurutku paling menarik. Dari jumlah tangan dan dua dewa-dewi yang mengapitnya, aku menduga arca ini merupakan arca Ardhanariswara, yaitu arca perpaduan antara Dewa Shiwa dan Dewi Parwati.

 

Arca ini memiliki karakteristik yang nyeleneh unik, yakni menyerupai manusia berjenis kelamin ganda #androgini yang terbagi dua di tengah-tengah. Bagian tubuh sebelah kanan merupakan perwujudan Dewa Shiwa. Sementara bagian tubuh sebelah kiri merupakan perwujudan Dewi Parwati.

 


Arca unik di halaman Candi Singosari yang berdiri di atas pecahan yoni berukuran besar.

 

Selain arca tersebut, yang menarik lagi adalah batu besar yang menjadi tempat berdirinya arca. Batu tersebut tidak lain adalah pecahan yoni besar yang dasarnya sudah menghilang. Bisa kita lihat pada batu tersebut masih tampak cerat sebagai tempat air mengalir.

 

Menilik ukuran yoni yang sebesar ini, bisa dipastikan lingga yang dahulu melengkapinya juga berukuran besar. Bisa jadi wujud utuh lingga-yoni ini sebesar yang ada di Candi Ijo.

 

Jadi penasaran kan? Sebesar apa ya bangunan candi yang memuat lingga-yoni ini? Mungkinkah sebesar Candi Ijo? Mungkinkah Candi Papak atau Candi Ringgit dahulunya merupakan candi berukuran besar dan memuat lingga-yoni ini?

 

Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang menarik. Tapi sayang, jawabannya belum diketahui, hahaha. #senyum.lebar

 

Candi Singosari dengan Banyak Nama

Saat ini, candi ini lebih dikenal dengan nama Candi Singosari. Ada pula yang menulisnya dengan ejaan Candi Singasari dan juga Candi Singhasari. Tapi di masa lalu, Candi Singosari pernah dikenal bernama lain lho!

 

Candi Singosari disebut juga Candi Menara, karena bentuknya menyerupai menara. Sempat juga diberi nama Candi Cella oleh ahli purbakala Eropa, karena ada empat celah pada dinding tubuh candi.

 

Menurut laporan W. Van Schmid di tahun 1856, warga setempat menyebut Candi Singosari sebagai Candi Cungkup. Selain itu, karena lokasi Candi Singosari berada di Desa Candirenggo, ada pula yang menyebutnya sebagai Candi Renggo.

 


Tampak belakang Candi Singosari. Nama Candi Singosari ini tentu bukan nama asli bangunan tersebut.

 

Candi Singosari hanya terdiri dari satu bangunan induk. Pintu masuk ke dalam bilik candi menghadap ke arah barat. Keunikan dari Candi Singosari adalah posisi bilik candi berada di bagian kaki candi. Umumnya, posisi bilik terletak di badan candi.

 

Di dalam bilik terdapat sebuah yoni tanpa lingga. Bilik candi dikelilingi oleh relung, tempat di mana terdapat arca Ganesha, Durga, dan Agastya. Sayangnya, kini hanya arca Agastya yang menghuni salah satu relung tersebut.

 


Yoni di dalam bilik utama hanya ditemani sesaji dan dupa tanpa ada lingga. Ceratnya patah pula. #sedih

 


Lapik arca bermotif bunga teratai (padmasana) kosong ditinggal pergi penghuninya. #sedih

 


Arca Agastya yang masih bertahan menghuni relung candi bagian selatan.

 


Close-up wajah arca Agastya. Tampak guratan rambut dan jenggotnya diukir sangat halus.

 

Relief Candi Singosari Belum Tuntas

Menurut Kitab Negarakertagama pupuh 37:7 dan 38:3 serta Prasasti Gajah Mada bertanggal 1351 Masehi, Candi Singosari merupakan tempat pendharmaan bagi Kertanegara, raja Singosari yang terakhir. Kertanegara tewas pada aksi pemberontakan yang dipimpin oleh Jayakatwang, raja bawahan Kertanegara.

 

Candi Singosari diperkirakan dibangun pada masa peralihan kekuasaan. Yang mana, di masa tersebut banyak terjadi pemberontakan di sana-sini. Khususnya pemberontakan oleh Jayakatwang. Hal tersebut menyebabkan Candi Singosari diduga belum selesai dibangun karena terkendala situasi yang kurang kondusif.

 

Dugaan bahwa Candi Singosari belum selesai dibangun didasarkan pada kondisi relief-reliefnya. Bagian atas candi sudah berhiaskan relief. Akan tetapi, bagian bawah candi masih polos tanpa relief.

 

Perlu Pembaca ketahui bahwa proses pemahatan relief baru bisa dilakukan setelah bangunan candi berdiri utuh. Proses pemahatan relief dimulai dari bagian atas candi ke bagian bawah. Jadi, bisa disimpulkan bahwa relief di Candi Singosari ini baru setengah jadi. Kerajaan Singosari berkuasa dari tahun 1222 hingga 1292.

 


Relief Kala yang ada di relung bagian atas Candi Singosari ini tampak jelas sudah dihiasi dengan ukir-ukiran.
Demikian pula dengan batu-batu di sekelilingnya sudah dihiasi relief sulur-suluran.

 


Sedangkan relief Kala yang ada di relung bagian bawah masih polos tanpa hiasan ukiran.
Demikian pula dengan batu-batu di sekelilingnya yang masih polos tanpa relief.

 

Dengan letaknya yang cukup mudah dijangkau dari Kota Malang (sekitar 10 km), nggak heran bilamana Candi Singosari banyak dikunjungi oleh wisatawan peminat sejarah. Khususnya para wisatawan mancanegara yang senang dibuai dengan kisah-kisah kemahsyuran Kerajaan Singosari.

 

Sayang sewaktu aku mengunjungi Candi Singosari ini aku nggak melihat adanya papan informasi candi. Padahal papan informasi ini bisa memuaskan rasa penasaran pengunjung terkait Candi Singosari. Meskipun demikian, Candi Singosari sudah dilengkapi dengan fasilitas penunjang lain seperti taman yang cantik, bangku-bangku, dan toilet.

 


Weh, di halaman Candi Singosari ternyata juga tumbuh pohon Maja dan sedang berbuah.

 

Jadi, Pembaca masih ingat tentang sejarah Kerajaan Singosari kan?

 

Referensi:

http://www.navigasi.net/goart.php?a=bucasing
http://www.budpar.go.id/filedata/845_1260-05fSingosari1.pdf

NIMBRUNG DI SINI