Etika Berwisata Peninggalan Bersejarah
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak peninggalan bersejarah! Kalau bisa batasi kontak fisik ke benda tersebut!
- Baca informasi sejarahnya. Kalau perlu difoto dan dibaca lagi di rumah.
- Patuhi peraturan yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Yang kuingat, dulu aku pernah kemari sewaktu masih bocah. Tapi waktu itu hujan turun sangat lebat, jadi aku hanya bisa memandang Arca Dwarapala Singosari dari dalam mobil yang bergerak maju menjauhi Malang.
Tapi kondisinya berbeda jauh ketika aku kembali mengunjungi Arca Dwarapala Singosari hari Jum’at (28/10/2011). Penghujung bulan Oktober, yang mana identik dengan peralihan dari musim kemarau menjadi musim hujan, menyisakan panas tiada terkira di lokasi.
Lebih dari sepuluh tahun dan kondisi arca masih terlihat sama. Dipisahkan oleh sebuah ruas jalan dengan pagar besi yang mengelilinginya. Dibanding arca dwarapala yang pernah aku jumpai, seperti di Candi Sewu, ukuran Arca Dwarapala Singosari ini memang lebih besar dan katanya yang terbesar di Indonesia. Tingginya kurang lebih 3,7 meter, seakan mewujudkan bentuk raksasa yang sesungguhnya. Siapa tahu kalau malam arca ini bisa berjalan dengan sendirinya.
Arca Dwarapala dikenal sebagai arca penjaga. Konon di dekat lokasi arca ini berada terdapat alun-alun Kerajaan Singosari. Mungkin benar, sebab tak jauh dari arca dwarapala terdapat reruntuhan gerbang yang mungkin saja gerbang menuju ke kompleks kerajaan.
Kami tak berlama-lama di sini. Dengan berjalan kaki kami kembali ke mobil yang diparkir di dekat Candi Singosari. Sebab jaraknya dari Candi Singosari cukup dekat, sekitar 100 meter saja.
Hmmm, jadi penasaran seperti apa sih Kerajaan Singosari dahulu kala?
NIMBRUNG DI SINI
he..he....