Seberapa seringkah kita membaca? Kalau menurut aku sih, sering. Sebab kita hidup di dunia yang penuh aksara dan simbol. Mau-tidak-mau, setidaknya untuk bertukar informasi, kita dipaksa untuk jadi penerjemah.
Oleh sebab itu, judul artikel “Kepergok Membaca”, seakan tidak pas. Lha wong membaca itu sering kok.
Kalau aku nggak salah tafsir, kepergok itu kan menjumpai sesuatu yang tak lazim dilakukan pada situasi tertentu. Bahkan dilakukan secara diam-diam.
Contoh mudahnya, “Budi kepergok tidur saat ujian berlangsung.”
Saya kurang paham, apakah kepergok membaca itu suatu perbuatan yang baik atau buruk? Namun yang jelas, kepergok membaca merupakan tema dari World Book Day Indonesia tahun 2010.
Karena diusung oleh World Book Day Indonesia, frase kepergok membaca ini sepertinya punya makna lain. Apakah semacam teguran atau sentilan? Bahwasanya, membaca belum menjadi budaya di masyarakat kita?
Bayangkan Pembaca ada di ruang tunggu dengan waktu antrian lama. Ada televisi dan ada koran. Yang mana yang akan Pembaca pilih? Tunggu! Apakah membaca hanya sekadar rutinitas untuk mengisi waktu semata?
World Book Day Indonesia tahun ini juga menggelar kampanye foto dengan tema kepergok membaca. Foto di artikel ini saya ambil ketika menunggu lampu merah di perempatan Jl. Sudirman Yogyakarta.
Saya bersyukur masih bisa merasakan nikmatnya membaca. Masih bisa mengurai kata-demi-kata hingga ke titik ini. Masih bisa menikmati lembar halaman buku. Yang belum tentu terjangkau semua kalangan.
Sudahkah Pembaca rutin membaca buku?
NIMBRUNG DI SINI
Trims
makna di suatu buku masih kurang cepat. gara2 tidak fokus kali ya?
mohon tips nya dong biar membaca bisa nyantei tapi fokus.. trims
*di kamar ada macem2 buku yang pengen di baca semua, alhasil malah
sedikit yg terbaca.. :(
Komik termasuk buku yang juga termasuk novel,dsb !!
Eh, bukan ding,
TURUNKAN HARGA BUKU !!
Hm, sama aja ya........... ?!
xixixi..piye ki dolan-dolan kapan meneh
channel yg lain.
tapi tetep promosi yang paling utama adalah yang paling pertama, yaitu keluarga. jadi berbahagialah kamu kalo hidup di kalangan keluarga yang gemar membaca.
keep blogging wij!
mari mambaca!
Memang, saya akui bahwa minat membaca di masyarakat kita masih rendah. Khususnya jarang sekali dijumpai buku-buku dengan materi berat. Menurut saya, membaca juga berkaitan erat dengan pola pikir. Selama pola pikir masih sederhana, maka membaca tidak akan mengalami lonjakan yang signifikan.
seperti kemarin,waktu sedang menunggu kereta GBM jurusan Jakarta,aku bawa buku tebal,judulnya ggak tanggung2 : sang sejarawan,karya Elizabeth kostova.hemmmm...orang2 pada lihat aku yagn aneh: membaca sambil duduk di lantai peron kerta api.
harapanku,dengan melihatku,orang jadi teringat untuk membaca ,bahkan gemar.
memang,membaca di fasilias publik msaih dianggap kegiatan ganjil di lingkungan kita.
salam
salam juga