Maw Mblusuk?

HALO PEMBACA!

Selamat nyasar di blog Maw Mblusuk? !

Di blog ini Pembaca bisa menemukan lokasi-lokasi unik seputar aktivitas blusukan-ku ke sana-sini. Eh, kalau ada kritik, saran, atau pesan bilang-bilang aku yah! Nuwun!

Cari Artikel

LANGGANAN YUK!

Dengan berlangganan, Anda akan senantiasa mendapatkan update artikel terbaru blog ini.


Bisa berlangganan melalui e-mail.

oleh FeedBurner

Atau melalui RSS Feed berikut.
feeds.feedburner.com/mblusuk
Senin, 6 April 2009, 11:02 WIB

Membaca sudah menjadi kegemaranku semenjak kecil. Kalau diingat-ingat, buku pertama kali yang aku punya adalah komik, Doraemon edisi ke-1, yang kover bukunya ada banyak huruf k yang disusun diagonal itu lho .

 

Nah, bermula dari komik Doraemon itu (yang sekarang sudah lenyap entah ke mana), aku jadi punya hobi baca buku. Sampai-sampai di rumah Jakarta kami punya satu lemari besar yang isinya penuh dengan komik. Wew....

 

Dari Komik Jadi Buku Komputer

Susunan buku salah satu kios di Jl. Palasari, Bandung
Susunan buku salah satu kios di Jl. Palasari.
Salah mencabut buku = runtuh semua!

Seiring dengan bertambahnya umur, bacaanku juga semakin berbobot. Nggak lagi komik tipis 200-an halaman, tapi buku 500-an halaman yang beratnya hampir 1/2 kilo #lebay. Buku-buku itu kebanyakan berjenis buku komputer, karena pas masih sekolah dulu aku seneng banget ngutak-atik komputer. Semisal, merancang aplikasi memakai Visual Basic.

 

Tapi, koleksi buku-buku komputerku itu jadi mandeg pas aku kuliah. Karena aku nggak lagi mainan Visual Basic, tapi merancang website pakai PHP. Selain itu, aku juga merasa kalau buku-buku komputer terbitan Indonesia itu sebagian besar hanya menjelaskan perihal teori dan aplikasi dasar. Sedangkan aku butuh ilmu yang lebih tinggi. #sombong

 

Koleksi Buku "Nyeleneh"

Peragaan jasa sampul buku di salah satu kios di Jl. Palasari, Bandung
Kecepatan mereka menyampul sangat cepat,
satu buku sekitar 30 detik! Wow!

Alhamdulillah yang namanya hobi membaca tetap berjalan sampai sekarang. Setiap bulan, aku selalu menyempatkan untuk membeli satu buku baru. Entah buku jenis apa, yang penting terbuat dari kertas, ada tulisannya, dan bisa dibaca serta dipahami .

 

Untuk urusan jenis buku, aku akui kalau aku orangnya memang pilih-pilih. Terutama untuk buku-buku agama. Jenis buku yang satu ini selalu lolos dari daftar buku buruanku . Kalau diperhatikan, rak-rak bukuku berisi judul-judul buku yang jenisnya nyeleneh. Misalnya aja; DPR Uncensored (Dati Fatimah & Mail Sukribo), Druken Molen (Pidi Baiq), The Naked Traveller (Trinity), dll. Buku-buku agamapun jenisnya juga nyeleneh, seperti Tuhan dan Hal-Hal yang Tak Selesai (Goenawan Mohammad) dan Kebenaran yang Hilang (Faraq Fauda).

 

Pilih Buku di Toko Buku Diskon

Obral buku lama di Jl. Palasari, Bandung
Buku-buku lama juga diobral
harganya murah, Rp2.000 saja.

 

Sejak nilai tukar Dollar, harga minyak, dan harga kertas terus-menerus melejit naik, tata cara membeli buku juga berubah untuk menyesuaikan. Kalau dulu pas sekolah seminggu bisa memborong 3 komik, kalau sekarang 3 komik itu jatah untuk satu bulan. Kalau dulu beli buku di Gramedia, sekarang belinya pindah ke toko buku diskon semacam Toga Mas atau Social Agency. Itu diskonnya paling banyak 15%. Sedangkan kalau mau diskon sampe 25%, silakan datang ke pusat kios-kios buku semacam di Shopping Centre, Yogyakarta atau di Jl. Palasari, Bandung.

 

Kios-kios buku itu memang menyediakan buku (asli atau palsunya ya walahualam ) dengan harga yang bersaing. Tapi, yang menyebalkan adalah tata letak buku-buku yang nggak rapi. Rak-rak penuh buku menjulang tinggi (3 meter bok!) dan celah antar rak yang sempit (hanya muat 1 orang), membuatku malas untuk hilir-mudik mencari buku yang sesuai.

 

Tapi, kalau sebelum datang sudah tahu judul buku apa yang mau dibeli, diomongkan saja sama petugasnya, pasti bakal dicariin. Selain itu, toko-toko buku diskon biasanya menyediakan jasa sampul buku gratis memakai plastik bening. Semisal di toko buku nggak menyediakan, ada juga kok penjaja jasa sampul buku yang bisa ditebus Rp1.000 per buku.

 


 

Kegunaan buku yang utama adalah menambah wawasan dan pengetahuan. Lha wong, untuk bikin skripsi saja perlu buku kok? Selain itu, buatku membaca buku adalah sebagai pengisi waktu luang. Lha daripada berbuat yang nggak-nggak kan?

 

Sayangnya, di negeri ini minat baca masyarakat kita masih kurang. Begitu melihat tebalnya buku yang 500-an halaman saja sudah pusing. Selain itu, daya beli masyarakat kita juga rendah, mengingat sebagian besar buku dibanderol di harga Rp20.000 ke atas.

 

Sebenarnya kalau pun tak punya uang untuk membeli buku solusinya cukup mudah. Datang saja ke perpustakaan. Bisa baca dan meminjam buku gratis di sana. Masalahnya cuma satu, tau nggak letak perpustakaannya? Nah lho!


NIMBRUNG DI SINI

UPS! Anda harus mengaktifkan Javascript untuk bisa mengirim komentar!
  • TA
    avatar komentator ke-0
    TA #Kamis, 22 Ags 2013, 11:49 WIB
    \"Masalahnya cuma satu, tau nggak letaknya? Nah lho\"

    kan tinggal cari di komputer perpus, bukunya nomernya berapa trus langsung njujug ke rak
    dulu belum semua perpustakaan dilengkapi dengan komputer mbak
  • PEIN
    avatar komentator ke-1
    PEIN #Senin, 6 Apr 2009, 19:07 WIB
    Mmmmmm...........maksudnya baca koran yang digemari segala kalangan - buat cari lowongan kerja, baca artikel tentang olahraga, hiburan, dsbbbbbbbbbbbbb........................
    Budaya baca koran itu menurut kebanyakan orang identik dengan orang-orang berpendidikan tinggi. Jarang ada kan tukang becak baca koran?
  • PEIN
    avatar komentator ke-2
    PEIN #Senin, 6 Apr 2009, 19:05 WIB
    Hmmm...... Emang sih buku2 bagus harganya selangit. Minat baca setiap orang tuh ada [ kayak baca orang yang digemari banyak orang dari berbagai kalangan usia ] tapi ya itu, harga bukunya malah jadi penyebab utama [ contoh India yang harga bukunya serba murah, ga pake pajak2 segala ] Kapan Indonesia bisa maju neh, promosi \"Gemar Membaca\" yang gencar, tapi tidak diimbangi dengan praktek langsung dilapangan....... Basmi Korupsi aja deh.............. :D
    mau gimana lagi? sekarang aja nyetak buku oplahnya nggak bisa sebanyak dulu lagi lho. Itu aja harganya selangit. Makin lama buku emang makin langka, mahal, dan sulit dijangkau.