Maw Mblusuk?

HALO PEMBACA!

Selamat nyasar di blog Maw Mblusuk? !

Di blog ini Pembaca bisa menemukan lokasi-lokasi unik seputar aktivitas blusukan-ku ke sana-sini. Eh, kalau ada kritik, saran, atau pesan bilang-bilang aku yah! Nuwun!

Cari Artikel

LANGGANAN YUK!

Dengan berlangganan, Anda akan senantiasa mendapatkan update artikel terbaru blog ini.


Bisa berlangganan melalui e-mail.

oleh FeedBurner

Atau melalui RSS Feed berikut.
feeds.feedburner.com/mblusuk
Minggu, 29 April 2018, 11:00 WIB

Etika Berwisata Peninggalan Bersejarah

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak peninggalan bersejarah! Kalau bisa batasi kontak fisik ke benda tersebut!
  3. Baca informasi sejarahnya. Kalau perlu difoto dan dibaca lagi di rumah.
  4. Patuhi peraturan yang berlaku!
  5. Jaga sikap dan sopan-santun!
  6. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  7. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Candi Tegowangi adalah candi pertama yang aku kunjungi pada kunjungan pertamaku ke Kediri pada Rabu (7/9/2016) silam. Candi kedua yang aku kunjungi adalah Candi Surowono sebagaimana yang dulu sudah aku ceritakan.

 

Sesuai namanya, Candi Tegowangi terletak di Desa Tegowangi yang termasuk wilayah Kecamatan Plemahan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Candi ini berjarak sekitar 25 km dari pusat Kota Kediri. Kalau dari Kampung Inggris Pare jaraknya sekitar 6 km.

 

 

Rute ke Candi Tegowangi

Kebetulan karena pagi itu aku, Bapak, dan Ibu sedang berada di Kampung Inggris Pare dan agendanya sangat selo, jadi ya kenapa nggak sekalian saja menyambangi Candi Tegowangi?

 

Sayangnya, nggak ada angkutan umum yang mengarah ke Candi Tegowangi. Alhasil, wisatawan yang berniat ke sana harus mengandalkan opsi menyewa kendaraan. Kami sendiri ke sana naik mobil sewaan.

 

bentuk lokasi papan petunjuk arah ke candi tegowangi pinggir jalan raya di Kediri Jawa Timur pada zaman dulu September 2016

 

Untungnya rute menuju ke Candi Tegowangi dari Kampung Inggris Pare terbilang gampang karena nggak banyak belok-beloknya. Papan petunjuk arah menuju ke candi juga banyak berdiri di pinggir jalan.

 

  1. Dari jalan utama Kampung Inggris Pare (Jl. Brawijaya) arahkan kendaraan ke perempatan lampu lalu lintas Tugu Garuda Pancasila. Bisa dengan lewat Jl. Veteran ke selatan.

  2. Di perempatan lampu lalu lintas Tugu Garuda Pancasila ambil cabang jalan ke Jl. Raden Ajeng Kartini. Kalau dari arah Kampung Inggris Pare (Jl. Veteran) di perempatan ini belok ke kanan.

  3. Susuri Jl. Raden Ajeng Kartini sejauh kira-kira 3 km hingga bertemu SD Negeri Tegowangi di kanan jalan. Di dekat-dekat bangunan SD ini juga ada papan petunjuk arah ke Candi Tegowangi kok.

  4. Di samping SD Negeri Tegowangi ini ada pertigaan kecil dengan gapura candi. Belok ke cabang jalan itu (Jl. Raya Balung).

  5. Susuri Jl. Raya Balung hingga kira-kira 1 km lebih sedikit untuk sampai ke Candi Tegowangi yang terletak di pinggir Jl. Raya Tegowangi. Di sepanjang jalan ini juga ada papan petunjuk arahnya kok.

 

bentuk dan lokasi papan arah masuk kawasan candi tegowangi di Kediri Jawa Timur pada zaman dulu September 2016

 

Candi Tegowangi pada Pagi itu

Candi Tegowangi punya halaman yang lumayan luas. Area parkirnya juga luas. Bus besar sepertinya juga muat parkir di sini.

 

Di dekat area parkir berdiri dua pos jaga. Di muka pos jaga yang ukurannya lebih kecil ada seorang ibu yang sedang menyapu. Beliau adalah Bu Nasokah, salah seorang juru pelihara Candi Tegowangi.

 

suasana area parkir kendaraan candi tegowangi di Kediri Jawa Timur pada zaman dulu September 2016

cerita bu nasokah juru pelihara candi tegowangi di Kediri Jawa Timur pada zaman dulu September 2016

 

Sembari menunggui kami mengisi buku tamu, Bu Nasokah bercerita kalau ada 6 orang yang ditugaskan merawat Candi Tegowangi ini. Lima orang berasal dari BP3 Jawa Timur, sedangkan yang seorang sisanya dari Dinas Pariwisata Kediri.

 

Selesai mengisi buku tamu aku mendekat ke bangunan candi. Bapak dan Ibu masih asyik ngobrol sama Bu Nasokah. Untuk mendekat ke bangunan candi pengunjung harus melewati jalan setapak lumayan lebar yang beralaskan tatanan batu alam.

 

jalan setapak dan papan nama candi tegowangi di Kediri Jawa Timur pada zaman dulu September 2016

 

Pada pukul sembilan pagi yang cerah itu halaman Candi Tegowangi sudah dikerumuni banyak orang. Selain para juru pelihara yang sibuk menyapu daun-daun kering, ada juga sekumpulan anak-anak SD berseragam olahraga di sana.

 

Rupanya, sisi utara halaman Candi Tegowangi berbatasan dengan tanah lapang luas yang jadi lapangan olahraganya para siswa-siswi SD. Jadi itu toh penyebabnya kenapa ada banyak sepeda diparkir di halaman parkir candi.

 

aktivitas juru pelihara menyapu halaman candi tegowangi di Kediri Jawa Timur pada zaman dulu September 2016

 

Di dekat bangunan candi, tiga orang anak tanpa malu-malu meminta untuk dipotret. Di seragam olahraga yang mereka kenakan tertulis PUHJARAK 2, THE STATE OF ELEMENTARY SCHOOL, KEC. PLEMAHAN. Karena itu, bisa diambil hipotesis kalau anak-anak ini adalah murid SD Negeri Puhjarak 2.

 

Iseng-iseng aku membuka aplikasi Google Maps. Ternyata, menurut Google Maps, SD Negeri Puhjarak 2 itu berjarak sekitar 1,4 km dari Candi Tegowangi!

 

Waow! SD-nya jauh juga ya? Pantas saja mereka ke sininya naik sepeda.

 

anak sd seragam sekolah berfoto dengan candi tegowangi di Kediri Jawa Timur pada zaman dulu September 2016

 

Yang Menarik dari Fisik Candi Tegowangi

Selesai bocah-bocah itu difoto dan berhamburan kembali ke lapangan olahraga, tinggallah aku seorang diri di samping bangunan candi. Nah, saatnya memulai menjamah sudut-sudut Candi Tegowangi secara lebih detil.

 

Kesan pertamaku saat berhadapan langsung dengan Candi Tegowangi adalah candi ini kurang bagus dipotret dari sisi muka pas pagi. Penyebabnya karena muncul backlight!

 

foto candi tegowangi backlight dari sisi muka depan pada zaman dulu September 2016

 

Munculnya backlight ketika dipotret pas pagi menunjukkan bahwa posisi matahari berada di belakang pintu masuk candi. Itu artinya, Candi Tegowangi merupakan candi yang menghadap ke arah barat. Lagi-lagi, kalau menurut Google Maps, nun jauh di barat Candi Tegowangi berdiri Gunung Wilis.

 

Kalau ingin mendapatkan foto Candi Tegowangi yang bagus dari sisi muka, lebih baik dipotret pas sore hari atau bisa juga dengan memiringkan sudut pemotretan sedikit.

 

sisi muka candi tegowangi di Kediri Jawa Timur pada zaman dulu September 2016

 

Seperti yang bisa disimak dari foto di atas, Candi Tegowangi berdenah bujursangkar dan hanya menyisakan bagian kaki dan separuh badan candi. Menurut keterangan di papan informasi, ukuran candi ini 11,20 meter x 11,20 meter dengan tinggi 4,35 meter.  

 

Sedangkan di sisi tenggara candi terdapat candi perwara alias candi pendamping. Sama seperti candi induk, candi pendamping ini hanya menyisakan bagian kaki dan separuh badan candi.

 

Uniknya, kedua candi pendamping ini sama-sama menghadap ke arah barat sebagaimana arah hadap candi induk. Sepengetahuanku, biasanya candi-candi pendamping itu saling berhadapan dengan candi induk.

 

bentuk candi perwara atau candi pendamping bagian dari candi tegowangi di Kediri Jawa Timur pada zaman dulu September 2016

 

Hal unik lain turut aku jumpai dari candi pendamping. Karena nggak ada larangan masuk, jadi aku pun mengintip ada apa gerangan di atas badan candi pendamping. Ternyata, di atas badan kedua candi pendamping ada susunan batu bata! Waw!

 

Ini lumayan mengejutkan karena dari luar candi pendamping ini kan tertutup batu andesit. Seakan-akan, batu andesit berfungsi sebagai casing yang mengelilingi struktur batu bata.

 

Batu-batu bata kuno ini juga bisa ditemukan berserakan di sekitar halaman candi. Sebagian di antaranya masih tertutup tanah. Ada juga beberapa batu andesit yang kelihatan menyembul keluar tanah.

 

susunan batu bata candi perwara candi tegowangi di Kediri Jawa Timur pada zaman dulu September 2016

batu bata kuno berserakan di halaman dalam candi tegowangi di Kediri Jawa Timur pada zaman dulu September 2016

batu andesit masih terpendam tanah di halaman candi tegowangi di Kediri Jawa Timur pada zaman dulu September 2016

 

Adanya susunan batu bata di candi pendamping bikin aku penasaran dengan candi induknya. Apa iya di candi induk juga ada susunan batu bata? Tapi sayang, di tangga candi induk terpajang papan putih bertuliskan “DILARANG NAIK CANDI”. Karena aku pengunjung yang patuh pada aturan, jadinya aku nggak melongok ke atas badan candi induk deh.

 

Tapi aku nggak kehabisan akal. Kebetulan pada waktu itu ada seorang bapak juru pelihara yang sedang bersih-bersih dengan memanjat badan candi induk. Jadilah aku meminta tolong kepada si bapak juru pelihara untuk melongok struktur di atas bangunan candi induk. Hehehe, cerdas toh aku?

 

tangga naik candi tegowangi di Kediri Jawa Timur pada zaman dulu September 2016

juru pelihara membersihkan lumut dengan memanjat candi tegowangi di Kediri Jawa Timur pada zaman dulu September 2016

 

Anehnya, menurut laporan si bapak di atas bangunan badan candi induk yang tersisa itu nggak ada susunan batu bata. Hmmm, apa mungkin susunan batu bata itu hanya sebagai batu isian candi ya? Dalam arti, di sisi-sisi luar batu bata itu ditempatkan susunan batu andesit. Kalau menurut tulisan di papan informasi sih katanya pondasi candi induk ini terbuat dari batu bata.

 

Yang Menarik dari Dinding Candi Tegowangi

Hal yang sungguh amat menarik dari Candi Tegowangi adalah keberadaan relief yang menghiasi kaki dan badan candi. Kedua candi pendampingnya juga berelief lho! Yang seperti ini kan membuat candi lebih indah dan nggak monoton, hehehe.

 

Bagian kaki candi induk dihiasi oleh ragam relief tetumbuhan. Ada yang berupa sulur, daun, dan juga bunga. Seakan-akan bagian dasar kaki candi (batur) ditumbuhi oleh tanam-tanaman berbunga indah selayaknya di kebun.

 

Setiap sisi kaki candi induk juga dihiasi oleh tiga panel relief gana. Gana ini adalah raksasa yang kerap digambarkan dalam posisi duduk berjongkok dengan kedua tangannya diangkat ke atas seakan-akan menopang bangunan candi. Uniknya, selain Gana di sejumlah panel juga ada relief Garuda bertubuh manusia.

 

relief gana di dinding kaki candi tegowangi di Kediri Jawa Timur pada zaman dulu September 2016

relief garuda di dinding kaki candi tegowangi di Kediri Jawa Timur pada zaman dulu September 2016

 

Di atas panel relief gana terdapat relief menonjol yang berwujud genta (lonceng). Berada sejajar dengan relief genta di ujung sudut candi terdapat relief kepala Kala.

 

Relief pada badan candi induk juga nggak kalah menarik. Badan candi induk dihiasi dengan 14 panel relief cerita Sudamala yang menceritakan kisah Sadewa (si bungsu anggota Pandawa) mensucikan Dewi Uma yang dikutuk. Nantilah aku bahas keempatbelas relief ini di artikel lain.

 

Yang Menarik dari Arca Candi Tegowangi

Di halaman Candi Tegowangi juga terdapat berbagai macam batu candi yang belum bisa disusun. Di antaranya terdapat arca yoni yang berasal dari bilik candi induk. Cerat (pancuran) arca yoni ini dihiasi dengan relief kepala naga. Badan arca yoni dihiasi relief sulur-suluran. Sayangnya, arca lingga yang menjadi pasangannya nggak ada.

 

kumpulan koleksi batu candi belum disusun di halaman candi tegowangi di Kediri Jawa Timur pada zaman dulu September 2016

arca yoni candi tegowangi di Kediri Jawa Timur pada zaman dulu September 2016

 

Berpunggung-punggungan dengan arca yoni adalah arca Parwati Ardhanari. Arca Parwati Ardhanari ini merupakan salah satu arca yang wujudnya unik karena arca ini adalah arca dewa dan dewi yang wujudnya digabung jadi satu! Wew!

 

Arca Parwati Ardhanari ini terbagi jadi dua bagian persis di tengah badan. Separuh tubuh bagian kanan arca adalah Dewa Siwa sedangkan separuh tubuh bagian kirinya adalah istrinya yakni Dewi Parwati.

 

Perhatikan pada tubuh bagian kanan terdapat tiga lengan, sedangkan di dada tubuh bagian kiri terlihat ada tonjolan seperti payudara yang tertutup relief kain. Ada juga lembu Nandi yang merupakan wahana Dewa Siwa. Sepintas penggambaran arca Parwati Ardhanari seperti ini mengingatkan pada arca sejenis yang berada di Candi Brihadiswara di India.

 

arca parwati ardhanari di candi tegowangi di Kediri Jawa Timur pada zaman dulu September 2016

 

Yang Menarik dari Sejarah Candi Tegowangi

Nama Candi Tegowangi ternyata pernah disinggung dalam karya sastra Jawa kuno yang bernama Kitab Pararaton. Karya sastra yang berwujud naskah berjumlah 32 lembar ini diperkirakan ditulis pada abad ke-15 hingga ke-17 Masehi. Sayang, hingga sekarang belum diketahui siapakah gerangan penulisnya.

 

Dalam Bahasa Indonesia, Kitab Pararaton bisa diterjemahkan sebagai Kitab Raja-Raja. Karya sastra ini menceritakan kisah hidup Ken Arok serta silsilah raja-raja Singasari dan Majapahit.

 

Kitab Pararaton pernah diteliti oleh seorang Belanda bernama Dr. Jan Laurens Andries Brandes. Pada tahun 1896, sejarawan yang merangkap ahli filologi, dan ahli linguistik ini menerbitkan hasil penelitiannya yang berjudul Pararaton (Ken Angrok) of het boek der Koningen van Tumapel en van Majapahit.

 

Pada bagian kesepuluh Kitab Pararaton yang dipublikasikan oleh Dr. Brandes muncul nama Candi Tegowangi yang kutipannya adalah sebagai berikut:

 

“Bhra Matahun mokta, dhinarma ring Tigawangi, dharmabhiseka ring Kusumapura...”

 

yang bisa diartikan sebagai:

 

“Seri Ratu di Matahun wafat, dicandikan di Tigawangi, nama resmi candi itu Kusuma Pura...”

 

ritual sesaji di candi tegowangi di Kediri Jawa Timur pada zaman dulu September 2016

 

Akan tetapi, perlu diketahui bahwa istilah candi nggak pernah sama sekali disebutkan dalam Kitab Pararaton. Mengacu kepada Kitab Nagarakretagama, terdapat istilah dharma dan dhinarma yang keduanya berkenaan dengan bangunan yang sekarang disebut sebagai candi.

 

Kitab Nagarakretagama juga menyebutkan bahwa Bhre Matahun wafat pada tahun 1310 Saka atau 1388 Masehi. Jadi, diperkirakan Candi Tegowangi didirikan 12 tahun setelah wafatnya Bhre Matahun yaitu pada tahun 1400 Masehi. Lazimnya, 12 tahun setelah wafatnya seorang raja diadakan upacara sraddha yang kemudian diikuti dengan pendarmaan raja tersebut.

 

Sekadar info, dalam kebudayaan Jawa modern saat ini, istilah sraddha umum digunakan untuk menyebut ritual ziarah makam alias nyadran. Sedangkan bentuk pendarmaan (pembuatan bangunan suci) beralih menjadi pembuatan nisan setelah lewat sekian tahun wafatnya almarhum/ah.

 

Sumber Referensi:

http://catatanrupa.blogspot.co.id/2013/07/naskah-asli-pararaton.html

https://archive.org/details/KitabPararaton

 

Yang Menarik dari Candi yang Belum Selesai

Walaupun Candi Tegowangi tampak berdiri memukau nan anggun dengan berbagai hiasan reliefnya, para ahli purbakala menduga bahwa candi ini masih belum selesai dibangun. Hal itu ditunjukkan dengan adanya relief yang belum selesai dipahat pada pilar yang menghubungkan badan dan kaki candi.

 

Entah apa gerangan yang menyebabkan relief tersebut nggak selesai dikerjakan. Apakah mungkin terjadi bencana alam? Ataukah perang? Hanya relief-relief yang diam membisu itu yang tahu jawabnya.

 

relief belum selesai candi tegowangi di Kediri Jawa Timur pada zaman dulu September 2016

 

Artikel ini merupakan pengantar dari artikel-artikel lain yang kelak membahas hal-hal menarik yang berkaitan dengan Candi Tegowangi.


NIMBRUNG DI SINI

UPS! Anda harus mengaktifkan Javascript untuk bisa mengirim komentar!