Maw Mblusuk?

HALO PEMBACA!

Selamat nyasar di blog Maw Mblusuk? !

Di blog ini Pembaca bisa menemukan lokasi-lokasi unik seputar aktivitas blusukan-ku ke sana-sini. Eh, kalau ada kritik, saran, atau pesan bilang-bilang aku yah! Nuwun!

Cari Artikel

LANGGANAN YUK!

Dengan berlangganan, Anda akan senantiasa mendapatkan update artikel terbaru blog ini.


Bisa berlangganan melalui e-mail.

oleh FeedBurner

Atau melalui RSS Feed berikut.
feeds.feedburner.com/mblusuk
Rabu, 19 Juli 2017, 07:17 WIB

Etika Berwisata Alam

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak alam!
  3. Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
  4. Jaga sikap dan sopan-santun!
  5. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  6. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Rabu siang (30/4/2016) itu, hujan mendadak turun di Pantai Pasir Panjang. Aku dan Mawan buru-buru berteduh di bangunan kedai yang nggak berpenghuni. Di sana kami pun ngobrol-ngobrol.

 

Di sela-sela obrolan aku bertanya ke Mawan, apa ada pantai lain di dekat sini. Mawan bilang ada tapi katanya jalan kakinya lebih jauh.

 

Aku balik tanya, seberapa jauh sih jalan kakinya. Mawan bilang sekitar 10 menit. Wah, kalau sepuluh menit sih masih masuk hitungan dekat.

 

Eh, ternyata jalan ke pantai yang dimaksud Mawan ini lebih menegangkan dari jalan ke Pantai Pasir Panjang!

 

SILAKAN DIBACA

  • Thumbnail untuk artikel blog berjudul
  • Thumbnail untuk artikel blog berjudul
  • Thumbnail untuk artikel blog berjudul
  • Thumbnail untuk artikel blog berjudul
  • Thumbnail untuk artikel blog berjudul

 

Nggak ada setengah jam hujan mereda. Aku dan Mawan bergegas meninggalkan Pantai Pasir Panjang. Kembali menunggangi sepeda motor, menyusuri jalan raya Pulau Lingga yang sepi tanpa penunjuk jalan.

 

Di tengah jalan, Mawan lagi-lagi membelokkan sepeda motornya keluar dari jalan aspal. Jalan tanah kembali dipijak. Sementara itu, pemandangan di depan mata adalah kerumunan semak dan pohon-pohon lebat. Boleh juga sih dibilang hutan.

 

Awalnya, Mawan berniat memarkir sepeda motornya di luar hutan. Tapi, akhirnya dia memutuskan membawa sepeda motor masuk hutan. Katanya, supaya jalan kakinya lebih singkat. Alhasil, sepeda motor pun melaju menerjang jalan hutan seperti foto di bawah ini.

 

Kalau ceritanya kayak begini, kendaraan roda empat jelas nggak bisa lewat.

 

kondisi medan jalan hutan menuju Pantai Moyang di Pulau Lingga Kepulauan Riau mobil tidak bisa masuk

 

Pikirku, Mawan bakal membawa sepeda motornya mendekati pantai. Tapi ternyata, dia malah memarkir sepeda motornya di tengah hutan. Dia bilang kalau jalan setapak setelah ini nggak bisa dilewati sepeda motor. Jadinya ya mesti dilanjut jalan kaki deh.

 

Mawan berjalan di depan. Sedangkan aku ngekor di belakang. Kalau mencermati jalan setapak yang lumayan lebar, harusnya sih ini menjadi tanda kalau banyak orang yang lewat sini. Tapi ya namanya juga jalan hutan, di sepanjang jalan ada saja rintangannya.

 

 

Medan jalan hutan yang seperti ini nggak jauh berbeda dengan medan jalan menuju air terjun yang sering aku libas. Aku menikmatinya. Sesekali berhenti untuk celingak-celinguk dan motret-motret. Meninggalkan Mawan jauh di depan.

 

Sampai pada suatu ketika, Mawan menengok ke belakang dan menyeru ke aku supaya mempercepat langkah. Raut wajahnya terlihat cemas. Aku tanya ada apa. Mawan bilang barusan ia melihat ular besar melintas di semak-semak... di dekatku!

 

WADUH!

 

pohon tua besar tumbang merintangi jalan setapak di dalam hutan menuju Pantai Moyang di Pulau Lingga Kepulauan Riau

bangkai perahu kayu tua zaman dulu teronggok di pinggir jalan setapak di dalam hutan menuju Pantai Moyang di Pulau Lingga Kepulauan Riau

 

Setelah itu aku memilih berjalan kaki dekat Mawan. Takut kalau di tengah jalan nanti ada lagi ular yang numpang lewat.

 

Nggak seberapa lama aku melihat ada papan yang terpaku ke pohon. Di sana tertera nama pantai dan juga jarak yang mana hanya tinggal 100 meter.

 

Alhamdulillah! Pantai sudah dekat!

 

Jadi, meskipun jalan hutannya banyak rintangan dan juga ada ularnya #duh, ternyata ya memang benar-benar mengarah ke pantai #hilang,curiga. Sepanjang perjalanan, hanya papan inilah satu-satunya petunjuk keberadaan pantai yang bernama Pantai Moyang.

 

rute papan petunjuk arah menuju kawasan objek wisata perawan Pantai Moyang di Pulau Lingga Kepulauan Riau

 

Dan inilah pantai di Pulau Lingga yang bernama Pantai Moyang.

 

Pantai Moyang memiliki wujud yang sedikit berbeda dengan Pantai Pasir Panjang. Selain hamparan pasir putih yang bebas sampah #senang, di Pantai Moyang aku menjumpai adanya hamparan batu. Jenis batunya mirip seperti batuan penyusun candi.

 

Mungkinkah dahulunya Pantai Moyang ini pernah dilalui aliran lahar?

 

spot instagram pantai pasir putih bersih cantik indah bernama Pantai Moyang di Pulau Lingga Kepulauan Riau

hamparan batu-batu beku vulkanik di kawasan Pantai Moyang di Pulau Lingga Kepulauan Riau

 

Hal unik lain dari Pantai Moyang adalah adanya pulau. Mawan menyebut pulau itu dengan nama Pulau Moyang. Tapi sayang Mawan nggak begitu mengerti semisal ada cerita tentang Pantai Moyang dengan pulau tersebut.

 

Katanya Mawan, dulu ada jembatan kayu yang menghubungkan Pantai Moyang dengan Pulau Moyang. Sayangnya, jembatannya sudah hancur karena diterjang ombak besar. Meskipun demikian, sisa-sisa kayu jembatan masih bisa terlihat jelas.

 

Apabila diperhatikan secara lebih saksama, di Pulau Moyang terlihat ada bangunan gazebo. Mungkinkah Pulau Moyang dulu digunakan sebagai tempat bersantai? Seperti apa ya suasana di Pulau Moyang? Seperti apa juga ya pemandangan dari sana?

 

Jadi penasaran.

 

Kata Mawan saat ini satu-satunya cara menuju ke Pulau Moyang ya dengan naik perahu. Kalau mau jalan kaki saat air laut pasang surut nggak bisa karena lautnya lumayan dalam.

 

pemandangan gugusan pulau-pulau indah berlatar laut jernih dan langit biru dilihat dari Pantai Moyang di Pulau Lingga Kepulauan Riau

sejarah kisah asal-usul cerita Pulau moyang yang menjadi ikon khas Pantai Moyang di Pulau Lingga Kepulauan Riau

 

Sama seperti Pantai Pasir Panjang, di Pantai Moyang juga terdapat kedai. Bangunannya unik karena berwujud rumah panggung. Sayangnya, kedai ini juga tidak berpenghuni. Meskipun demikian dalam kondisi terdesak toiletnya sepertinya masih bisa dipakai.

 

Baik Pantai Pasir Panjang maupun Pantai Moyang sama-sama menawarkan pantai yang indah yang cocok menjadi lokasi main air dan pasir. Itu karena ombaknya tenang. Kalau dibandingkan dengan pantai di selatan Jawa seperti Pantai Parangtritis, jelas aku lebih memilih main air di Pantai Pasir Panjang atau Pantai Moyang. Lebih tenang dan damai.

 

Sulitnya akses serta minimnya petunjuk jalan adalah hal yang berpotensi mengurungkan minat orang untuk berkunjung kemari. Semisal aku tidak diantar oleh Mawan, mungkin aku nggak bakal tahu ada pantai ini. Lha wong di internet saja minim referensi kok!

 

kedai warung kayu sederhana berbentuk rumah panggung terbengkalai tidak berpenghuni berhantu di Pantai Moyang di Pulau Lingga Kepulauan Riau

 

Setelah aku pikir-pikir, mungkin seperti inilah nasib pantai di pulau-pulau yang berpenduduk minim. Masih alami. Mungkin saja kealamiannya tidak akan berubah untuk bertahun-tahun ke depan. Selama masih sedikit orang yang tahu dan menyambangi pantai ini.

 

Aku pun berlalu dari Pantai Moyang seusai Mawan menyudahi percakapannya di telepon. Ternyata Mawan menelpon orang rumah. Dia mengundangku untuk bersantap siang di rumahnya.

 

Wah! Benar-benar tawaran yang menarik!

 

 

Tapi, sebelum memenuhi undangan Mawan masih ada satu lokasi lagi yang wajib aku kunjungi. Lokasi yang menjadi alasan utamaku jauh-jauh melancong dari Jawa ke Lingga.


NIMBRUNG DI SINI

UPS! Anda harus mengaktifkan Javascript untuk bisa mengirim komentar!
  • FITHRA
    avatar komentator ke-0
    FITHRA #Sabtu, 7 Nov 2020, 11:13 WIB
    Terima kasih sudah main ke pantai moyang..
    Smoga nanti bisa datang lagi yaa, akses jalannya
    udah dibagusin, udah dibangun pondok² dan
    inshaAllah akan ada restaurant juga dlm waktu
    dekat ☺
  • SYAMSUDIN
    avatar komentator ke-1
    SYAMSUDIN #Selasa, 5 Mar 2019, 02:16 WIB
    Kapan kapan pengen jg ke pulau dabuk
    singkep.
  • ENDAH KURNIA WIRAWATI
    avatar komentator ke-2
    ENDAH KURNIA WIRAWATI #Senin, 24 Jul 2017, 20:31 WIB
    Wahh itu kok keren ya pantainya..
    saya masih belum pernah ke Kepri nihh..
    mudah2an tahun ini segera bisa terwujud kesana
    Hihihi iya mbak, semoga suatu saat dirimu berkesempatan melancong ke Kepulauan Riau. :D
  • BAKTIAR
    avatar komentator ke-3
    BAKTIAR #Senin, 24 Jul 2017, 15:05 WIB
    Asek bener kalau dapet lokasi yang masih belum dijamah banyak orang seperti dapet cewek yang.... yang gitu deh.. hehehehe... tempat-tempat gini akan tetep asik selama belum didandani abis2an demi pariwisata karena menjaga setelah banyak pengunjung itu susah bener..
    Lhaa... kok malah diibaratkan sama cewek? Wekekekee... Betul, setelah banyak pengunjung, biasanya obyek wisata jadi kurang alami. Apalagi rawan muncul banyak sampah. :(
  • TEKBY LIONG
    avatar komentator ke-4
    TEKBY LIONG #Sabtu, 22 Jul 2017, 16:39 WIB
    tolong kasih tahu perjalanan terdekat atau termudah dari jakarta ke kecamatan singkep
    barat.
    Rute yang ekonomis, dari Jakarta naik pesawat atau kapal ke Batam (Hang Nadim) kemudian dilanjut naik kapal cepat ke dari Pelabuhan Telaga Punggur ke Pelabuhan Dabo. Dari sana dilanjut naik ojek ke Singkep Barat. Rute yang lebih mahal, dari Batam naik pesawat ke Dabo dilanjut naik ojek ke Singkep Barat.
  • DWI SUSANTI
    avatar komentator ke-5
    DWI SUSANTI #Kamis, 20 Jul 2017, 21:27 WIB
    Niat merem belum bisa merem malah liat
    penampakan dermaga kayu tambah melek
    :(
    Hah? Dermaga kayunya kan nggak ada?
  • DIDIT
    avatar komentator ke-6
    DIDIT #Kamis, 20 Jul 2017, 14:06 WIB
    Kalau ini nih prosesnya yang WOW. Kapan kapan bisa nih get lost bareng, haha..
    hahaha, nyasar kok malah seneng. :D