Etika Berwisata Peninggalan Bersejarah
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak peninggalan bersejarah! Kalau bisa batasi kontak fisik ke benda tersebut!
- Baca informasi sejarahnya. Kalau perlu difoto dan dibaca lagi di rumah.
- Patuhi peraturan yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Kalau di Jawa Timur ada Majapahit, di Jawa Tengah ada Mataram (Medang), maka di Sumatra Selatan jelas ada Sriwijaya. Siapa sih di antara kita yang nggak tahu Kerajaan Sriwijaya? Itu lho, salah satu kerajaan di nusantara yang terkenal akan kekuatan maritimnya. Kalau misalnya lupa, silakan Pembaca baca-baca lagi buku pelajaran sejarah di SMA dulu ya!
Buat warga Sumatra Selatan, Sriwijaya adalah kebanggaan. Banyak instansi dan unit usaha yang mengusung nama Sriwijaya sebagai identitas mereka. Misalnya saja, Universitas Sriwijaya, Kodam II Sriwijaya, PT Pupuk Sriwijaya, Sriwijaya Air, dan lain sebagainya.
Nggak hanya melekat sebagai nama saja lho. Di Kota Palembang (yang konon merupakan salah satu pusat Kerajaan Sriwijaya) terdapat sebuah museum yang didirikan khusus untuk mengenang kemahsyuran Kerajaan Sriwijaya. Museum tersebut bernama Museum Sriwijaya, bagian dari kompleks Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya. Alamatnya di Jl. Syakhyakirti, Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Gandus, Kota Palembang, Sumatra Selatan.
Naik Angkutan Umum ke Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya
Nah, sebagai obat kecewa karena gagal singgah di Candi Bumiayu, maka di hari Minggu pagi (8/2/2015) aku menyusun rencana untuk mampir ke Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya. Yang menariknya, aku pergi ke sananya itu naik angkutan umum lho!
Merakyat sekali kan? Hehehe.
Buat Pembaca yang berencana mengunjungi Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya pakai angkutan umum silakan mengikuti panduan di bawah ini. OK?
- Dari Kota Palembang pergilah ke Benteng Kuto Besak. Bisa naik angkot, bus kota, atau Trans Musi yang mengarah ke Jembatan Ampera. Turun di dekat Jembatan Ampera terus dilanjut jalan kaki sebentar ke Benteng Kuto Besak.
- Di jalan raya di depan Benteng Kuto Besak naik angkot warna cokelat. Itu angkot warna cokelat cuma punya satu jurusan yaitu ke Tangga Buntung. Habis itu bilang gini ke Pak sopirnya, “Pak, nanti turun di Pasar Tangga Buntung ya!”. Ongkosnya cukup Rp4.000 saja dengan waktu tempuh 15 menit (kalau nggak macet ).
- Di Pasar Tangga Buntung, naik angkot warna pink dengan tujuan Gandus. Eh, kalau nggak mau naik angkot ya bisa sih jalan kaki. Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya cuma berjarak sekitar 2 km aja kok dari Pasar Tangga Buntung. Nggak terlalu jauh kan?
- Seandainya naik angkot pink itu harus bilang ke Pak sopirnya, “Pak, nanti turun di Taman Purbakala Sriwijaya ya!”. Inget ya! Harus bilang gitu. Soalnya lokasi Taman Purbakala itu agak masuk sedikit dari jalan raya. Ongkosnya cukup Rp2.000 saja (Ditawar aja! Kan cuma 2 km dari pasar, masak bayar penuh Rp4.000?, hahaha ).
Untuk masuk ke Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya, dikenakan tarif Rp3.000 per orang. Sedangkan untuk masuk ke Museum Sriwijaya dikenakan tarif Rp2.000 untuk dewasa dan Rp1.500 untuk anak-anak.
Pusat Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya berdiri dari tahun 600-an hingga 1100-an. Satu zaman dengan era Kerajaan Mataram (700-an hingga 1000-an). Tapi berdiri jauh sebelum era Kerajaan Majapahit (1300-an hingga 1500-an).
Menurut peneliti asal Prancis, Prof. Manguin, Pierre-Yves, pusat Kerajaan Sriwijaya berada di tepi Sungai Musi antara bukit Seguntang dan Sabokingking, yang kemudian dikenal sebagai Situs Karanganyar. Pendapat ini didasarkan oleh foto udara dan penggalian di sekitar Situs Karanganyar yang menunjukkan bahwa di tempat ini pernah berdiri suatu kompleks pemukiman manusia dengan aktivitas yang beranekaragam.
Para ahli masih punya banyak pendapat mengenai lokasi pusat kerajaan Sriwijaya. Ada yang berpendapat terletak di hilir Sungai Batanghari, Jambi. Ada juga yang berpendapat di sekitar kawasan Candi Muara Takus, Riau. Apa mungkin pusat Kerajaan Sriwijaya itu berpindah-pindah ya? Ah, andaikata peninggalan-peninggalan sejarah yang kini tersisa itu bisa ngomong...
Di lokasi Situs Karanganyar inilah kemudian dibangun Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya sebagai tempat pelestarian situs dan sekaligus bermanfaat untuk kepentingan umum. Taman ini diresmikan pada tanggal 22 Desember 1994 oleh Presiden Soeharto.
Blusukan di Museum Sriwijaya
Yang bikin menarik di Museum Sriwijaya ini adalah banyak banget display prasasti di sini! Sebut saja macamnya Prasasti Kedukan Bukit, Prasasti Talang Tuo, Prasasti Kota Kapur, dan prasasti-prasasti lain yang selama ini cuma aku tahu namanya dari buku pelajaran sejarah.
Walaupun yang di-display di sini hanya replika (soalnya yang asli kan disimpan di Jakarta) tapi menurutku sudah mirip banget dengan aslinya! Top jempol lah buat pengelola Museum Sriwijaya . Mending seperti ini lah daripada yang di-display hanya foto dan teks doang?
Eh, ternyata orang Sriwijaya itu hobi menulis ya? Sepertinya, mereka ini cikal-bakal blogger-blogger nusantara, hahaha .
Isi prasastinya bukan curhat galau lho, tapi lebih banyak berkutat seputar kutukan kalau membangkang perintah raja. Ternyata, orang yang hidup pada zaman dulu juga perlu ditakut-takuti biar nurut, hehehe .
Salah satu benda yang bikin aku tercengang lagi adalah kemudi kapal (dayung) yang ukurannya gede banget! Kemudi kapal ini punya panjang 8,2 meter dan ditemukan tahun 1960. Kalau dilihat dari ukurannya, pastinya kapalnya juga gede banget. Lebih gede dari kapal yang berseliweran di Sungai Musi. Istimewa sekali lah pokoknya!
Di Museum Sriwijaya ini juga dipajang benda-benda peninggalan peradaban Sriwijaya lain semacam arca, keramik, gerabah, dan lain sebagainya. Susah kalau aku jelaskan satu per satu karena koleksi-koleksinya banyak dan menarik semua. Lebih enak kalau lihat foto-foto jepretanku aja gimana?
Penataan Museum Sriwijaya menurutku sih sudah oke. Hanya saja koleksinya kurang banyak. Soalnya masih banyak ruang kosong yang sekiranya bisa dimanfaatkan. Mungkin ke depannya koleksinya bisa ditambah lagi? Dilengkapi diorama peradaban Sriwijaya mungkin?
Blusukan di Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya
Puas melihat-lihat isi Museum Sriwijaya, sekarang saatnya aku jalan-jalan di seputar Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya. Memang benar-benar sesuai namanya. Diberi embel-embel nama “Taman” karena di sini memang ada taman yang luas banget.
Ada banyak bangku. Ada gazebo. Kucingnya pun lucu-lucu. #apa.sih
Sayangnya cuma satu: KURANG TERAWAT. Masak karena masalah klasik nggak ada dana sih? Andaikan lebih rapi dan bersih, aku yakin bakal lebih enak dipakai sebagai tempat rileks.
Taman luas ini sebenarnya merupakan Situs Karanganyar yang aku ceritakan di atas itu. Di sini kita bisa menyaksikan peninggalan peradaban di zaman Sriwijaya seperti parit, kolam, dan pulau buatan. Memang sayang sih nggak ada sisa-sisa bangunan. Tapi ya maklum. Zaman dulu konstruksi bangunan kan umumnya terbuat dari kayu yang bakal lapuk dimakan usia.
Ada dua pulau buatan di sini, yakni Pulau Cempaka dan Pulau Nangka. Sebenarnya, Pulau Nangka itu lokasi di mana taman luas serta Museum Sriwijaya ini berdiri. Nggak percaya? Coba deh Pembaca amati peta yang aku ambil dari Google Map berikut ini.
Kelihatan jelas kan kalau sebenarnya Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya itu berupa “kepulauan”? Hehehe
Dari Pulau Nangka ke Pulau Cempaka tersedia jembatan penyebrangan. Di Pulau Cempaka sendiri sih nggak ada yang menarik, walaupun di sana tumbuh banyak pohon buah seperti mangga, rambutan, nangka, dll. Sayangnya, waktu itu semuanya sedang tidak berbuah. Sulit menebak dahulunya ini Pulau Cempaka digunakan sebagai apa. Kalau sekarang sih, barangkali buat tempat mojok anak muda Palembang ya? Hahaha .
Kalau dilihat dari denah Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya di atas itu kan ada menara pandang tuh. Nah, untuk menuju menara pandang ini kita mesti menyebrang jalan raya dan nyebrang jembatan yang melintasi parit tua. Beda kompleks sama area Museum Sriwijaya.
Untuk naik ke puncak menara pandang ini sama sekali nggak ditarik biaya. Tapi sayang seribu sayang, kondisi menara pandang KOTOR BANGET. Banyak banget coretan vandalisme. Haduh... sedih deh melihatnya...
Pokoknya, bagi Pembaca yang hobi sejarah, wajib hukumnya mampir ke Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya, terutama ke Museum Sriwijaya! Kalau belajar sejarah caranya begini kan enak .
Kalau Pembaca mau lihat koleksi foto-foto Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya yang lebih komplit lagi, silakan telusuri tautan di bawah ini ya!
NIMBRUNG DI SINI
ini cukup menarik buat aku yang suka
sejarah,traveling & membaca juga,sukses terus
ya mas,ntah masih atau engga masnya menulis
blog dan lagi terakhir saya cuman mau
menambah informasi bahwa kanalĀ² itu dulu
berfungsi sebagai wahana sarana kapal berputar
mas,serta sekarang taman itu juga sudah lebih
baik kok,semoga sehat selalu yaw masss
ini cukup menarik buat aku yang suka
sejarah,traveling & membaca juga,sukses terus
ya mas,ntah masih atau engga masnya menulis
blog dan lagi terakhir saya cuman mau
menambah informasi bahwa kanalĀ² itu dulu
berfungsi sebagai wahana sarana kapal berputar
mas,serta sekarang taman itu juga sudah lebih
baik kok,semoga sehat selalu yaw masss
masa depan ya. hehehe
negeri masih buanyak yg menarik..
tutup terus selama 2 hari itu. Cuma bisa ke Monpera dan Bukit Siguntang.
Tapi sekilas museumnya cukup oke, nggak terlalu suram dan berdebu kayak biasanya.
Di mana-mana, perawatan selalu jadi masalah klise pariwisata Indonesia. Emang butuh
dana berapa sih buat sewa petugas kebersihan beberapa orang? Hadeuh..
Mungkin karena pakai dana alokasi APBD ya, jadinya segala sesuatunya serba \"terbatas\" terutama untuk masalah kebersihan...
meninggalkan jejak kotor disini..
bytheway, cerita dolanmu di sumatera kok kayaknya penuh warna ya mas.. jadi pengen
kesana lagi pas nggak musim hujan.. :D
Lha aku cuma 3 hari lho padahal. Kalau seminggu lebih jangan2 lebih warna-warni kayak pelangi, hahaha. :D
Eh, pas itu kan musim hujan.
Unik banget Mas tempate, ada pulau di dalam pulau. :D
Orang Palembang jaman dulu senengnya bikin kanal-kanal, terus jadi ada pulau deh.
kalau dibandingkan antara museum Sriwijaya dan Majapahit ... mana yang lebih menarik
dan terurus ?