Etika Berwisata Peninggalan Bersejarah
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak peninggalan bersejarah! Kalau bisa batasi kontak fisik ke benda tersebut!
- Baca informasi sejarahnya. Kalau perlu difoto dan dibaca lagi di rumah.
- Patuhi peraturan yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Masih di dekat Kompleks Candi Arjuna, tepatnya di sisi timur, terdapat sisa-sisa pondasi suatu bangunan. Apakah bangunan tersebut candi ya? Hmmm....
Kalau diperhatikan secara seksama, pondasi tersebut tampak melebar, nggak mirip seperti pondasi candi. Malah kalau aku berpendapat, lebih mirip pondasi sebuah bangunan seperti keraton. Mirip seperti pondasi-pondasi di Keraton Ratu Boko lah.
Umpak-umpak dharmasala yang belum direkonstruksi.
Aku yang di hari Kamis siang itu (25/12/2008) sudah dibuat bete duluan sama kabut dan hujan, asal-asalan saja memotret pondasi-pondasi itu. Hitung-hitung menghabiskan memori DSLR lah.
Eh, nggak disangka-sangka, kabut yang tebalnya setengah mati itu tiba-tiba hilang dan berubah menjadi hujan! Mampus gue!
Untung di dekatku sana ada bangunan kayu seperti pendopo. Langsung saja aku ke sana numpang berteduh. Alhamdulillah ya!
Penyelamat di saat hujan dan kabut.
Sambil mengeringkan kamera dari air hujan aku mengamati kondisi sekitar. Ada papan informasi di pendopo itu. Setelah kamera lumayan kering, aku beranjak mendekat ke papan informasi. Baca-baca sebentar. Terus merenung. Hmmm. Habis itu aku hapus semua foto yang tadi asal-asalan aku potret. Lho ada apa gerangan?
Menurut papan informasi, pendopo tempatku berteduh ini adalah rekonstruksi dari dharmashala. Apa pula itu dharmasala? Jadi, dharmasala merupakan bangunan berwujud pendopo yang biasa digunakan para peziarah untuk beristirahat atau mempersiapkan diri sebelum beribadah di candi.
Pondasi bangunan lain. Apa ya bangunan keraton?
Karena konstruksi bangunan dharmasala ini sebagian besar terbuat dari kayu, tentu saja seiring berlalunya waktu kayu-kayu tersebut lapuk dan lenyap. Yang tersisa dari dharmasala saat ini hanyalah umpak, yaitu pondasi batunya saja. Lalu bagaimana bangunan ini berhasil direkonstruksi lagi?
Para ahli menggunakan hipotesis dalam merekonstruksi dharmasala. Maksudnya, bangunan pendopo ini mungkin belum sepenuhnya tepat dengan konstruksi dharmashala yang sesungguhnya di masa lampau.
Akan tetapi, tentu saja para ahli nggak sembarangan dalam merekonstruksi dharmashala. Mereka menggunakan acuan konstruksi bangunan lokal dan berbagai literatur. Di antaranya adalah gaya bangunan tradisional Jawa dan relief-relief dharmashala yang ada di dinding Candi Borobudur. Sekadar info, Candi Borobudur dan candi-candi di Dataran Tinggi Dieng diperkirakan dibangun pada kurun waktu yang sama, yakni pada abad ke-9 Masehi. Rekonstruksi dharmasala ini dikerjakan pada bulan Maret sampai Juni 2008.
Wadah tempat menampung air atau wadah makanan kuda?
Berhubung hujannya sudah agak reda. Aku lanjut lagi menuju obyek selanjutnya.
NIMBRUNG DI SINI
Ketoke adem penak yo Mas pengen akuh kudanan rodo galau piye ngunu e nuansane, hehehe.
warisan budaya lagi...