Etika Berwisata Alam
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak alam!
- Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Bukalah Google dan carilah “curug temanggung”. Niscaya, Curug Titang bakal muncul di urutan teratas hasil pencarian. #senyum.lebar
Adapun pada Sabtu (20/1/2018) yang lalu, cuaca mendung, gerimis, dan hujan silih berganti menyapa Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Kebetulan pula sejak pagi hari itu aku dan Dwi sedang keluyuran di Temanggung. #hehehe
Berhubung sore masih lama, mencuatlah keinginan untuk blusukan mencari curug alias air terjun. Pilihannya hanya dua: curug di Temanggung atau curug di Magelang. Itu karena keduanya searah dengan arah pulang ke Kota Jogja tercinta. #senyum.lebar
SILAKAN DIBACA
Setelah berdiskusi sebentar dengan Mbah Google, muncullah nama Curug Titang sebagaimana yang tertulis di paragraf awal artikel ini. #senyum
Dibandingkan dengan curug-curug lain di Temanggung, letak Curug Titang lebih dekat dengan posisi kami. Jaraknya hanya sekitar 15 km dari kawasan Pasar Legi di Kecamatan Parakan.
Jadi ya tanpa pikir panjang, langsung saja sepeda motor digas menuju ke Curug Titang! #senyum.lebar
Perjalanan ke Curug Titang
Berdasarkan panduan arah Google Maps yang sedikit nyangkut di ingatan, rute ke Curug Titang adalah dengan menyusuri Jl. Pahlawan. Cabang jalannya berada di perempatan lampu lalu lintas di dekat Alun-Alun Kota (Kecamatan) Temanggung.
Dari Jl. Pahlawan ganti menyusuri Jl. Pikatan ke selatan. Selang beberapa saat, gerimis yang sejak tadi turun berubah menjadi “hujan nanggung”. Oleh sebab malas berhujan-hujanan, sepeda motor pun dipinggirkan untuk berteduh di muka kios burung yang masih tutup.
Selang beberapa menit berteduh, kami disapa oleh bapak warung di sebelah kios burung. Beliau memberikan arahan menuju ke Curug Titang. Katanya, nanti harus berbelok masuk gapura yang bertuliskan “NAMPIREJO”. Itu karena Curug Titang berada di Desa Nampirejo di Kecamatan Temanggung.
Di bawah naungan hujan yang sudah rintik-rintik, 2 km jarak yang tersisa pun dituntaskan. Alhamdulillah, mendekati gapura Desa Nampirejo hujan mereda sebagaimana doa dan harapan yang dipanjatkan oleh si bapak warung ketika kami memohon pamit. #senyum.lebar
Selanjutnya, kebingungan pun melanda karena di jalanan Desa Nampirejo blas sama sekali nggak ada petunjuk arah ke Curug Titang! Sungai yang umumnya berhubungan erat dengan curug juga nggak terendus keberadaannya.
Akhirnya, bertanyalah kami kepada sejumlah warga:
- Seorang bapak yang sedang menjemur pakaian mengarahkan untuk memarkirkan sepeda motor di muka suatu rumah sepi.
- Dua orang ibu yang sedang mengisi kapuk kasur mengarahkan untuk menyusuri jalan setapak yang cabang jalannya berada tepat di samping rumah sepi.
Perjalanan bersepeda motor berganti menjadi trekking menembus hutan bambu. Daun-daun pohon bambu yang berguguran menghiasi tanah merah licin yang menjadi pijakan. Berdasarkan petunjuk dari kedua ibu, setelah mengambil jalan yang menurun kemudian menyeberangi jembatan.
Betul kata ibu-ibu itu. Di tengah jalan membentang sebuah jembatan. Di bawah jembatan ada jurang yang dalam. Di dasar jurang mengalir sungai yang arusnya lumayan deras.
Aku menduga sungai ini bakal berujung ke Curug Titang. Walaupun nggak ada papan-papan penunjuk arah, sepertinya perjalanan menuju Curug Titang nggak sesulit bayanganku.
Akan tetapi, tepat setelah menyeberangi jembatan, Dwi mendadak bertanya,
“Mas, ini (ambil cabang jalan) ke kiri apa ke kanan?”
“Lha, mana aku tahu? Tadi kan yang nanya ke ibu-ibunya kamu?” jawabku.
“Kalau nggak salah sih kiri Mas.”
“Yakin kiri? Bukannya ke kanan ya?”
Asumsiku, letak Curug Titang itu pasti lebih ke arah hulu sungai yang berada di sisi kanan jembatan. Lagipula samar-samar terdengar suara gemuruh di arah hulu sungai.
“Jadi, kiri apa kanan Mas?”
Hmmm…
Pilih Cabang Jalan ke Kanan
Karena katanya "kanan itu adalah sesuatu yang lebih baik daripada kiri" jadilah aku bilang ke Dwi untuk mengambil cabang jalan ke kanan. Dwi sendiri masih berkeyakinan bahwa jalan ke Curug Titang adalah cabang jalan ke kiri.
Dengan saluran air di sisi kiri dan jurang lembah sungai besar di sisi kanan, kami pun menyusuri jalan setapak ke arah hulu sungai. Gemuruh air sungai sesekali memberhentikan langkah. Tapi, ketika melongok ke sungai, ternyata hanya curug-curug kecil yang sepertinya cukup fotogenik sebagai latar memotret model.
Dari kejauhan, terlihat pula adanya pancuran di sisi seberang sungai. Dengan pagar bambu yang mengitarinya, apa mungkin itu pancuran yang dikeramatkan warga setempat?
Kira-kira setelah 10 menit menyusuri jalan setapak, tanda-tanda keberadaan curug besar menghilang. Air sungai yang tadi mengalir deras berubah tenang.
Vonis “salah jalan” semakin mengental ketika mulai terdengar suara-suara kendaraan bermotor yang melintas. Apalagi kemudian ada penampakan jembatan besar yang membentang di atas lembah sungai.
Weh! Jadi sungai besar ini letaknya di pinggir jalan raya toh!?
Pilih Cabang Jalan ke Kiri
Tanpa membuang banyak waktu, kami pun balik kanan, kembali menuju ke pertigaan jalan setapak setelah menyeberangi jembatan. Kali ini mengambil cabang jalan ke kiri, ke arah hilir sungai, sesuai dengan keyakinan sang istri terlucyu. #hehehe
Suasana di sepanjang cabang jalan setapak ke kiri ini masih sama seperti cabang jalan ke kanan tadi. Bedanya, saluran air kini berada di sisi kanan. Selebihnya tetap sama tanpa adanya satu pun penunjuk arah. Weh!
Kira-kira setelah 5 menit berjalan kaki dari pertigaan jembatan, muncullah penampakan anak tangga yang pembatasnya dicat biru dan kuning. Di ujung anak tangga terdapat bangunan dari beton berhiaskan logo Dinas Pekerjaan Umum.
Didorong rasa penasaran, kami pun menuruni anak-anak tangga yang mengarah ke dasar lembah sungai. Seiring dengan itu, hadirlah tanda-tanda keberadaan curug. Irama gemuruh air semakin tedengar nyaring.
Inilah rupanya Curug Titang. Curug yang menduduki peringkat pertama pencarian “curug temanggung” di Google. #senyum.lebar
Air sungai Curug Titang ditampung di bangunan penampungan air sebagai sumber air bersih. Atap bangunan penampungan air bisa dimanfaatkan untuk menikmati pemandangan elok Curug Titang dari ketinggian.
Di dekat pintu bangunan penampungan air terdapat curug mungil. Batang-batang bambu mengalirkan pancuran air dari curug mungil tersebut. Apakah airnya berkhasiat ya mbuh #hehehe. Tapi, nikmat untuk membasuh muka karena airnya dingin dan segar. #senyum
Aku perhatikan kondisi di sekitar Curug Titang bersih dari sampah. Menurutku ini adalah hal yang unik dan menarik.
Biasanya curug yang terkenal itu kan kondisinya nggak terlalu bersih. Apalagi sungai Curug Titang ini kan mengalir di dekat pemukiman yang bisa jadi turut membawa serta sampah-sampah warga.
Tapi ya syukurlah bilamana Curug Titang bersih dari sampah. Semoga kebersihannya awet. #senyum.lebar
Dari sekilas pengamatan, sudut pemotretan yang fotogenik ya hanya Curug Titang thok. Mungkin karena curug ini lumayan besar dan terdapat kedung yang cukup luas di dasarnya.
Kedungnya cocok sih untuk berenang-renang. Tapi, mengingat derasnya air curug, mungkin amannya berenang di sini pas musim kemarau saja.
Berhubung pengunjung Curug Titang pada siang hari itu (sudah nyaris pukul 12 siang rupanya) hanya aku dan Dwi, jadi asyiklah kami menggelar sesi foto-foto di sana. Sudah pasti memakai teknik foto slow speed. Tapi, hasil jepretannya agak kurang sip karena langit di puncak curug putih tertutup awan mendung.
Menurutku, Curug Titang adalah curug yang menarik untuk disambangi, karena:
- Letaknya lumayan dekat dengan Kota (Kecamatan) Temanggung.
- Sepi pengunjung.
- Asri, bersih, dan fotogenik.
- Tanpa pungutan tiket. #senyum.lebar
Sedangkan beberapa hal yang patut diperhatikan ketika ingin berkunjung ke Curug Titang adalah nggak adanya satu pun petunjuk arah! Jadi, harap sering-sering bertanya ke warga. Terutama setelah memasuki wilayah Desa Nampirejo.
Da daah Curug Titang! Sampai ketemu lagi! #senyum.lebar
Saatnya pulang ke Kota Jogja tercinta. Semoga nggak ada razia kendaraan di jalan. #hehehe
lewat dusun durenan..tembarak jalan mudah
lebih dkat..bsa nitip motor di tmpt saya...
Dan trmksh..atas kehadiran..di
curug..titang..ya bosss
tertantang mblusuk meneh hahaha...
pemdanya ya
-Traveler Paruh Waktu
apalagi masih bersih dari sampah...