Bertepatan dengan libur Isra Mi’raj yang jatuh pada hari Rabu (29/6/2011) dan sekaligus melaksanakan agenda PEKOK di bulan Juni, maka pada hari Selasa (28/6/2011) hingga Rabu aku dan tim PEKOK Rangers berniat bersepeda ke Ngadirejo, Temanggung, Jawa Tengah.
Ngadirejo adalah nama salah satu kecamatan di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Buatku, Ngadirejo sendiri sudah tidak asing, sebab di bulan Januari 2010 silam aku pernah berkunjung ke sana yakni ke Candi Pringapus. Selain candi, katanya di Ngadirejo juga terdapat banyak curug alias air terjun. Hmmm, menarik bukan?
Di hari Selasa sore, berkumpullah tim PEKOK Rangers yang kali ini berjumlah lebih banyak dari biasanya. Ada Kang Supri, Raditya, Paris, Rizky, Bagus, Rino, Pakdhe Timin, Kharisma (yang masih SMP ), dan Rozi. Turut serta pula Mas Dani Wawan selaku yang punya rumah di Ngadirejo.
Pukul 7 malam di Lapangan Denggung, Sleman, Jl. Raya Jogja – Magelang km 9, agenda PEKOK bulan Juni: Backpacking ke Ngadirejo resmi dimulai. Teeeeeeet! (ceritanya niup peluit)
Tidak lupa menyempatkan diri wisata kuliner di Ketupat Tahu Batuar Batoar, Temanggung
Secara umum, medan perjalanan dari Jogja hingga Ngadirejo lebih manusiawi dibandingkan medan-medan perjalanan PEKOK lainnya. Tidak ada tanjakan curam dan panjang yang memaksa kami untuk menuntun sepeda. Walaupun Ngadirejo terletak di ketinggian 900 meter dpl (Kota Jogja 70 meter dpl), tanjakannya landai dan tidak menguras tenaga. Hanya saja JAUH!
Tugu Pal Putih – Tempel = 17 km
Tempel – Muntilan = 20 km
Muntilan – Kota Magelang = 20 km
Kota Magelang – Secang = 10 km
Secang – Temanggung = 14 km
Temanggung – Parakan = 10 km
Parakan – Ngadirejo = 7 km
Ngadirejo – Rumah Mas Dani Wawan = 3 km
Jadi, total jaraknya adalah 101 km. Eh, itu baru jarak pergi dari Jogja ke Ngadirejo lho. Untuk jarak pulang ya sama, sehingga total jarak yang kami tempuh sekitar 202 km!
Untuk menghemat tenaga, di hari pertama kami sempat menginap di Kota Magelang, di kediaman Pakliknya Rizky. Walaupun begitu, SANGAT mungkin untuk bersepeda dari Jogja ke Ngadirejo dalam waktu satu hari. Jika berangkat dari Jogja pukul 6 pagi, dengan kecepatan kami yang rata-rata 15-20 km/jam, dapat sampai di Ngadirejo sekitar pukul 3 sore.
Tidur dulu untuk mengumpulkan tenaga.
Kami tiba di Ngadirejo pukul 13.00 di hari Rabu. Berhubung Ngadirejo terletak di kaki gunung Sumbing Sindoro, cuaca di sana amat tidak menentu. Sayang beribu sayang, beberapa saat setelah kami tiba hujan turun. Jadi, agenda ke curug terpaksa dibatalkan. Huaaaa!
Namun, bukan berarti kami melewatkan kesempatan untuk berpesiar di sekitar Ngadirejo. Kami mengunjungi obyek wisata terdekat. Seperti Umbul Jumprit, tempat pengambilan air suci untuk prosesi waisak, dan tentu saja Candi Pringapus.
PEKOK di Umbul Jumprit
PEKOK di Candi Pringapus
Kami bertolak kembali ke Jogja sekitar pukul 7 malam dari rumah Mas Dani Wawan di Ngadirejo. Dengan medan jalan yang didominasi oleh turunan perjalanan tidak banyak menguras tenaga, hanya dibutuhkan konsentrasi untuk menghindari lubang di jalan dan akrobat bus antarkota yang b******k itu (emosi!). Singkat cerita, sampai di rumah kembali pukul 01.30 WIB di hari Kamis.
Selesai? Hmm…sepertinya belum, berhubung di Ngadirejo masih ada curug dan juga candi yang belum sempat aku kunjungi, jadi…mungkin aku akan kembali ke sana lagi, tapi kali ini nggak naik sepeda.
NIMBRUNG DI SINI
Sapertinya njenengan pesepeda yang masuk kategori ekstrim. :D
Salam kenal dari saya mas.
Cah Ngadirejo asli. Alumni Mesin UGM '06. :-)
Terima kasih sudah berkunjung kemari. :)
pengen ke jumprit...
Dulu ke Pringapus masih ada Rozi ya...
pinus di atas Jumprit, bagus lho pemandangannya..
editing kan? :D
Naek motor saja jarak segitu dah pegel, naek sepeda wo ho ho ho ho...
Luar biasa....