HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Ikut Pangeran Wortel ke Kampus UIN SUSKA Riau

Selasa, 13 September 2016, 16:35 WIB

“Kurang Gawean” alias “Kurang Kerjaan” itu merupakan julukan yang sering disematkan pada kelakuan seorang Wijna. #senyum.lebar

 

Beberapa kali aku mencoba menampik. Akan tetapi, seringnya hanya aku balas dengan tawa. Karena ya... aku sendiri merasa kalau aku itu memang orang yang sering kurang kerjaan, gyahahaha. #senyum.lebar

 

Sebagai contohnya pada Kamis pagi (28/4/2016) yang lalu itu aku sedang berada di Kota Pekanbaru SENDIRIAN dan merasa sangat KURANG KERJAAN!

 

Lha habisnya mau gimana? Pesawat yang kelak memindahkan jasadku dari Pulau Sumatra ke Pulau Batam baru akan berangkat 8 JAM lagi. Terancam terlunta-lunta kurang kerjaan ini aku di Riau.

 

Duh!

 

 

Tapi syukur Alhamdulillah! Gusti Allah SWT rupanya berkenan menyelamatkan seorang Wijna dari jurang ke-kurang kerjaan-an. Atas kehendak-Nya itulah aku dipertemukan dengan seorang gadis Pangeran Wortel dari Pulau Bengkalis yang kelak menemaniku keluyuran di Pekanbaru.

 

Yup! Yup! Yup!

 

Pangeran Wortel yang aku maksud tidak lain adalah Heru Arya. Seorang mahasiswa Jurusan Agroteknologi UIN Sultan Syarif Kasim (SUSKA) Riau yang sebentar lagi bakal melangsungkan momen bahagia yang sudah lama ia nanti-nantikan....

 

... WISUDA! #hehehe

 


Kolaborasi lintas pulau antara Sarjana Sains dan Sarjana Agroteknologi. #senyum.lebar

 

Catatan:

Pas artikel ini terbit, Alhamdulillah Heru sudah sah menyandang gelar Sarjana Agroteknologi (S. Agr). Semoga ilmu yang sudah susah payah kamu pelajari itu bermanfaat bagi dirimu dan juga orang banyak ya Ru! Aamiin. #senyum.lebar

 

Oh iya, Heru ini juga merupakan seorang blogger tenar yang turut meramaikan komunitas Blogger Energy dengan blog-nya yang bernama TULISAN WORTEL. Pembaca jangan lupa untuk main ke blog-nya Heru di alamat ini ya:

 

TULISANWORTEL.COM

 

Saat Lewat Jl. Buluh Cina...

Nah, selepas kami memanjakan mata di Stadion Utama Riau yang kondisinya mengenaskan, aku lantas gantian menemani Heru yang pada hari itu berencana mengurus hal-hal yang berkaitan dengan wisudanya. Berhubung pada hari itu aku merasa sebagai orang yang kurang kerjaan, jadinya nggak masalah deh kalau mau diajak Heru muter-muter ke mana-mana, wekekeke. #senyum.lebar

 

Terlebih lagi, sebagai orang yang dulu pernah nimbrung bikin rusuh di dunia per-UIN-an, aku merasa tergelitik untuk mem-benchmark kegiatan akademik di UIN SUSKA dengan playground lawasku di UIN Sunan Kalijaga (SUKA), Yogyakarta. #hehehe

 

Eh, mirip-mirip ya namanya kalau disingkat, UIN SUSKA sama UIN SUKA. Hanya beda 1 huruf. Rawan bikin rancu. #senyum.lebar

 

 

Dari Stadion Utama Riau, pemberhentian kami selanjutnya adalah Bank BNI Syariah di seputar Jl. Raya Panam. Di sini Heru membayar biaya wisuda. Sedangkan aku numpang ngadem di dalam bank yang berhawa sejuk karena pakai AC. #hehehe

 

Pekanbaru ternyata PUANAS bok!

 

Kalau dari ceritanya Heru, acara wisuda di UIN SUSKA itu ada dua. Pertama, acara wisuda universitas untuk seluruh mahasiswa. Kedua, acara wisuda di fakultas. Dua-duanya mesti bayar pula! Wew....

 


Lha sepi!? Gagal sudah rencana busuk observasi mbak-mbak mahasiswi yang mau lulus. #eh

 

 

Usai menuntaskan urusan di bank, kami pun pindah lokasi ke kampus UIN SUSKA yang masih terletak di kawasan Panam. Eh, bagi Pembaca yang masih awam dengan wilayah Pekanbaru, kawasan Panam itu letaknya ada di pinggiran kota (outskirt) yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Kampar.

 

Saat menuju ke kampus UIN SUSKA kami melewati Jl. Buluh Cina yang identik sebagai kawasannya mahasiswa. Kalau di UIN SUKA ya macamnya Jl. Bimo Kurdo. Kalau di UGM macamnya Jl. Pogung Raya. Kalau di ITB macamnya Jl. Siliwangi lah.

 

Seperti pada umumnya kawasan mahasiswa, di Jl. Buluh Cina ini kita bisa menjumpai warung makan, tempat fotokopi, warnet, laundry, dan juga kos-kosan (sebulan Rp250.000 s.d. Rp500.000). Dari semua itu, ada satu hal yang buatku amat sangat menarik. Di halaman salah satu tempat fotokopi, aku lihat ada kertas promosi bertuliskan,

 

MELAYANI JASA ISI KRS

 

What the hell is that!?

 

Sejak kapan pengisian KRS (Kartu Rencana Studi) dijadikan ladang penghasilan!?

 

Weh....

 


Kalau di Pekanbaru nyari makanan murah meriah di sini tempatnya. Tapi banyaknya masakan Jawa sih...

 

Sebagai mantan buruh ngoding yang dahulu kala juga ikut repot mengurusi hal-hal berbau KRS, aku kan jadi penasaran menginterogasi Heru perkara jasa isi KRS ini. #hehehe

 

“Ru! Itu kok ada jasa isi KRS maksudnya gimana Ru?”

“Ya itu Mas, bantu ngisi KRS, biasanya buat mahasiswa baru.”

“Lha? Memang pas awal-awal kuliah, mahasiswa baru pada nggak dikumpulin sama fakultas terus dikasih tahu caranya ngisi KRS?”

“Ya dikasih tahu Mas. Tapi cuma sebatas ngisi KRS online lewat web ini. Udah.”

 

Welalalaa....

 

 

Ya memang sih. Aku akui merancang sistem informasi akademik yang user-friendly itu adalah hal yang cukup rumit. Apalagi kalau menginginkan seluruh mahasiswa bisa lancar menggunakannya TANPA PERLU menyimak panduan penggunaan.

 

Eh, apa mungkin inginnya semudah update status di Facebook atau Twitter ya? #senyum.lebar

 

Saat Mau Masuk ke Dalam Kampus...

“Mas, nunggu di mana enaknya ya? Aku mau ngurus wisuda di gedung pusat.”, tanya Heru begitu sepeda motor yang kami tunggangi mulai mendekati kampus UIN SUSKA

“Aku kalau ikut masuk ya nggak apa-apa sih Ru. Kalau perlu pakai pakaian berkerah aku ya bawa kok.”

 

Nah ini! Sudah menjadi kebiasaanku kalau blusukan lumayan jauh dan agak lama, wajib hukumnya menyiapkan pakaian berkerah. Minimal ya kaos polo berkerah gitu. Ya, sebetulnya buat pantes-pantes saja sih. Seumpama ada kejadian harus nimbrung di event yang mensyaratkan pakaian semi formal kan enak. Paling nggak ya buat dipakai salat di masjid lah. #senyum.lebar

 

 

“Hmmm, apa Mas mau keliling motret-motret sekitar kampus ya nggak apa-apa sih Mas. Banyak tempat-tempat menarik buat foto-foto kok Mas.”

Wooo... tawaran yang menarik itu! Jadinya aku jawab saja, “Yo wis, gampanglah Ru. Kamu ngurus wisudamu dulu aja. Aku nanti tak keliaran sendiri. Paling ntar aku nunggu di masjid. Kontak-kontakan sajalah nanti.”

 

Dengan demikian, kesepakatan antara dua blogger lintas pulau pun terjalin. Sepeda motor perlahan mulai memasuki kawasan kampus UIN SUSKA. Perlahan pula hatiku mulai dirundung kecemasan. Duh, duh, duh....

 


Halte bus yang sekelilingnya begini kayak di negeri antah berantah aja. #hehehe

 


Ada asrama mahasiswa juga. Tapi, katanya Heru sebagian besar mahasiswa lebih milih ngontrak rumah rame-rame.

 

Lha gimana aku nggak cemas? Gimana nanti kalau ada pemeriksaan oleh petugas SKK (Satuan Kemanan Kampus) di gerbang masuk? Bisa-bisa, aku dan Heru kena cegat ini.

 

Yaaa... berkaca dari penampilanku yang kusam, dekil, kaos oblong-an (ada tulisan UGM-nya pula #hehehe), sepatu sendalan, bawa ransel gede, plus nggak pakai helm, kan ya nggak mungkin toh orang percaya kalau aku mengaku-ngaku sebagai mahasiswa? Apalagi mengaku-ngaku sebagai mahasiswa UIN SUSKA. #hehehe

 

 

Sedangkan Heru? Ehmmm. Dari foto yang terpajang di atas itu, sudah jelas ya seorang Heru Arya ini mencerminkan sosok pemuda bermasa depan cerah yang bakal membawa perubahan positif bagi nusa dan bangsa. #senyum.lebar

 

Apalagi pas Heru bilang,

“Aku kalau ngampus biasanya pakai baju muslim Mas.”

 

Ya Allah! Subhanallah sekali seorang Heru Arya ini!! Sangat luar binasa! Benar-benar mencerminkan pribadi seorang mahasiswa UIN yang berakhlak mulia dan berilmu tinggi! #senyum.lebar

 

Jadi, tunggu apalagi! Wahai kalian para gadis dan janda di luar sana, cepat antri formulir untuk jadi pendamping hidupnya Heru Arya!!! #senyum.lebar #eh #promosi #biro.jodoh

 

Saat Parkir di Depan Gedung Itu...

Kecemasanku seketika sirna begitu tahu di gerbang masuk ternyata nggak ada satu pun petugas SKK yang berjaga. Alhasil, aku sukses dengan selamat menyusup masuk ke kampus UIN SUSKA, gyahahaha. #senyum.lebar

 

Kalau dibandingkan dengan kampus UIN SUKA, pasti selalu ada petugas SKK yang berjaga di gerbang masuk. Beberapa kali sering ada razia kendaraan juga. Dulu, aku sering merasa nggak enak sewaktu masuk ke area kampus beralas kaki sandal jepit. Pasti dilihatin sama petugas SKK yang berjaga, wekekeke. #senyum.lebar

 


Nggak di UIN Jogja, nggak di UIN Riau, parkiran sepeda motor penuh sesak.

 

Heru pun memarkirkan sepeda motor di parkiran luar dekat gedung pusat. Di sana aku lihat ada banyak sepeda motor yang terparkir. Sepertinya, di siang hari ini banyak juga mahasiswa yang mau ngurus wisuda.

 

Eh, sepertinya pula, aku merasa kalau Gusti Allah SWT di siang hari ini sedang mengajak aku guyon. Gimana nggak? Heru memarkir sepeda motornya persis di depan bangunan ini!

 


Jauh-jauh aku keluyuran sampai ke Pekanbaru kok ya nyasarnya ke sini juga sih!? #hehehe

 

WEH!? Gedung PTIPD!

Ada lantai 3 nya pula!

Apa di dalam sana juga ada... eh?... nevermind lah... #hehehe

 

Kalau begini ceritanya, kan aku jadi teringat sama obrolan perkara Sistem Informasi Akademik di sepanjang jalan menuju ke sini tadi. Eh, Pembaca sudah tahu belum Sistem Informasi Akademik itu seperti apa?

 

 

Sistem Informasi Akademik...

Sistem Informasi Akademik itu adalah suatu sistem yang dirancang untuk mengelola data-data akademik. Lewat Sistem Informasi Akademik, mahasiswa bisa memperoleh informasi dan juga melakukan transaksi terkait kegiatan akademiknya. Misalnya melihat jadwal kuliah, mengisi KRS, bimbingan tugas akhir, mengurus yudisium, dsb.

 

Nggak hanya mahasiswa, para dosen dan juga petugas administrasi pun bisa menggunakan Sistem Informasi Akademik ini. Misalnya untuk meng-input nilai ujian atau membuat jadwal kuliah. Singkat kata, ini sistem yang menunjang kegiatan akademik.

 

Kerennya, di zaman yang teknologinya sudah maju ini, Sistem Informasi Akademik dapat diakses secara online, kapan pun dan di mana pun dengan syarat: listrik nyala, server nggak down, dan aplikasinya nggak lagi diutak-atik sama programmer-nya. #eh #hehehe

 

 

“Ru, pas masa pengisian KRS, Sistem Informasi Akademik-nya jadi lambat gitu nggak? Terus, mahasiswa pada protes nggak?”

“Lambat iya, tapi nggak pernah sampai demo sih Mas. Kalau banyak yang akses server-nya down Mas. Awal tahun 2011 sempat banyak mahasiswa yang protes ke jurusan. Setelah kejadian itu dibuat jadwal pengisian KRS setiap fakultas selama 1 minggu.”

 

Wew! Mahasiswa UIN SUSKA beda sama mahasiswa UIN SUKA yang hobinya protes plus demo, wekekeke #senyum.lebar.

 

Tapi, penjadwalan pengisian KRS supaya server nggak down itu juga trik yang dipakai sama UIN SUKA sih. Meski mahasiswa nggak demo, tetap masih banyak saja yang protes kalau server-nya lambat. Pikirmu server-nya UIN itu secanggih server-nya Google apa? #hehehe

 


SIA UIN SUKA di halaman yang menampilkan jadwal kuliah mahasiswa.
Eh, halaman ini bikinnya lebih gampang daripada halaman Pengisian KRS. #hehehe

 

“Sistem Informasi Akademik di UIN SUSKA itu bikinan sendiri dari PTIPD atau dari luar Ru?”

“Bikinan sendiri Mas. Sistem Informasi Akademik di UIN SUSKA ada dua versi. Yang versi lama namanya SIMAK dan yang versi baru namanya iRaise. Yang dulu bikin SIMAK itu dosen dan yang sekarang dosen sama mahasiswa. Kalau menurutku, SIMAK itu jauh lebih baik karena support semua perangkat. Secara tampilan lebih bagus iRaise, tapi untuk fungsionalitasnya lebih bagus SIMAK.”

 

Ternyata, Sistem Informasi Akademik UIN SUSKA lumayan mirip dengan UIN SUKA karena dikembangkan oleh tim khusus. Biasanya personilnya para mahasiswa atau ex-mahasiswa yang baru lulus dan dipimpin oleh dosen yang merangkap sebagai “orang dalam”. #hehehe

 


Berhubung nggak punya akses masuk iRaise, jadi yang dipajang halaman login-nya aja. #senyum.lebar

 

 

“Lha terus PTIPD kerjaannya ngapain Ru? Kalau ada masalah sama Sistem Informasi Akademik pada laporan ke PTIPD nggak? Ada customer support-nya gitu?” #curiga

“Nggak Mas. Kalau Sistem Informasi Akademik-nya masalah ya komplainnya ke jurusan. Harusnya ada bagian tersendiri, supaya mahasiswa nggak menganggu kegiatan Ketua Prodi atau bagian jurusan.”

 

Weeelha!? Jadi makin penasaran kan aku sama kerjaannya orang-orang PTIPD di UIN SUSKA ini. Semoga ya kerjannya mereka ya betulan ya. #hehehe

 

Saat Keliling Muter Danau...

Waduh! Tuh, kan gara-gara ditinggal Heru sendirian di depan gedung PTIPD ceritaku jadi ngelantur ke mana-mana. Gyahahaha. #senyum.lebar

 

Dari parkiran depan gedung PTIPD aku jalan kaki menuju masjid. Dari kejauhan sudah kelihatan kok masjidnya. Paling ya jaraknya hanya seratusan meter. Untuk menuju ke masjid, aku melewati jalan yang mengitari danau di tengah kampus.

 


Cakep juga kan danaunya sebagai obyek foto? #senyum.lebar

 

Pas aku sedang jalan kaki itu, tiba-tiba aku dikagetkan sama suara di belakangku.

 

“Mas! Mas!”

 

Awalnya aku kira itu suaranya petugas SKK yang mencurigai penampilanku yang mencurigakan #hehehe. Tapi ternyata, itu si HERU!

 

Lha, ngapain ini cowok cepet banget ngurus wisudanya?

 

“Toganya kosong Mas. Jadi belum bisa ngepas toga hari ini.”

 

Welalala...

 

 

 


Parkiran perpustakaan kok ya sempit ya?

 


Yang ini Gedung Perpustakaan Pusat dengan pantulan bayangannya. #senyum.lebar

 

Akhirnya, Heru gantian menemani aku mengelilingi danau yang ada di tengah kampus UIN SUSKA ini. Eh, katanya Heru itu semacam danau buatan. Belum ada nama resminya. Awalnya hanya genangan air kecil kemudian diperluas.

 

Danau ini dikelilingi oleh berbagai macam bangunan. Bangunan pertama yang kami jumpai adalah gedung perpustakaan. Aku perhatikan di halamannya banyak juga sepeda motor yang terparkir.

 

“Ini gedung perpustakaan, mahasiswa sering numpang ngenet (nge-internet #hehehe) di sini ya Ru?”

“Nggak juga Mas.”

 

“Lha, mahasiswa dapat fasilitas internet dari kampus nggak Ru?”

“Kalau mau ngenet di kampus mesti bayar Mas. Satu semester bayarnya Rp50.000. Tapi, kemarin-kemarin ini internetnya nggak bisa diakses. Kayaknya router-nya nggak kuat kalau user yang ngakses banyak. Sudah beberapa kali ini rusak.”

 

“Lha, mahasiswa pada protes nggak sudah bayar tapi malah nggak bisa ngenet?”

“Nggak tuh Mas. Mungkin karena buat mahasiswa, uang Rp50.000 itu murah kali ya?”

 

WAOW! Menarik sekali kepribadian mahasiswa UIN SUSKA ini! Kalau masalah internet yang nggak bisa diakses ini terjadi di UIN SUKA, sudah jelas bakal mengundang aksi demonstrasi di depan gedung PTIPD yang rawan berujung ke tindakan vandalisme seperti melempar kursi, memecahkan kaca, mencorat-coret tembok, sampai bakar-bakar ban. #hehehe #pengalaman

 

Kalau menurutku sih, perkara fasilitas internet lebih enak di UIN SUKA. Fasilitas akses internet disediakan GRATIS (asal bayar SPP #hehehe). Meskipun ya ada saja mahasiswa yang protes karena bandwith-nya dibatasi (kalau mau streaming-an atau nge-torrent ke warnet saja woy! #hehehe).

 


Ini beneran yang disebut sebagai masjid kampus?

 


Walaupun belum jadi, pantulan bangunan masjid di danau cantik juga kan?

 

“Nah, ini masjid kampusnya Mas. Kita di sini nyebutnya Masjid InsyaAllah.”, kata Heru ketika kami mendekati bangunan masjid yang baru setengah jadi

 

Hah!? Masjid InsyaAllah? Opo meneh iki?

 

“Beneran namanya Masjid InsyaAllah Ru?”

“Ya nggak sih Mas. Cuma karena dari awal aku kuliah sampai sekarang belum jadi-jadi, makanya disebutnya kayak gitu.”

 

Ya Allah! Kasihan banget si Heru dari awal kuliah sampai lulus belum pernah melihat masjid kampusnya berdiri megah....

 


Haduh, masjid yang belum jadi sama rumah tua angker yang terbengkalai nggak ada bedanya....

 


Semoga tahun-tahun depan pas kamu ke sini lagi masjid kampusnya sudah selesai ya Ru!

 

Padahal, kalau dilihat-lihat, bangunan masjid kampusnya ya nggak megah-megah banget. Tapi, kenapa sampai sekarang belum jadi-jadi juga ya? Masak sih nggak ada dana? Tiap tahun saat penerimaan mahasiswa baru kan ya pasti ada kuncuran dana toh? Apa malah dananya “lari” ke pos yang lain? Kok ya mahasiswa pada nggak protes sih?

 

AAARGH! Bener-bener deh! Ini kalau kejadiannya di UIN SUKA sudah bisa bikin mahasiswa demonstrasi bakar ban di pertigaan Jl. Adisucipto depan kampus. #hehehe

 

Saat Heru Cerita Masa Lalunya...

“Mas, di gedung perpustakaan itu ada yang menarik lho!”

 

Ucapan Heru barusan jelas mengundang rasa penasaranku yang sedari tadi asyik motret-motret bangunan UIN SUSKA dari pinggir danau.

 

“Menarik apaan Ru?”

“Itu lokernya Mas. Jadi ada loker yang kalau orang naruh barang di sana pasti hilang. Tapi, seminggu kemudian, pasti barangnya balik lagi.”

“Hah? Yang bener? Ada orang iseng kali? Diambil maling gitu?”, aku mencoba berpikir positif #hehehe

“Hahaha, ya nggak mungkin Mas. Kan lokernya dikunci.”  

 

“Lha, terus yang ngambil siapa dong?”

“Ya, siapa lagi Mas?”

“Hehehe, masak yang ngambil dhemit?”, akhirnya aku mengucapkan magic word itu! #senyum.lebar

“Loh? Memangnya Mas kira di Pekanbaru nggak ada yang kayak gituan?”

 

MAK JLEGER! Bagai petir di siang bolong! Ternyata kampus UIN SUSKA BERHANTU! #horor #mistis

 

Tapi kayaknya, setiap kampus itu ya punya cerita-cerita hantu sih. Kurang sip rasanya kalau para "penunggu" kampus nggak pernah show off. #senyum.lebar

 


Dan mungkin setiap gerik-gerik mahasiswa di kampus UIN SUSKA itu ada yang mengawasi... hiii...

 

Heru pun melanjutnya ceritanya, “Nggak cuma itu aja Mas. Pas aku kuliah dulu juga pernah ngalamin hal-hal aneh.”

“Weeeh!? Beneran!?”

“Iya, jadi waktu itu malam-malam pas aku masih nge-lab di Gedung Al-Maidah, aku sering dengar ada suara kayak orang jalan. Tapi pas dicek ya nggak ada orangnya.”

 

Wooooh! Kok mendadak aku jadi inget pintu ruang playground di lantai 3 gedung PTIPD UIN SUKA yang sering membuka sendiri di malam hari ya? Dan juga ruangan studio di lantai 2 yang hawanya aneh itu. Beh! Ternyata walaupun kampus UIN ya tetap saja ada dhemit-nya. #hehehe  

 


Ternyata blogger ini menyimpan banyak cerita masa lalu dengan dunia gaib.

 

Tapi, dari semua cerita horor seputar kampus, yang paling bikin aku nggak menyangka-nyangka adalah bagian cerita Heru yang ini.

 

“Dulu pas masih kecil aku pernah bisa ngelihat Mas.”

“Ngelihat?”

“Iya, ngelihat mereka. Jadi dulu aku pernah sakit panas parah Mas, terus setelah sembuh aku jadi bisa ngelihat.”

“Lha, sekarang gimana Ru?”

“Sekarang udah nggak Mas. Udah dihilangin. Tapi kalau sekadar merasakan hawa yang nggak enak ya masih bisa.”

“Kok dihilangin Ru?”

“Akunya nggak tahan Mas! Setiap ke mana-mana selalu ada yang ngelihatin! Pas lagi duduk. Pas makan. Pas tidur. Jadi, aku minta buat dihilangin saja.”

 

Heru seakan memberi jeda sebelum melanjutkan kisahnya.

 

“Setelah dihilangin itu, aku jadi nggak bisa mimpi lagi Mas.”

“Hah!? Nggak bisa mimpi? Jadi, sekarang ini kalau kamu tidur kamu nggak mimpi gitu Ru?”

“Iya Mas, nggak ada mimpinya. Aku tidur, terus tahu-tahu bangun gitu saja. Nggak pakai mimpi.”

 

 

Aneh! Ini bener-bener aneh! Aku baru tahu ada kejadian seperti yang dialami Heru ini. Aku pikir, kemampuan bisa “melihat” itu adalah “hadiah” dari Gusti Allah SWT yang hanya diberikan pada orang-orang terpilih. Tapi ternyata, ada yang tidak sanggup menerima “hadiah” tersebut dan ketika dihilangkan, dia juga kehilangan sesuatu yang lain….

 

Seperti pedang bermata dua....

Seperti buah simalakama....

 

Semoga kamu senantiasa dalam lindungan Gusti Allah SWT ya Ru! Aamiin....

 

Saat Keliling Kampus Usai...

Nggak terasa jalan-jalan kami di kampus UIN SUSKA akhirnya sampai ke titik akhir yaitu halaman depan gedung pusat. Seperti biasa, di halaman depan gedung pusat ini ada lapangan yang ada tiang benderanya. Pas waktu kami lewat sana juga ada sejumlah bapak-bapak yang sedang menerbangkan drone. Sepertinya mau membuat dokumentasi.

 


Ini kantornya rektor. Nggak berani masuk soalnya banyak petugas SKK-nya. #senyum.lebar

 


Katanya Heru, upacara penyambutan mahasiswa baru nggak di sini.

 


Perahu tradisional Melayu ini aku kira jadi lambangnya UIN SUSKA, eh ternyata bukan.

 

Kami nggak berlama-lama di sekitaran gedung pusat dan menuju ke arah “selokan” yang membentang panjang menuju gerbang masuk utama kampus. Katanya Heru, air “selokan” ini bukan air sungai, hanya genangan air, dan nggak pernah meluap di musim hujan sekalipun.

 

Maklum ya, kampus UIN SUSKA di Panam ini kan terletak di wilayah rawa-rawa gambut. Jadinya ada genangan air adalah hal yang umum. Tapi apa karena itu wilayah ini jadi sulit tumbuh pohon ya? Kalau kampus banyak pohon rindangnya kan enak. #senyum.lebar

 


Mirip-mirip sama pemandangan di Selokan Mataram pas airnya sedang agak surut.

 

Usai berfoto di depan plakat nama UIN SUSKA, kami pun balik ke tempat parkiran motor (yes! ke depan gedung PTIPD lagi! #senyum.lebar). Sepanjang jalan aku lihat kampus UIN SUSKA ini sepertinya belum sepenuhnya selesai dibangun. Waktu itu aku lihat ada proyek gorong-gorong yang membuat jalan di sekitarnya rusak dan berdebu.

 

“Wah, waktu dulu pertama kali aku kuliah di sini jalannya rusaknya lebih parah lagi Mas.”, Heru menambahkan

 


Kira-kira kapan ini selesainya proyek pembangunan kampus?

 

Sekadar info, UIN SUSKA ini punya 2 kampus di Pekanbaru. Kampus di Panam ini adalah kampus yang baru sekaligus yang terbesar. Meski demikian, kampus yang lama masih tetap difungsikan karena setiap mahasiswa baru akan kuliah 3 semester di kampus lama untuk belajar Bahasa Inggris dan Bahasa Arab.

 

Walaupun ada pelajaran Bahasa Inggris dan Bahasa Arab, katanya Heru, di UIN SUSKA nggak memberlakukan sertifikat TOEC atau IKLA sebagai syarat wisuda. Apalagi sertifikat ICT. Beda lah sama di UIN SUKA yang peraturannya lebih ketat.

 

 

“Jadi Ru, kamu senang nggak hidup di Pekanbaru?”

 

Itu pertanyaan yang aku lontarkan ketika sepeda motor yang kami tunggangi mulai menjauh dari kampus UIN SUSKA. Heru terdiam sebentar sebelum pada akhirnya menjawab,

 

“Aku lebih senang di Bengkalis sih Mas.”

“Kenapa? Sebut alasannya! Pertama... ”, tanyaku penasaran

“Pertama... nggg... di Pekanbaru panas Mas. Di Bengkalis lebih sejuk.”

“Hmmm, oke. Yang kedua...”

“Di Pekanbaru orangnya lebih tertutup Mas. Nggak seperti di Bengkalis. Misalnya ya tetangga sebelah rumah jarang ada yang akrab.”

 

 

Ah, Heru nyebut-nyebut Bengkalis terus, kan aku jadi penasaran sama Bengkalis toh Ru? #senyum.lebar

 

Semoga saja di masa-masa mendatang aku bisa singgah di Bengkalis. Soalnya aku ya penasaran juga sama cerita Heru tentang kotak styrofoam berisi paket handphone yang dibiarkan mengapung di laut. Kayaknya seru itu kalau “diselamatkan”. #senyum.lebar

 

Demikianlah keluyuran singkat kurang dari 8 jam di Pekanbaru. Semoga dengan segala informasi yang aku peroleh ini, kelakuanku ini nggak lagi dianggap sebagai tingkah yang kurang kerjaan, wekekeke. #senyum.lebar

 

Pembaca pernah juga keluyuran di Pekanbaru?

NIMBRUNG DI SINI