Akhir November 2014 kemarin ada yang spesial dari acara blusukanku selama ini, yaitu blusukan (pakai duit negara) ke markas komando teknologi informasi di dua perguruan tinggi di Surabaya yakni ITS dan Unair. Sangar ya? Hehehe.
CATATAN
Oh iya, Pembaca paham toh kepanjangannya Unair itu Universitas Airlangga? Tapi kalau ITS itu kepanjangannya BUKAN Institut Teknologi Surabaya lho! Melainkan Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Ingat! Nopember ditulis pakai “p” bukan “v”! Asal-muasalnya, baca aja di Wikipedia ini. Oke? Sip!
Sebagai penyusup yang lama bersarang di gedung PTIPD UIN Sunan Kalijaga, ndilalah aku dapet kesempatan untuk nimbrung di acara visitasi (merangkap plesiran ) yang konon rutin diadakan setahun sekali sebagai benchmark pencapaian selama setahun ini. Nah, dengan dipimpin oleh Pak Agung sebagai kepala suku PTIPD, singkat kata berangkatlah rombongan 5 wanita + 12 pria dengan naik bus menuju Surabaya di hari Kamis malam (27/11/2014).
Zaman dulu melihat sistem informasi akademik mahasiswa ya pakai mesin jadul kayak gini.
Kalau sekarang kan bisa lewat internet dan bahkan bisa dibuka pakai smartphone.
Sekadar intermezo satu paragraf. Aku itu sehari-hari berkutat dengan dunia sistem informasi akademik. Kalau sekiranya Pembaca pernah atau sedang mengalami masa-masa kuliah, pasti tahu dong yang namanya ngisi KRS, lihat jadwal kuliah/ujian, lihat nilai, dsb. Nah, pada zaman internet ini, semua itu wajib dikerjakan secara digital, alias bisa diakses pakai komputer dan juga smartphone. Nah kerjaanku itu ya ngurusin yang kayak begituan itu.
Kunjungan Pagi ke Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Balik lagi ke cerita jalan-jalanku, kami tiba dengan selamat di Surabaya pada hari Jum’at pagi (28/11/2014) dan langsung menjajah kamar mandi Masjid Kampus ITS, Sukolilo untuk bersalin rupa jadi lebih perlente. Tuntas memperbaiki penampilan kami pun langsung melangkah masuk menuju gedung Lembaga Pengembangan Teknologi Sistem Informasi (LPTSI).
Pagi hari di Masjid Kampus ITS.
Kesan pertama begitu memasuki gedung LPTSI adalah suasana ruangan yang WOW banget! Suasananya asik dinamis khas anak muda di era digital. Nggak kaku seperti bayangan kantor pemerintahan pada umumnya. Selidik punya selidik, ternyata desain interior gedung LPTSI ini adalah hibah dari PT Telkom. Maklum, mereka kan peringkat ke-2 TESCA tahun 2014.
Walaupun katanya ini tempat yang serba “darurat”, tapi asyik aja punya tempat di mana orang-orang bisa bebas ngobrolin TI sambil leyeh-leyeh. (#ngiri) Semoga besok UIN Sunan Kalijaga naik peringkat TESCA dan terus dibikinin kayak gini juga sama PT Telkom (dan kalau bisa lebih luas, hahaha). Aamiin.
Ruang yang wow banget, hibah dari PT Telkom.
Di LPTSI kami disambut sama Pak Arief selaku Koordinator Pusat Pengelolaan dan Pelayanan TIK. Selang beberapa saat, datanglah Pak Effendi selaku Kepala LPTSI. Kalau dari paparan mereka tampak jelas LPTSI ini sudah well-organized. Produk sistem informasi akademik yang jadi andalan mereka adalah Integra yang screenshot-nya seperti di bawah ini.
Tampilan sistem informasi akademiknya ITS.
Eh iya, Pembaca merasa asing nggak dengan desain Integra di atas? Kayak pernah lihat di mana gitu? Hmmm? Asal Pembaca tahu, desainnya Integra itu aku tiru sebagai desain halaman index blog Maw Mblusuk? ini, hehehe. Jadi, aku ucapkan terima kasih buat ITS yang sudah memberi inspirasi untuk blog ini, hahaha. #programmermaling
Dengan jumlah mahasiswa aktif sekitar 17.000 mahasiswa, LPTSI berupaya untuk tetap memberikan pelayanan TI yang terbaik bagi civitas akademikanya. Penghematan anggaran dilakukan dengan membatasi kuota bandwidth internet. Perlu Pembaca tahu, anggaran bandwitdh internet untuk suatu perguruan tinggi bisa mencapai miliaran rupiah per tahun. Selain itu LPTSI juga kerap mengalami pemadaman listrik bergilir tiap akhir pekan.
Kunjungan Siang ke Universitas Airlangga
Selepas menunaikan salat Jum’at di masjid kampus ITS, kami berpaling ke Unair. Letak ITS dan Unair kan berdekatan, jadinya nggak makan waktu lama buat ke sana. Di Unair kami menyambangi Direktorat Sistem Informasi (DSI) yang dipimpin oleh Pak Soegianto. Sambil dijamu dengan sekotak nasi Padang kami pun mendengarkan cerita beliau yang terbilang “seru”.
Di dalam ruang DSI Unair.
Sebagai universitas swasta yang paling awal berdiri di Indonesia, Unair menghadapi tantangan yang cukup berat untuk mengimplementasikan TI untuk sekitar 32.000 mahasiswa aktif. Mereka baru saja melakukan migrasi ke sistem baru yang bernama Cyber Campus. Proyek ini dikebut dalam waktu 6 bulan dengan melibatkan sejumlah mahasiswanya yang dikarantina khusus untuk menggarapnya.
Banyak duka yang mengawali migrasi sistem tersebut. Sempat tiga kali diberitakan di koran lokal dan menjatuhkan mental para developer-nya. Akan tetapi hasil kerja keras mereka saat ini telah berbuah ranum hingga mengantarkan mereka menempati peringkat ke-4 TESCA 2014. Unair juga me-rebranding semangat mereka dengan maskot baru yang bernama Saga (Satria Airlangga).
Universitas swasta kayaknya bisa bebas bikin maskot unyu kayak gini ya?
Perguruan tinggi negeri yang punya maskot unyu.
Catatan: Trims buat mas Totok dan mbak Feny buat koreksinya.
Oleh karena kurang puas dengan cerita “seru”-nya Pak Soegianto, usai salat Ashar di masjid Fakultas Sains dan Teknologi, aku berinisiatif menginterograsi mahasiswi mahasiswa tak berdosa yang kebetulan ada di sampingku. Sebut saja namanya Deddy dari angkatan 2013. Dari penuturannya, Cyber Campus sudah bisa diandalkan dari segi informasi akademik. Yang dirasa kurang hanya kecepatan internet yang agak lambat untuk streaming video.
Oleh-Oleh dari Dua Perguruan Tinggi di Surabaya
Dari kunjungan singkat ke dua markas teknologi informasi perguruan tinggi di Surabaya itu, aku merangkum beberapa catatan berikut yang mungkin sekiranya menarik bagi Pembaca sekalian.
- Salah satu penghematan di bidang TI adalah dengan membatasi kuota bandwitdh. Maklum, biayanya bisa mencapai milyaran rupiah.
- Penerapan sistem TI butuh komitmen yang kuat dari pimpinan. Mulai dari level rektor sampai kepala sub bagian. Karena kalau ada satu yang nolak, sistem nggak bisa terintegrasi sepenuhnya.
- Awal-awal pengembangan sistem TI pasti “berdarah-darah”. Yang lumayan menyita waktu adalah cleansing data lama jadi data baru.
Pembaca mudeng nggak dengan hasil blusukanku ini? Eh, kalau misal kita kerja di rumpun yang sama (#halah) nimbrung lah sebentar di kotak komentar. OK?
NIMBRUNG DI SINI
Etapi sekarang kan saya masih di Jogja :3
Btw kuwi ITS kampuskuuu... Awakmu mampir Jurusan Statistika gak? Saiki kampusku sempit soale kakehan bangunan.. HAHAHA.
Kok dolan sby gak mampir nganjuk sih? Khan awakmu biasane ngluyur dewe koyok pas ndik Dieng wingi ngluyur dewe ning air terjun hahahah
Perguruan Tinggi Negeri) gak sih, kayaknya sih iya, tapi gak tau juga, soalnya dulu gak
milih Unair, meskipun sempat kepengen, hehe
jaman mau liat nilai ngantrinya ampun.
jadi kengan kampus ITS :(
diskusi apalagi ada debatnya biar WOW! kalau ada yang mau join silakan kontak saja
hehehe...
Walaupun kerja di rumpun yg berbeda, tapi aku cukup mudeng, Mas :p