Maw Mblusuk?

HALO PEMBACA!

Selamat nyasar di blog Maw Mblusuk? !

Di blog ini Pembaca bisa menemukan lokasi-lokasi unik seputar aktivitas blusukan-ku ke sana-sini. Eh, kalau ada kritik, saran, atau pesan bilang-bilang aku yah! Nuwun!

Cari Artikel

LANGGANAN YUK!

Dengan berlangganan, Anda akan senantiasa mendapatkan update artikel terbaru blog ini.


Bisa berlangganan melalui e-mail.

oleh FeedBurner

Atau melalui RSS Feed berikut.
feeds.feedburner.com/mblusuk
Selasa, 25 Maret 2014, 07:20 WIB

Di suatu pagi yang cerah, seminggu setelah erupsi Gunung Kelud, aku menyempatkan diri untuk bersepeda sekadar mencari sarapan soto yang murah dan meriah. Rutenya tidak terlampau jauh dan aneh-aneh, hanya berkutat sepanjang Selokan Mataram di sekitar wilayah Kota Jogja yang mepet sama kabupaten Sleman.

 

Hasil Observasi Penelitian Sampah di Sepanjang Selokan Mataram Yogyakarta
Nyaman untuk bersepeda pagi, asalkan nggak ketemu sampah.

 

Setelah melintasi perempatan selokan di kawasan Babarsari, hiruk pikuk manusia yang sebelumnya aku jumpai di sepanjang selokan mulai mereda. Pemandangan berganti dengan gunungan sampah yang lazim dijumpai di beberapa titik sepanjang Selokan Mataram.

 

Hasil Observasi Penelitian Sampah di Sepanjang Selokan Mataram Yogyakarta
Truk pengangkut sampah apa mengambil sampah di sini? Jangan-jangan hanya pemulung saja.

 

Tumpukan sampah ini sepertinya sudah menjadi hal yang lumrah dijumpai di mana-mana. Aku semakin yakin bahwa hal seperti ini disebabkan oleh kurangnya tempat pembuangan sampah akhir di dekat pemukiman warga. Oke lah, hampir setiap rumah sudah memiliki tempat sampah, yang mana sampah-sampahnya dimasukkan ke dalam kantong plastik. Nah, setelah itu mau disingkirkan ke mana? Itu pertanyaannya.

 

Hasil Observasi Penelitian Sampah di Sepanjang Selokan Mataram Yogyakarta
Banyak ancaman yang terasa sebagai gertak sambal saja.

 

Terkadang aku bingung juga. Indonesia ini kayaknya sudah punya banyak sarjana dengan ilmu dan gelar yang tinggi-tinggi. Tapi kok ya ngurus masalah sampah saja tidak bisa? Mungkin banyak yang beralasan urusan sampah ini bukan masalah ilmu, tapi hanya masalah "kebijakan". Sengaja aku beri tanda petik dua karena ujung-ujungnya bakal berakhir di masalah klasik... uang.

 

Hasil Observasi Penelitian Sampah di Sepanjang Selokan Mataram Yogyakarta
Nominal denda yang mencapai jutaan rupiah jangan-jangan wujud lain dari "kebijakan" yang aku sebut di atas.

 

Ah, cukup! Pagi ini aku nggak mau pusing memikirkan masalah sampah dan kebijakan pemerintah. Aku cuma mau cari sarapan soto. Soto yang biasa dan bukan soto sampah.
catatan: Soto sampah itu benar-benar ada dan warungnya hanya buka di malam hari.

 

Hasil Observasi Penelitian Sampah di Sepanjang Selokan Mataram Yogyakarta
Kamu bisa menghindar, menjauh dari sampah, tapi jangan lupa kalau sampah masih bersembunyi.

 

Mungkin sudah saatnya aku memutar balik sepeda dan pindah rute menjauh dari Selokan Mataram. Semoga kali ini aku tidak kembali ketemu tumpukan sampah di pinggir jalan dan mendadak mikir yang aneh-aneh.


NIMBRUNG DI SINI

UPS! Anda harus mengaktifkan Javascript untuk bisa mengirim komentar!
  • SALIKUN
    avatar komentator ke-0
    SALIKUN #Selasa, 10 Jun 2014, 22:19 WIB
    sy coment caramengtasinya ya ! buka teknologitpa.blogspot.com
    hohoho makasih infonya Pak :D
  • SHINTA
    avatar komentator ke-1
    SHINTA #Rabu, 2 Apr 2014, 14:37 WIB
    Saya punya kota bagus yang bisa dijadikan role model masalah sampah. Balikpapan yang memenangkan adipura selalu ketat pengawasannya dari pemerintah tentang sampah ini. Diatas jam 7 pagi sampai jam 5 sore dilarang buang sampah. Banyak satpol PP yang berjaga di TPS tiap harinya. Ini efektif banget karena benar-benar ditangkap dan didenda 50rb. Jumlahnya ngga banyak tapi mending buat beli soto duitnya :-P
    Wuih, denda 50 ribu? TPS dijaga sama Satpol PP? Wueh... bener-bener niat \"mengamankan\" sampah ya? >.< Boleh juga ini usaha pemkot Balikpapan.
  • ANDIKA HERMAWAN
    avatar komentator ke-2
    ANDIKA HERMAWAN #Jumat, 28 Mar 2014, 15:21 WIB
    kok tumben blusukanmu ke tempat seperti ini mas :|
    Lha pikirmu aku mesti blusukan ke mana e? >.<
  • ROELLAH
    avatar komentator ke-3
    ROELLAH #Jumat, 28 Mar 2014, 13:55 WIB
    Sampah dimana-mana, :-(
    hidup jadi terasa bagai sampah, hahaha :D
  • JOE ISMAIL
    avatar komentator ke-4
    JOE ISMAIL #Kamis, 27 Mar 2014, 20:41 WIB
    kita yang membuang sampah di selokan nanti kita sendiri yang akan menuai banjirnya
    biar nggak kebanjiran, saatnya mengungsi :|
  • RICHOKU
    avatar komentator ke-5
    RICHOKU #Kamis, 27 Mar 2014, 10:34 WIB
    Kurang desediakan lahan untuk TPA sampahnya, mas. penumpukannya berada di titik
    tertentu saja. memang susah sekalipun banyak himbauan dan tulisan berupa larangan
    membuang sampang. terkadang masih saja ada yang membuang sampah sembarangan.
    kurangnya kesadaran juga. gak memikirkan dampak buruk terhadap lingkungannya
    sendiri.
    Iya betul, jumlah TPA itu terbatas. Mestinya di setiap kelurahan ada tempat pengumpulan sampah.
  • KOPIAH PUTIH
    avatar komentator ke-6
    KOPIAH PUTIH #Rabu, 26 Mar 2014, 21:55 WIB
    Memang kalau hanya sekedar tulisan sering dianggap remeh oleh orang, yang paling jitu ya, tindak lanjut secara nyata dengan membersihkan bersama, kemudiah memusyawarahkan untuk mengambil keputusan bersama tentang kebersihan.. :)
    Eh, malah ngonsep di blog orang... Hehehe
    Salam..
    nggak apa-apa Mas, saya malah seneng sama komentator kayak sampean. Daripada cuma komen singkat macamnya \"pertamax\", hehehe. Ini jangan-jangan hasil musyawarah warga sekitar kalau buang sampahnya di pinggir selokan ya?
  • FENNY
    avatar komentator ke-7
    FENNY #Rabu, 26 Mar 2014, 19:39 WIB
    jiahh soto lagi,, hahaha
    i love soto!
  • KEKE NAIMA
    avatar komentator ke-8
    KEKE NAIMA #Selasa, 25 Mar 2014, 19:39 WIB
    di daerah saya juga banyak tulisan2 spt itu. Dr mulai himbauan halus sampai yang agak kasar. Tapi, tetep aja yang buang sampah pada cuek :(
    Mereka kayaknya perlu diancam dengan santet Bu supaya nggak berani buang sampah sembarangan lagi