Maw Mblusuk?

HALO PEMBACA!

Selamat nyasar di blog Maw Mblusuk? !

Di blog ini Pembaca bisa menemukan lokasi-lokasi unik seputar aktivitas blusukan-ku ke sana-sini. Eh, kalau ada kritik, saran, atau pesan bilang-bilang aku yah! Nuwun!

Cari Artikel

LANGGANAN YUK!

Dengan berlangganan, Anda akan senantiasa mendapatkan update artikel terbaru blog ini.


Bisa berlangganan melalui e-mail.

oleh FeedBurner

Atau melalui RSS Feed berikut.
feeds.feedburner.com/mblusuk
Rabu, 11 Maret 2009, 07:27 WIB

Pagi hari itu aku sarapan di Soto Pak Gareng. Dekat rumah, timur Stasiun Tugu. Nggak sampai 5 menit, soto datang. Karena sudah laper, langsung dilahap.

 

Suasana ramai, mungkin karena Sabtu. Ada seorang anak kecil, ngamen. Aku sering lihat dia, juga ngamen di angkringan Lik Man. Entah kenapa jadi nggak selera makan.

 

Profesi anak sebagai pengamen di kota Yogyakarta
Profesi anak sebagai pengamen.

Malam sebelumnya, aku nonton Kick Andy. Judulnya, Masa Kecil yang Hilang. Ada banyak anak-anak, semuanya kerja. Mereka nggak sekolah, nggak sempat main. Ada yang jadi tukang sepatu, buruh tani, pembantu, hingga penjaja seks. Ada juga yang hidup berbulan-bulan di laut lepas.

 

Terpikir, salahkah mereka? Karena mencari uang? Yang jelas bukan untuk foya-foya. Membantu orang tua. Paling tidak sekadar menyambung hidup. Bertahan hidup.

 

Anak bukan pejuang di garis depan. Begitu kata pakar anak. Anak nggak boleh mencari uang. Apa anak memang wegah nyari uang? Apa mereka disuruh. Yang jelas uang bagi mereka untuk bertahan hidup.

 

Kalau anak nggak mencari uang, apa ekonomi keluarga bisa aman?
Kalau anak harus sekolah, apa benar-benar nggak bayar?
Kalau anak harus main, apa mereka bakal nggak malas cari uang?

 

Ngomong gampang. Berbuat susah. Daripada ngomong, mending berbuat dulu. Bikin kondisi yang memungkinkan orangtua punya pendapatan yang layak. Jadi anak nggak mesti turun tangan. Anak tentram, orang tua nyaman.

 

Kuah soto tinggal separo, anak itu udah ngeluyur pergi. Sempat kupotret, dia pingin lihat, kukasih lihat, dia ketawa. Dia masih bisa ketawa, di tengah hidupnya yang keras. Beruntungkah aku? Masa kecilku tidak sepertinya? Ah, setiap orang memiliki sisi-sisi hidup yang keras berbeda-beda. Masa kecil mereka, seperti itu.


NIMBRUNG DI SINI

UPS! Anda harus mengaktifkan Javascript untuk bisa mengirim komentar!
  • IRWAN KHOIRUL
    avatar komentator ke-0
    IRWAN KHOIRUL #Sabtu, 23 Mei 2009, 23:06 WIB
    saya sangat suka banget dengan lagu D'masiv
    Dulu saya juga suka Mas, itu membangkitkan kenangan masa lalu, hehehe.
  • NAMA TRAKHIR DI KARTU KLUARGA
    avatar komentator ke-1
    NAMA TRAKHIR DI KARTU KLUARGA #Minggu, 15 Mar 2009, 14:00 WIB
    oh iya kmrn jg aku dingamenin anak2 pas di mobil. ga aku kasih aja biar ga dapet byk, biar brenti ngamen. pdhl kan ga gt jg ya? tp dia liat aku lg makan cookies trus dia pengen, trus dia minta. aduh.. krn nonton kick andy itu aku jd kepikiran. jd kukasih cookies aja. ngasih salah, ga ngasih ngerasa bersalah. pusing klo ktemu anak2 ngamen, rasa2 pengen jitak ibunya
    Eeh, ada anak pengamen yang minta cookiesmu De' Wul? Sebaiknya kamu ngasih cookies, jangan uang, karena mereka blum pernah ngerasain cookies yg kamu makan dan lebih terasa di perut.
  • SAMSUL ARIFIN
    avatar komentator ke-2
    SAMSUL ARIFIN #Sabtu, 14 Mar 2009, 08:30 WIB
    Kau tahu, Wisna? Kau harus banyak2 bersyukur karena tidak mengalami masa kecil seperti mereka.
    Begitu juga denganku.
    So, mari kita banyak2 bersyukur,
    Ya Pin, aku juga bersyukur tidak mengalami masa kecil seperti mereka, tapi kalau diingat-ingat masa kecilku sendiri juga nggak sebaik masa kecil anak-anak kebanyakan.