Kalimat-kata yang terbang-melayang dari mulut seseorang kadang nggak bisa mendarat landai di telinga pendengarnya. Bukan karena ada petir yang menyambar, seperti yang dialami maskapai Air France. Mungkin landasan runway di telinga terlalu pendek atau bergeronjal. Kalau ternyata pendek, belum semua yang diucapkan mendarat, si pendengar sudah langsung mengambil kesimpulan. Atau bergeronjal, ketika mendarat nggak bisa berhenti dengan sempurna, pengertian si pendengar berbeda dengan si pengucap. Kalau sudah begini, landasan perlu diperbaiki atau membangun menara pengawas.
Sama-Sama Saling Ngotot
Kalimat-kata yang terbang-melayang itu dinamakan kritik, yang pada intinya hanya pendapat seseorang mengenai perilaku atau perbuatan orang lain. Ketika terbang itupun ketinggiannya bermacam-macam. Ada yang terbang rendah, tersaji permainya pemandangan daratan, dan terdengar sepoi di telinga pendengar. Tapi ada juga yang terbang tinggi, yang terlihat hanyalah gumpalan awan pekat, dan terdengar sengau di telinga pendengar.
Kritik itu kadang pedas, dan kalau pedas kenapa nggak dikasih air saja biar nggak kepedasan? Mencari air itu yang susah, saat ini sudah musim kemarau, dan kalau musim hujan air dihina karena jadi penyebab banjir.
Oleh sebab itu nggak jarang dua belah pihak jadi adu urat leher. Si pilot, si pengucap, beralasan kalau landasan runway-nya bermasalah. Si bandara, si pendengar, beralasan kalau pilotnya saja yang nggak mahir bermanuver. Tapi si pilot hanya mengemudikan satu kendaraan, sedangkan si bandara harus menampung kendaraan banyak pilot lain. Kalau sudah begini, aku jadi kepingin menyiram air ke pilot dan bandara.
Aturan Main Buat Komentar
Sekali lagi ini BUKAN tentang musibah maskapai Air France. Tapi ini tentang kita, aku, anda, yang merupakan warga Kompleks Blogosphere Indah. aku jadi bandara, karena aku punya blog dan menampung komentar pilot-pilot lain, termasuk anda, yang ingin mendarat. Tapi aku juga pilot, karena aku mendarat juga di bandara (blog) anda dan anda. aku sih kepinginnya mendaratkan komentar dengan mulus dan nggak termasuk daftar yang nggak diperbolehkan mendarat di bandara anda kayak aturan Uni Eropa itu.
Tapi kadang ya itu, ketika aku mendarat sedikit berisik, selaku yang punya bandara anda nggak suka dengan manuver aku yang terlalu lincah. Ributlah kita berdua, walau rumah kita cuma khayalan jagat maya, ributnya bisa berlanjut ke e-mail, ke YM, atau ke kehidupan nyata. Yang tersisa di rumah maya kita cuma rentetan komentar-komentar tak berujung yang membahas hal-hal yang tak berujung pula. Terasa nggak berguna, karena kurang sedap dipandang mata.
Karena itu aturan main dibuat si pemilik bandara dan semoga itu bukan anda wahai pengunjung blogku nan bijak. Cekal setiap pilot yang bandel bermanuver. Kalau anda bandara canggih, bisalah anda mengusir pilot-pilot itu dengan jet tempur sewaan. Tapi bukannya kita ini cuma mau mampir mendarat dan berbagi pendapat dengan anda perihal perbuatan anda?
Kalau kita-kita ini gagal mendarat mulus, ya jangan malah diusir toh hanya komentar kita yang terdengar agak sumbang. Itu juga demi kebaikan kita bersama, buat anda agar landasan runway jadi lebih panjang dan mulus. Juga buat pilot-pilot lain agar bisa mendarat dengan aman dan nyaman di bandara anda. Kalau sudah anda main usir, siapa yang bakal mau bertandang ke bandara anda?
Ini aku katakan terus-terang, tanpa pengandaian dan pengibaratan bahwa aku NGGAK SUKA dengan tindakan pihak RS Omni Internasional Alam Sutera yang menggeret Ibu Prita Mulyasari masuk bui hanya gara-gara melayangkan kritik-pedas lewat milis. Itu baru satu orang dan baru hanya dengan milis. Gimana kalau kita, warga Kompleks Blogosphere Indah ini, yang sering menyuarakan aspirasi kritik-pedas lewat rumah maya kita masing-masing? Ini bukan tentang penghinaan, pencemaran nama baik, atau segala sesuatu berkonotasi negatif lainnya. Ini hanya tentang menyuarakan pendapat kami mengenai sikap anda yang nggak bersahabat. aku kira Ibu Prita juga melakukan hal yang serupa. Keadilan benar-benar menjadi semu toh di kondisi seperti ini?
Aku juga pernah membayangkan bahwa suatu saat aku bakal dicekal, bukan karena mengkritik sih, tapi karena melakukan hal yang "nggak pantas". Bahwa ada pihak-pihak tertentu yang menganggap tindakan aku yang atas nama pelestarian sejarah dan budaya ini merupakan suatu usaha untuk membangkitkan kembali era penyembah berhala di Bumi Nusantara. Tapi selama aku masih bisa berpikir, menulis, dan menekan tuts keyboard, aku akan tetap menyuarakan pendapat dan aspirasiku.
Mari kita sama-sama berkumpul, duduk, mendengarkan pendapat masing-masing dengan hati lapang. Agar jangan sampai diantara kita mengendarai jet tempur tatkala berkunjung ke bandara lain.
NIMBRUNG DI SINI
saya malah gak kepikiran begitu
unik !!
aku dah baca emailnya ibu Prita, tulisannya sangat wajar dan cukup bertanggung jawab dengan mencantumkan indentitasnya...
tampaknya kita semua bisa menilai siapa yg telah \"mencemarkan\" nama baik...
Bukankah ini HAM?
Masa kalau aku tiba2 curhat di blog, trus ada yang merasa tersindir, aku bisa masuk penjara?
Gawat!!
Jadi saya No Comment, cuma nonton aja dulu...
Satu aja yg jadi perhatian saya, akhirnya warga Indonesia mau menerapkan hukum yg sudah dibuat.
Seberapa jeleknya hukum itu, kalo diakui, dihormati dan dilaksanakan dengan benar secara bersama2 dan gak ada tarik-ulur pasal, ini pasti bisa bawa kita ke kesuksesan.
Sorry komennya panjang...
http://tikabanget.com/2009/06/01/satu-lagi-korban-uu-ite-ituh/
Menurut saya, tata bahasa e-mail itu sangat sopan tapi kenapa ditanggapi berlebihan oleh pihak rumah sakit? Ya itu tadi, seperti pihak rumah sakit langsung menyewa jet tempur untuk mencekal kritik Bu Prita.