Maw Mblusuk?

HALO PEMBACA!

Selamat nyasar di blog Maw Mblusuk? !

Di blog ini Pembaca bisa menemukan lokasi-lokasi unik seputar aktivitas blusukan-ku ke sana-sini. Eh, kalau ada kritik, saran, atau pesan bilang-bilang aku yah! Nuwun!

Cari Artikel

LANGGANAN YUK!

Dengan berlangganan, Anda akan senantiasa mendapatkan update artikel terbaru blog ini.


Bisa berlangganan melalui e-mail.

oleh FeedBurner

Atau melalui RSS Feed berikut.
feeds.feedburner.com/mblusuk
Minggu, 7 Oktober 2018, 21:43 WIB

Etika Berwisata Alam

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak alam!
  3. Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
  4. Jaga sikap dan sopan-santun!
  5. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  6. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Pada suatu malam di pertengahan September 2018, sang istri terlucyu mempertontonkan sebuah foto di Instagram. Foto itu menampilkan pemandangan suatu lembah berumput hijau yang di tengahnya mengalir deras sungai kecil.

 

 

Sang istri pun bertanya, apakah aku tahu tempat di mana foto itu dipotret. Aku jawab nggak tahu. Tapi, karena ada sabo dam yang bertingkat-tingkat, sepertinya foto itu dipotret di dekat sungai yang mengalirkan lahar dingin Gunung Merapi.

 

Sang istri bertanya lagi, apakah foto itu dipotret pada bulan September 2018. Aku jawab mana mungkin. September kan musim kemarau. Mustahil masih ada sungai yang airnya deras seperti pada foto. Apalagi rumput-rumputnya hijau. Paling foto itu dijepret pada musim penghujan.

 

Sayangnya, sang istri tetap percaya bahwa foto itu diabadikan pada musim kemarau. Sampai akhirnya, dirinya mengajak aku untuk menyambangi lembah sungai itu pada Minggu pagi (30/9/2018) bersama Mbak Mar dan Tirta.

 

 

Pukul 4 pagi petualangan menuju ke lembah sungai dimulai. Sang istri berjanji bertemu dengan Mbak Mar dan Tirta di Kota (Kecamatan) Muntilan. Jadilah dengan demikian sepeda motor dipacu melintasi Jl. Raya Yogyakarta – Magelang sejauh 30 km.

 

Kami tiba di Kota (Kecamatan) Muntilan pukul 5 pagi kurang sekian belas menit. Sang istri pun berkontak-kontak ria dengan Mbak Mar. Katanya, mereka masih dalam perjalanan. Weh! Terlalu ngebutkah aku tadi?

 

Oleh sebab itu, kami pun disarankan untuk terlebih dahulu menyambangi lokasi. Kata mereka, ikuti saja cabang jalan menuju Kecamatan Dukun yang berada tepat di samping klenteng Muntilan (Hok An Kiong).

 

Hooo, rupanya jalan menuju ke Kecamatan Dukun ini pernah aku lewati sewaktu menyambangi Candi Asu, Candi Pendem, dan Candi Lumbung di Dusun Sengi bersama Andreas, Agatha, dan Mbak Vinna. Tapi, itu sudah lama banget, tahun 2009 silam.

 

 

Sepeda motor pun melaju kencang menembus dinginnya hawa pagi Kabupaten Magelang. Langit pagi yang semula gelap perlahan memerah. Pemandangan pagi yang terselubung gulita mulai tersingkap.

 

Sang istri beberapa kali menyeru kagum menyaksikan siluet Gunung Merapi yang semakin jelas. Sementara itu, aku tetap melajukan sepeda motor secepat mungkin guna mencari tempat salat. Jam sudah menujukkan pukul 5 pagi lewat, tapi kami belum salat Subuh, hehehe.

 

Akhirnya, kami berhenti untuk salat Subuh di Musala Nurul Falah. Musala ini berada di seberang jalan raya yang separuh badannya sedang dibeton.

 

musala nurul falah di kecamatan dukun magelang jawa tengah dipotret pada saat pagi hari

 

Selepas menunaikan salat Subuh, langit terlihat lebih terang. Maklum, pada akhir September ini azan Subuh dikumandangkan sekitar pukul 4 pagi lebih sedikit. Jadi, lewat pukul 5 pagi langit nggak lagi gelap.

 

Sayangnya, sosok Gunung Merapi malah menghilang di balik mega. Agak kecewa deh jadinya . Semula, kami berharap di lokasi tujuan nanti bakal ditemani gagahnya sosok Gunung Merapi.

 

Eh, sepertinya Gusti Allah SWT mendengar kegusaran kami. Mendekati Kantor Polsek Dukun, mega yang menutupi Gunung Merapi tiba-tiba menyingkir. Paras elok siluet Gunung Merapi pun kembali tampil memesona, berdampingan dengan merahnya langit pagi.

 

Subhanallah sekali pokoknya . Menyaksikan pemandangan ini dengan mata kepala sendiri jelas lebih indah daripada hanya melihat fotonya.

 

pemandangan pagi siluet gunung merapi dipotret dari depan kantor polsek kecamatan dukun magelang jawa tengah

 

Perjalanan pun berlanjut di bawah naungan langit yang memerah. Sang istri bilang bahwa nanti bakal melewati pasar. Namanya Pasar Talun.

 

Sekitar setengah kilometer dari Kantor Polsek Dukun tibalah kami di Pasar Talun. Walau matahari belum sepenuhnya muncul, akan tetapi sudah banyak orang-orang yang beraktivitas di Pasar Talun. Mereka umumnya adalah pedagang yang sedang menata dagangan.

 

Mungkin kapan-kapan perlu diagendakan menyambangi Pasar Talun sewaktu hari pasaran. Sepertinya banyak yang menarik di pasar ini.

 

pemandangan suasana pagi hari di pasar talun kecamatan dukun kabupaten magelang jawa tengah

 

Setelah melewati Pasar Talun, sang istri meminta berhenti. Ia turun dari sepeda motor dan bertanya arah kepada seorang ibu pejalan kaki yang sepertinya baru pulang berbelanja di pasar.

 

Sang ibu bilang bahwa ada dua jembatan gantung di dekat sini. Kalau untuk jembatan gantung yang menjadi tujuan kami, katanya bisa dicapai dengan mengambil cabang jalan ke kanan, arah ke Babadan.

 

Sesuai petunjuk dari sang ibu, kami pun mengambil cabang jalan arah ke Babadan. Sama seperti jalan raya yang kami lalui tadi, rupanya separuh badan jalan juga sedang dibeton. Bedanya, kondisi badan jalan yang belum dibeton rusak parah! Hadeh… mana kami nggak bisa berpindah melintasi jalan mulus yang sudah dibeton pula.

 

proyek betonisasi jalan desa mangunsuko di kecamatan dukun kabupaten magelang jawa tengah

 

Di tengah perjalanan melintasi jalan rusak, sang istri sempat bertanya lagi kepada bapak warga yang tinggal di dekat SD Negeri Mangunsuko. Kata beliau, jembatan gantung yang dimaksud sudah dekat. Nanti ada pertigaan kecil di kanan jalan, ya lewatnya di sana itu.

 

Rupanya, cabang jalan yang dimaksud sang bapak itu sempit. Hanya kendaraan beroda dua yang bisa lewat. Jikalau ke sini bermobil, mungkin lebih baik mobilnya diparkir di pinggir jalan yang sudah dibeton. Tapi ya... selama proyek betonisasi belum selesai, sepertinya lebih nyaman ke sini naik kendaraan beroda dua.

 

Kurang dari semenit menyusuri jalan yang sempit itu, tibalah kami di ujung jembatan. Dari kejauhan, sejumlah manusia berkamera terlihat memadati sisi timur jembatan. Hampir semua orang di sana membidikkan kameranya ke arah Gunung Merapi. Nggak terkecuali, Mbak Mar dan Tirta.

 

warga naik sepeda motor melintas samping fotografer yang sedang memotret dari atas jembatan mangunsuko kecamatan dukun kabupaten magelang jawa tengah

 

Heranlah kami. Kok bisa-bisanya mereka sampai lebih dulu? Kok bisa-bisanya mereka nggak berpapasan dengan kami? Di mana pula mereka memarkir sepeda motornya?

 

Oh, rupanya sewaktu di kawasan Pasar Talun, mereka mengambil cabang jalan yang berbeda. Mungkin karena hobi ngebut itulah mereka lebih dahulu sampai dibandingkan kami.

 

Mereka memarkirkan sepeda motornya di ujung selatan jembatan. Sedangkan sepeda motor kami diparkir di ujung utara jembatan. 

 

tiga fotografer cewek sedang memotret dari atas jembatan mangunsuko di kecamatan dukun kabupaten magelang jawa tengah

 

Jembatan gantung besi ini bernama resmi Jembatan Mangunsuko. Kabarnya, jembatan ini diresmikan Presiden Jokowi pada 19 September 2017.

 

Panjang Jembatan Mangunsuko adalah 120 meter. Jembatan ini menghubungkan dua desa di Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Tepatnya, Dusun Grogol (di Desa Mangunsuko) dengan Dusun Tutup Ngisor (di Desa Sumber).

 

Dengan adanya Jembatan Mangunsuko, warga di kedua desa nggak perlu lagi memutar sejauh 8 km. Ini sangat meringankan anak-anak sekolah dan warga yang hendak ke kantor desa.

 

plakat peresmian jembatan mangunsuko di kecamatan dukun kabupaten magelang jawa tengah

sejarah pembuatan jembatan mangunsuko di kecamatan dukun kabupaten magelang jawa tengah

 

Eh, ternyata apa yang diyakini sang istri itu betul! Pemandangan lembah sungai dari atas Jembatan Mangunsuko sama persis seperti foto yang dirinya pertontonkan tempo hari! Waw!

 

Rumput-rumputnya berwarna hijau. Air sungai pun mengalir deras. Yang membuat pemandangan sedikit berbeda, paling ya adanya penampakan gagahnya Gunung Merapi dari sisi timur.  

 

pemandangan lembah sungai dan siluet gunung merapi dari atas jembatan mangunsuko di kecamatan dukun kabupaten magelang jawa tengah

 

Eh iya! Selain Gunung Merapi, jangan lupakan juga saudaranya, yaitu Gunung Merbabu . Pagi itu Gunung Merbabu terlihat jelas di arah timur laut. Sayang, karena berbeda letak, Gunung Merbabu nggak terlihat dari atas jembatan.

 

Berbeda dengan penampakan Gunung Merapi, sapuan rona kemerahan terlihat menghiasi puncak Gunung Merbabu. Ditambah asrinya hamparan sawah yang menguning, pagi itu Gunung Merbabu tampil tak kalah memukau dari saudaranya.

 

Subhanallah!

 

pemandangan gunung merbabu berlatar hamparan sawah yang padinya menguning di desa mangunsuko kecamatan dukun kabupaten magelang jawa tengah

 

Melihat adanya penampakan “curug-curug” di dasar lembah, aku mengajak sang istri untuk turun menyelidiki. Para mas fotografer yang tadi juga memotret dari atas jembatan sudah lebih dulu turun ke dasar lembah. Mbak Mar dan Tirta memilih untuk tetap memotret dari atas jembatan.

 

Dengan menyusuri jalan setapak, aku dan sang istri tiba dengan selamat di hamparan rerumputan. Rupanya, kondisi hamparan rerumputan (yang sepertinya asyik digunakan sebagai tempat berkemah) berbeda dengan yang terlihat dari atas jembatan.

 

Tanahnya berlumpur dan becek! Alas kaki kami pun kotor dibuatnya. Duh…

 

suasana di dasar lembah sungai merapi di bawah jembatan mangunsuko kecamatan dukun kabupaten magelang jawa tengah

 

Karena kondisi yang demikian, sang istri memutuskan untuk naik ke jembatan, balik berkumpul dengan Mbak Mar dan Tirta. Alhasil, tinggallah aku di dasar lembah, guna memotret “curug-curug”.  

 

Setelah aku dekati, ternyata “curug-curug”-nya nggak seeksotis bayanganku. Mungkin, kalau disertai keberadaan model, foto “curug-curug”-nya bakal terlihat lebih eksotis. Sayangnya, sang istri yang kerap didaulat sebagai model sudah balik ke atas jembatan.

 

Ya sudahlah. Yang penting sudah punya foto-foto “curug-curug” di bawah Jembatan Mangunsuko secara lebih close up.

 

keindahan curug di dasar lembah sungai merapi di bawah jembatan mangunsuko kecamatan dukun kabupaten magelang jawa tengah

pesona cantik air terjun di lembah sungai merapi di bawah jembatan mangunsuko kecamatan dukun kabupaten magelang jawa tengah

 

Pas aku kembali ke atas jembatan, terlihat para manusia berkamera sedang membidik Gunung Merapi. Oh, rupanya puncak Gunung Merapi berwarna jingga. Dugaanku, sebentar lagi matahari bakal muncul dari puncak Gunung Merapi.

 

Betul saja, nggak sampai satu menit kemudian, matahari pun menyembul dari puncak Gunung Merapi. Pancaran sinarnya benar-benar menyilaukan. Meskipun demikian, para pemotret tetap berjuang mendapatkan foto “matahari bintang”, sebagaimana yang juga aku lakukan, hehehe.

 

penampakan detik-detik matahari terbit dari puncak gunung merapi di kabupaten magelang jawa tengah

pemandangan matahari terbit di sekitar kawasan lembah sungai merapi dari atas jembatan mangunsuko kecamatan dukun kabupaten magelang jawa tengah

 

Jam menunjukkan pukul 7 pagi kurang beberapa menit. Dikarenakan pancaran cahaya matahari semakin menyilaukan pemandangan lembah, jadi ya... berakhir sudah kegiatan hunting foto pada penghujung September 2018.

 

Berikut adalah beberapa catatan dari pemotretan di atas Jembatan Mangunsuko:

 

  1. Lokasi ini ideal untuk pemotretan matahari terbit atau suasana pagi.
  2. Usahakan datang sepagi mungkin. Kira-kira pukul 6 kurang sudah di lokasi. Jika mau menunaikan salat Subuh bisa di musala dekat jembatan yang masuk wilayah Dusun Tutup Ngisor.
  3. Jembatan hanya muat untuk papasan 2 kendaraan beroda dua. Ketika memotret usahakan agar nggak mengganggu kendaraan yang melintas.
  4. Tripod nggak terlalu dibutuhkan jika nggak berminat memotret “curug-curug” dengan teknik slow speed.
  5. Jagalah kebersihan jembatan dan bersikaplah ramah terhadap warga setempat.

 

Perjalanan pada pagi hari ini pun berlanjut ke Kota (Kecamatan) Muntilan. Katanya, di sana ada warung soto Pak Much yang lumayan enak. Cocoklah soto sebagai sarapan untuk menghalau dinginnya pagi di Kecamatan Dukun, Magelang.


NIMBRUNG DI SINI

UPS! Anda harus mengaktifkan Javascript untuk bisa mengirim komentar!
  • ANGGARA W. PRASETYA
    avatar komentator ke-0
    ANGGARA W. PRASETYA #Rabu, 17 Okt 2018, 08:58 WIB
    Wah, jembatan macam gini baru taunya di deket Ketep Mas.. sebelum Ketep tepatnya..
    Ini kayaknya lebih bagus panoramanya.. Jadi penasaran dah..
    TFS..
    Betul. Sebelum Ketep juga ada jembatan gantung. Di bawah jembatan gantungnya ada sungai dan curug kecil juga.
  • TURTLIX
    avatar komentator ke-1
    TURTLIX #Senin, 15 Okt 2018, 13:43 WIB
    Walah sebrange sebelah kidul Kedung kayang. Jos!
    Mbiyen mestine awak e ngepit tekan kene Paklik.
  • NASIRULLAH SITAM
    avatar komentator ke-2
    NASIRULLAH SITAM #Kamis, 11 Okt 2018, 14:58 WIB
    Aku sampai sini pas mulai siang dan lumayan panas. Asyik loh Mas kalau sepedaan ke sini, hahahhahaha.
    Joss tenan! Dari sini bisa lanjut nyepeda sampai Bebeng. Tapi kalau mau ngejar sunrise harus mulai nyepedanya tengah malam, wekekeke.
  • BAKTIAR
    avatar komentator ke-3
    BAKTIAR #Rabu, 10 Okt 2018, 19:12 WIB
    Wah indah dari jauh hehehehe..... sepertinya kalau musim hujan bakalan lebih sip penampakannya.
    Pas musim hujan yang Merapinya kelihatan cerah. :)
  • ZAM
    avatar komentator ke-4
    ZAM #Selasa, 9 Okt 2018, 17:15 WIB
    Wuih.. cakep banget... itu kalo pas musim hujan apa ijo-ijonya berubah jadi penuh air, ya?
    Bisa jadi Kang. :D
  • DWI SUSANTI
    avatar komentator ke-5
    DWI SUSANTI #Senin, 8 Okt 2018, 09:07 WIB
    Potone kapiken :(
    Njenengan mawon ingkang posting Mas, kulo minder ~
    Weh... mosok fotomu blas ra ono sing apik?