Ini mungkin bakal terdengar lebay alias super berlebih-lebihan. Tapi, jujur ya, rasa masakan di Ruma Makan Belitong Timpo Duluk itu memang ENAK pakai BANGET, kalau digabung jadinya ya
ENAK BANGET!
Lebay kan?
Enak yang terasa di lidahku ya pokoknya enak saja. Susah diungkapkan dengan kata-kata. #lebay #banget
Andaikata aku disuruh makan dua kali sehari selama satu bulan di sini aku mau lho! Asal dibayarin saja, gyahahaha.
Eh iya, aku makan memang hanya dua kali dalam sehari. Makanya, nggak pernah bisa gemuk.
Lokasi Ruma Makan Belitong Timpo Duluk
Ruma Makan Belitong Timpo Duluk ini beralamat di Jalan Lettu Mad Daud, di Kota Tanjung Pandan, di Kabupaten Belitung yang jelas bertempat di Pulau Belitung. Pembaca jelas sudah paham toh kalau Pulau Belitung itu salah satu pulau yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung? Jaraknya 300-an km lah dari Pulau Jawa. #jauh
Cara menuju Ruma Makan Belitong Timpo Duluk lumayan gampang. Dari Bundaran Batu Satam, Pembaca bisa menyusuri Jl. Veteran ke arah utara (kurang dari 1 km) sampai tiba halaman rumah makan. Letak rumah makan ini persis plek di pinggir jalan raya di dekatnya simpang empat (perempatan).
Katanya Google Maps sih kalau jalan kaki cuma perlu 9 menit.
Sebagian besar pelanggan Ruma Makan Belitong Timpo Duluk adalah para wisatawan atau pendatang yang penasaran dan kepincut dengan masakan khas Belitung (seperti aku! ). Maka dari itu, bilamana Pembaca sungguh-sungguh berniat untuk bersantap di sini, harap langsung mereservasi tempat via nomor handphone 0878 2500 6103 segera setelah Pembaca mendarat di Belitung!
Jelas, Pembaca JANGAN coba-coba cari perkara mampir dadakan ke Ruma Makan Belitong Timpo Duluk di jam makan malam pas musim liburan dengan perut yang sudah keroncongan! Tanggung sendiri resikonya!
SILAKAN DIBACA
Aku, Bapak, dan Ibu mampir ke Ruma Makan Belitong Timpo Duluk di hari Senin sore (7/3/2016) selepas singgah dari Pantai Tanjung Pendam. Ini sebetulnya kunjungan dadakan sih, hehehe . Bang Yudhis yang mengantar kami juga sempat cemas kalau-kalau kami nggak kebagian tempat.
Maklum, meskipun Senin itu bukan hari libur, tapi Rabu nanti kan ada peristiwa gerhana matahari total. Alhasil, sejak hari Senin ini Belitung mulai padat-sesak dengan wisatawan. Tentu, selama di Belitung wisatawan bakal menyasar tempat-tempat bersantap yang populer semacam Ruma Makan Belitong Timpo Duluk ini.
Untung kami singgah beberapa saat selepas magrib, yang mana bukan waktu yang lumrah bagi orang-orang untuk bersantap malam. Jadi, masih ada tempat kosong deh! Alhamdulillah .
Rumah Antik itu Bernama Simpor Bedulang
Kesan pertama yang muncul saat melihat bangunan Ruma Makan Belitong Timpo Duluk adalah kesan vintage. Itu sebabnya, rumah makan ini menempati suatu bangunan tua yang bernama Simpor Bedulang. Rumah Simpor Bedulang ini masuk rekomendasi sebagai Rumah Tradisional Melayu Belitong sesuai ketetapan nomor 556/792/disbudpar/2011 yang dikeluarkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Belitung.
Gagal motret bagus. Selain karena malam hari, ruang gerak terbatas karena jadi parkiran sepeda motor.
Menilik sejarahnya, Rumah Simpor Bedulang ini dahulunya adalah rumah pribadi milik pasangan Bapak Abu Zaman dan Ibu Kasma yang dibangun pada tahun 1960. Di tahun 1970 rumah ini sempat mengalami renovasi, namun tidak sampai mengubah struktur asal. Barulah pada tahun 2011 rumah ini dibeli oleh Bapak Isyak Meirobie untuk kemudian dialihfungsikan sebagai Ruma Makan Belitong Timpo Duluk.
Aku sendiri senang dengan cara pelestarian bangunan tua yang seperti ini. Yaitu dengan cara meniupkan “ruh” baru ke dalam rumah. Buatku, bangunan tua itu ibarat “jasad”, kontainer kehidupan para makhluk yang tinggal di dalamnya. Jasad boleh tua, tapi ruh harus selalu tetap muda, agar kehidupan terus berlanjut dengan penuh semangat.
Iya kan Pembaca?
Pas masih sepi. Tapi sayangnya sudah banyak meja yang reserved.
Bergeser masuk ke dalam Rumah Simpor Bedulang, suasana vintage semakin terasa dengan ornamen-ornamen klasik yang dipilih sebagai penghias interior rumah. Jangankan foto jadul atau perkakas dapur tradisional, lha wong sepeda onthel saja jadi pajangan di dinding kok! Lengkap dengan keranjang besarnya pula! Bener-bener niat sekali ini dekorasinya, hahaha.
Melihat yang seperti ini entah kenapa jadi kepingin bersepeda di Belitung. Tapi ya pakai MTB lah!
Nah, itu dia! Karena Rumah Simpor Bedulang ini aslinya memang rumah tinggal sederhana yang nggak seberapa luas, maka dari itu kapasitas Ruma Makan Belitong Timpo Duluk ini menjadi terbatas, yaitu hanya bisa menampung sekitar 70 pelanggan. Selain di dalam rumah, pelanggan juga bisa bersantap di halaman belakang rumah.
Serasa bersantap di masa lalu. Buat yang pernah melewati hidup di kurun tahun 50-an atau 60-an,
pemandangan ini pasti mengingatkan pada kenangan di masa lalu.
Satu-satunya tempat yang bisa untuk menampung rombongan tamu dalam jumlah banyak.
Yang punya kebiasaan ngudud setelah makan diposisikan di halaman belakang ini.
Eh, yang juga agak terbatas ya perkara tempat parkirnya sih. Terutama untuk pelanggan yang membawa mobil. Tapi, berhubung populasi mobil di Tanjung Pandan masih belum sepadat di Jakarta, jadi masalah parkir ini ya... bisa dipikir nanti-nanti sajalah . Asal yang banyak parkir bukan bus pariwisata sih menurutku masih aman pas musimnya Belitung banjir wisatawan.
Masakan Belitung yang Aku Bilang Enak Itu
Oke, mari kita bergeser ke sajian Ruma Makan Belitong Timpo Duluk yang aku bilang enak banget itu.
Jadi, aku itu sebetulnya kalau singgah di suatu tempat baru, sebisa mungkin selalu ingin merasakan masakan khas dari daerah tersebut. Apalagi masakan rumahan. Sebab, kepribadian warga setempat biasanya tercermin juga dari masakan khasnya. Eh, sekaligus juga untuk melepaskan diri dari jeratan wawasan kuliner Yogyakarta yang menurutku hanya seputar itu-itu saja.
Sambil nunggu pesanan terhidang, boleh juga mengganjal perut pakai cemilan-cemilan ini (bayar tapi! )
Eh, itu puding jagungnya enak!
Awalnya, aku pikir masakan khas dari Belitung itu mirip seperti masakan khas dari daerah Sumatra Selatan yang juga terpengaruh paparan kuliner dari kuliner umum di Sumatra. Contohnya masakan yang berkuah santan plus bercita rasa pedas. Ya, seperti itulah.
Tapi ternyata, masakan khas Belitung itu menjadi berbeda karena turut memakai bahan-bahan lain yang menjadi ciri khas Pulau Belitung. Misalnya saja daun pohon simpor (Dillenia sp.) yang kerap digunakan sebagai pembungkus masakan.
Begitu pula dengan jeruk kunci yang sebetulnya hanya varian dari jeruk nipis. Ketika diolah dengan sambal, citarasa sambalnya menjadi beda rasanya dibandingkan ketika memakai jeruk nipis.
Inilah citarasa yang nggak mungkin bisa disubstitusi dengan bahan dari daerah lain. Ini yang membuat masakan Belitung menjadi istimewa!
Sumber:
http://kodzan.blogspot.co.id/2015/02/simpor-belitung.html
Nah, bicara tentang masakan Belitung yang istimewa, jelas nggak bisa kalau nggak menyinggung nama masakan yang satu ini. Apalagi kalau bukan,
GANGAN
Tapi entah kenapa, yang pertama kali terbayang olehku begitu mendengar kata gangan adalah ini,
Yon Moodo Henkei Gan Gan Seibaa! Dai Kaigan!
Beh! Ini mesti gara-gara aku suka nonton Tokusatsu. Tapi masih dalam skala normal kok . Pokoknya, setiap hari Minggu pagi wajib streaming-an Kamen Rider sama Super Sentai.
Balik lagi kita ke Belitung. Berdasarkan penjelasan yang tercantum dalam buku menu Ruma Makan Belitong Timpo Duluk, yang disebut sebagai gangan adalah,
Masakan laut khas Belitong yang dimasak dengan aneka ragam bumbu dan rempah Belitong, seperti kunyit, dll. dengan perpaduan segarnya buah nanas dan disajikan dengan istimewa di dalam buah kelapa muda segar ala Belitong Timpo Duluk.
Foto gangan kelapa muda ini meminjam fotonya mbak @tramendum.
Oh iya, karena disajikan di dalam buah kelapa muda, makanya varian gangan ini disebut gangan kelapa muda. Sedangkan gangan biasa ya gangan yang tanpa pakai casing kelapa muda. Paham toh?
Ada pula varian yang disebut sebagai gangan darat. Jelas Pembaca bisa menebak bahwa sumber protein utama dari varian gangan ini berasal dari darat. Sedangkan bahan-bahan yang umum digunakan sebagai sumber protein utama gangan adalah ayam, sapi, udang, cumi, dan ikan ketarap.
Baik gangan laut, gangan darat, atau gangan kelapa muda, semuanya tetap HALAL asal dibeli dengan uang halal (eh, diasumsikan proses masaknya halal ya! ).
Dulang set adalah pilihan ekonomis untuk merasakan sejumlah masakan Belitung.
Enak banget ya hidup warga Belitung setiap hari masakan rumahannya meriah seperti ini.
Waktu itu, kami memesan apa yang disebut sebagai Dulang Set. Nama Dulang Set ini perpaduan dari bahasa Belitong (dulang) dan bahasa Inggris (set). Dulang itu artinya hampir mirip dengan kata dulang dalam bahasa Jawa, yaitu makan. Jadi, dulang set ini artinya ya set menu makan. Ini istilah buatannya Ruma Makan Belitong Timpo Duluk saja sih.
Dulang Set andalan Ruma Makan Belitong Timpo Duluk ini terdiri dari berbagai masakan rumahan khas Belitong, yaitu:
- Gangan (bisa gangan laut atau gangan darat, sesuai permintaan pelanggan)
- Ayam ketumbar
- Sate ikan
- Sayur sambal ati ampela
- Lalapan
- Sambal serai.
Komplit toh? Dalam satu paket kita bisa mengicip berbagai jenis masakan khas Belitung dengan harga yang menurutku ekonomis bila disantap ramai-ramai.
Ini yang disebut berego. Rasa adonan tepung berasnya cenderung tawar.
Cara makannya dengan dicelup kuah santan kuning. Kalau kurang gurih, kuahnya diminum saja sekalian.
Kenapa ya oseng ati ampela di Jawa nggak semeriah di Belitung ini?
Menurutku, oseng ati ampela dengan kentang seperti di Jawa sini itu kurang klop je.
Belitung panas! Gerah! Jadinya minum es adalah pilihan yang menyegarkan.
Tapi setelah itu kebanyakan minum es malah pilek-pilek, hahaha.
Harga-harga menu masakan yang disajikan di Ruma Makan Belitong Timpo Duluk bisa Pembaca simak pada daftar di bawah ini. Perlu diperhatikan, daftar menu beserta harganya ini berlaku di bulan Maret 2016.
Makanan | ||
---|---|---|
Nasi Gemok | Nasi empuk + ikan bulus kecil goreng + kuah santan belimbing | Rp20.000 versi vegetarian Rp10.000 |
Berego | Tepung beras putih dibentuk mie melingkar dimakan pakai kuah santan ikan | Rp20.000 versi vegetarian Rp10.000 |
Udang Tepong Sambal Lumpang | Udang goreng tepung dilumuri sambal lumpang (semacam sambal uleg) | Rp30.000 |
Cumi Ketumbar | Rp15.000 | |
Ayam Ketumbar | Rp28.000 | |
Cumi Goreng Sambal Lumpang | Rp27.000 | |
Timpe/Tahu Sambal Lumpang | Rp10.000 | |
Paket Ayam Goreng Sambal Lumpang | Rp30.000 | |
Ayam Bungkus Simpor | Masakan ayam dibungkus daun simpor | Rp28.000 |
Ikan Bungkus Simpor | Pilihan ikan tenggiri atau ikan kembung | Rp27.000 |
Tahu Bungkus Simpor | Rp10.000 | |
Paket Ayam Bakar Timpo Duluk | Rp30.000 | |
Iga Bakar Timpo Duluk | Rp40.000 | |
Gangan Kelapa Muda | Seperti yang aku jelaskan di atas | Rp45.000 (porsi 2 orang) |
Gangan Kelapa Muda Vegetarian | tahu + tempe + telur puyuh (?) + jamur | Rp25.000 (porsi 2 orang) |
Dulang Set | Seperti yang aku jelaskan di atas | Rp135.000 (porsi 2 orang) Rp240.000 (porsi 4 orang) |
Gangan Darat | Rp35.000 | |
Gangan Darat Vegetarian | Rp15.000 | |
Pindang Belitong Laut | Mirip pindang Sumatra Selatan tapi berkuah kuning | Rp35.000 |
Pindang Belitong Iga | Rp40.000 | |
Pindang Belitong Vegetarian | Rp15.000 | |
Sayur Asam Baguk | Baguk = melinjo | Rp15.000 |
Nasi Putih | Porsi bakul | Rp6.000 |
Sop Iga Sapi | Rp33.000 | |
Sambal Serai | Rp10.000 | |
Timpe/Tahu Bakar Belitong Timpo Duluk | Isi 3 | Rp8.000 |
Timpe/Tahu Guring Belitong Timpo Duluk | Isi 3 | Rp8.000 |
Utak-utak Bakar | Minimum pesan 5 buah | Rp4.000 per buah |
Ikan Bebulus | Rp16.000 | |
Kangkong | Rp10.000 | |
Oseng-osengan Ampela | Rp20.000 | |
Sate Ikan | Rp17.000 |
Minuman | ||
---|---|---|
Kupi O | kopi hitam | Rp 5.000 |
Kupi Susu Belitong | Rp 8.000 | |
Te Susu Belitong | Rp8.000 | |
Es Jerok Belitong | Rp10.000 | |
Te Manis (hangat/es) | Rp5.000 | |
Te Tawar (hangat/es) | Rp3.000 | |
Aik Mineral | Rp5.000 | |
Es Cincau | Rp8.000 | |
Lemon Tea | Rp12.000 | |
Sari Buah | Jus buah | Rp12.000 – Rp18.000 |
Oh iya, harga-harga di atas belum termasuk pajak pertambahan nilai sebesar 10% lho! Bilamana bersantap berdua, bawa bekal uang Rp100.000 sudah jaminan bisa makan enak lah.
Melestarikan Budaya Belitung
Menurutku, Ruma Makan Belitong Timpo Duluk ini bisa dibilang membanggakan karena berusaha untuk melestarikan budaya Belitung, baik itu bangunannya dan juga kulinernya, supaya generasi muda sekarang dan di masa yang akan datang tetap tahu identitas Belitung.
Semoga, tempat-tempat semacam ini terus bermunculan di penjuru Indonesia agar kita nggak melupakan budaya kita sendiri. Eh, nggak terbatas hanya untuk kuliner saja lho ya!
Jadi, semisal Pembaca mampir ke Pulau Belitung (lebih tepatnya ke Kota Tanjung Pandan) dan ingin memanjakan perut dengan masakan rumahan khas Belitung tapi nggak punya kenalan warga Belitung (kalau punya kenalan kan bisa numpang makan gratis ), silakan mencoba merapat ke Ruma Makan Belitong Timpo Duluk ini!
Ini salah satu hal yang bikin aku berpikir kalau aku bisa hidup nyaman di Belitung. Kenapa? Soalnya masakan rumahannya enak-enak! Semoga Pembaca juga jadi paham jangan hanya makan masakan Padang thok pas keluyuran di Belitung.
Kalau Pembaca punya masakan andalan rumahan apa? Siapa tahu besok-besok aku blusukan ke dapur rumahnya Pembaca. Numpang makan gratis maksudnya, hahaha.
KATA KUNCI
- babel
- belitung
- berego
- berego belitung
- daun simpor
- gangan belitung
- gangan darat
- gangan ikan ketarap
- gangan kelapa muda
- harga makanan ruma makan belitong timpo duluk
- isyak meirobie
- kuliner
- kuliner belitung
- kuliner tanjung pandan
- puding jagung
- ruma makan belitong timpo duluk
- rumah makan belitung tempo dulu
- rumah tradisional melayu belitong
- santan
- simpor bedulang
- tanjung pandan
NIMBRUNG DI SINI
namun perbedaan itu ada di sumber-sumber racikan hasil rekayasa kearifan lokal.
Btw, itu contoh dulang set untuk berapa orang kawan yang di atas? 2 apa 4?
Tapi memang Mas, makanan di Belitung mah enak-enak ^o^.. tempat-tempat makan yang kita datangin tahun lalu juga enak semuanya.. kebanyakan seafood tapi..
Kalau yang restoran seafood yang Mbak datengin itu mungkin Restoran Fega atau Sei Enam Mbak?
Mana jam segini pula. :9/
Kalo di mari ini bisa jadi menu lainnya mantap Mas... menggoda euuyy fotonya pedes bikin ngilerrrr... sambalnya bikin nelen ludah, hehehe.
Btw, kok tumben agak kurang fokus Mas foto-fotonya ... apa karena low light?