Senin sore (2/2/2009), aku ditinggal sendirian oleh para babes di suatu lapangan di kota Denpasar, Bali. Mereka itu mau menunaikan salat Asar. Berhubung salat Asarku sudah aku jamak pas zuhur tadi, ya aku pergunakan saja waktu luang menunggu mereka dengan keliling-keliling lapangan. Siapa tau ada obyek menarik dan cakep buat dipotret, hohoho.
Monumen Bajra Sandhi di Tengah Lapangan
Namanya Lapangan Niti Mandala, letaknya di Kecamatan Renon, kel. Denpasar Selatan, kota Denpasar, Bali. Lapangan Niti Mandala diapit oleh Kantor Gubernur Kepala Daerah Provinsi Bali dan juga Gedung DPRD Provinsi Bali.
Lapangan Niti Mandala ini tergolong unik. Di tengah lapangan terdapat sebuah bangunan yang bentuknya mirip candi bernama Bajra Sandhi.
Monumen Bajra Sandhi di tengah lapangan.
Bajra Sandhi ini merupakan monumen perjuangan rakyat bali untuk memberi hormat pada para pahlawan serta merupakan lambang persemaian pelestarian jiwa perjuangan rakyat Bali dari generasi ke generasi dan dari zaman ke zaman yang dapat memberi inovasi dan inspirasi dalam mengisi dan menjaga keajegan negara Kesatuan RI (panjang ya, itu aku sadur dari sini ).
Bajra Sandhi terdiri dari tiga lantai. Lantai pertama berisi ruang informasi, ruang keperpustakaan, ruang pameran, ruang pertemuan, ruang administrasi, gedung dan toilet. Lantai kedua berisi diorama perjuangan rakyat Bali. Lantai ketiga adalah ruang ketenangan, digunakan untuk menikmati suasana lapangan dari puncak Bajra Sandhi (informasi lantai disadur dari sini ).
Gerbang masuk ke Monumen Bajra Sandhi.
Sayang aku nggak bisa masuk ke dalam, karena sudah lewat dari jam berkunjung yaitu 08.30 – 17.30 WITA. Biaya masuknya sendiri cukup murah, Rp5.000 untuk pengunjung dewasa dan Rp2.000 untuk anak-anak. Kalau berkunjung secara berkelompok, minimal 10 orang, bisa dapat harga yang lebih murah lagi.
Aktivitas di Sekitar Lapangan Niti Mandala
Karena nggak bisa masuk, ya sudah deh aku motret aktivitas warga Denpasar yang ada di lapangan saja. Jam sudah menunjukkan pukul 18.00 WITA lebih dikit, tapi di Denpasar matahari sore belum mau beranjak turun.
Keluarga kecil yang sedang bercengkrama.
Sekelompok orang sedang senam yoga.
Ada juga yang sedang bermain kasti.
Mayoritas warga memanfaatkan Lapangan Niti Mandala sebagai sarana olahraga. Ada yang joging di lingkar luar lapangan, ada yang sedang bercengkrama bersama keluarga, dan ada juga yang bermain dengan anjing-anjing. Untuk yang terakhir, dikabarkan di Denpasar sebenarnya sedang dilanda wabah rabies. Seperti yang dilansir di harian Kompas (11/2/2009).
Katanya sih, jumlah anjing-anjing yang beraktivitas di Lapangan Niti Mandala berkurang, karena pemiliknya nggak mau anjingnya tertular rabies. Tapi sebenarnya, anjing adalah pemandangan umum di sudut-sudut Bali, seperti layaknya kucing di Jawa.
Lari sore bersama anjing tercinta.
Pedagang kaki lima di mana-mana ada.
Hiruk-pikuk di Lapangan Niti Mandala jelas mengundang pemulung, pedagang asongan, dan pedagang kaki lima, untuk nimbrung mencari rejeki di sana. Sebenarnya sudah ada larangan dari pemda setempat bahwa kawasan Lapangan Niti Mandala harus bebas dari pedagang asongan dan pedagang kaki lima. Ya semoga ke depannya kawasan ini bisa lebih tertib lagi ya.
Foto narsis dulu di Lapangan Niti Mandala .
Tanpa aku sadari, handphone-ku yang aku simpan di kantong dari tadi sudah bergetar-getar. Ini tanda bahwa aku dicari-cari oleh para babes yang sepertinya sudah selesai salat itu. Ya sudah deh, kuakhiri saja sesi pemotretan sore hari ini dan berganti memotret para babes. Narsis ya, hehehe.
NIMBRUNG DI SINI