HALAMAN UTAMA

PROFIL

ARSIP ARTIKEL

BUKU TAMU

 

KATEGORI

Candi Prambanan dan Happening Art

Senin, 6 Oktober 2008, 17:05 WIB

Etika Berwisata Peninggalan Bersejarah

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak peninggalan bersejarah! Kalau bisa batasi kontak fisik ke benda tersebut!
  3. Baca informasi sejarahnya. Kalau perlu difoto dan dibaca lagi di rumah.
  4. Patuhi peraturan yang berlaku!
  5. Jaga sikap dan sopan-santun!
  6. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  7. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Siapa sih yang nggak kenal sama Candi Prambanan? Candi Prambanan atau yang dikenal juga dengan nama Kompleks Candi Lara Jonggrang adalah kompleks percandian Hindu terluas di Indonesia.

 

Mungkin ada Pembaca yang belum tahu kalau Candi Prambanan ini terletak di dua provinsi yaitu DI Yogyakarta dan Jawa Tengah. Candi Prambanan sama-sama berada di kecamatan bernama Prambanan, cuma beda nama kabupaten. Yang satu di Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta dan yang satunya lagi di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

 

Di hari Jum’at pagi (3/10/2008), aku singgah di Candi Prambanan bareng Pakdhe Prap dan Mas Pitra. Pakdhe Prap itu adalah kakaknya Bapak. Sedangkan Mas Pitra itu putra sulungnya Pakdhe Prap. Kami bertiga ini memang sama-sama hobi fotografi. Jadi tujuan kami ke Candi Prambanan apalagi kalau bukan untuk hunting foto. #hehehe

 

Rute Menuju Candi Prambanan

Rute menuju Candi Prambanan sangat mudah dan dapat ditempuh menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan umum. Gampangnya sih ikuti saja Jl. Raya Jogja – Solo ke arah Solo sampai di km 16. Nanti kan sudah terlihat Candi Prambanan dari pinggir jalan raya.

 

Sedangkan untuk naik angkutan umum bisa dengan menumpang bus TransJogja jalur 1A atau 1B, turun di halte Prambanan kemudian dilanjut berjalan kaki (sekitar 1 km lah). Atau bisa juga naik bus antar kota tujuan ke Solo dan turun di gapura perbatasan DI Yogyakarta – Jawa Tengah

 

Candi Prambanan adalah daya tarik utama Taman Wisata Candi Prambanan. Selain Candi Prambanan, di Taman Wisata Candi Prambanan ini kita dapat menjumpai candi-candi lain semisal Candi Sewu, Candi Bubrah, dan Candi Lumbung.

 

Tarif retribusi memasuki kawasan Taman Wisata Candi Prambanan adalah sebesar Rp10.000 per pengunjung, Rp1.000 per kamera, dan Rp5.000 untuk parkir roda empat. Aku kurang tahu apakah besar tarif tersebut merupakan tarif normal. Soalnya, kami datang ini pada masa libur lebaran.

 

Kurang Beruntung di Candi Prambanan

Akan tetapi kami sepertinya nggak beruntung di pagi hari itu. Kami nggak mendapatkan foto-foto yang cukup bagus. Kenapa bisa begitu? Berikut alasannya:

 

  1. Pagar pembatas yang mengelilingi bangunan candi menyita banyak sudut pengambilan foto yang cantik. Maklum, Candi Prambanan kan sedang direnovasi karena terkena dampak gempa bumi tahun 2006 silam.
  2. Banyaknya kunjungan wisatawan ke candi ini menyulitkan aku untuk memperoleh foto yang terbebas dari objek manusia sekaligus juga mempersempit ruang gerak pengambilan foto.
  3. Kondisi langit mendung. #sedih

 


Candi Prambanan dengan langit mendung.

 

Mungkin suatu saat aku harus kembali lagi ke Candi Prambanan untuk mendapatkan foto yang lebih cantik. Bisa nggak ya lewat jalur informal? Hehehe. #hehehe

 

Setelah kunjunganku dengan Pakdhe Prap di bulan Oktober 2008 silam, aku sebetulnya sudah beberapa kali singgah di Candi Prambanan. Untuk menghemat biaya masuk (alias masuk nggak bayar #hehehe) aku berkunjung ke Candi Prambanan di pagi buta, sekitar jam 5 pagi dengan ikut Pak Pardiman, bapaknya Teguh, yang bekerja di sana.

 

Kalau memakai cara ini berarti aku harus menginap di rumah Teguh dari malam sebelumnya. Tapi entah kenapa (apa karena dosa ya karena masuk candi nggak bayar?), aku merasa foto-fotoku di pagi ini kurang bagus.

 

Hmmm, kalau begitu, apa aku mesti masuk dengan cara formal?

 

Kali ini Masuk Candi Prambanan Bayar!

Di hari Sabtu (21/3/2009), aku diundang Wayan (Math '05) untuk ikut menyaksikan acara Happening Art dalam rangka upacara Tawur Agung yang bakal digelar di hari Rabu mendatang.

 

Berhubung acara Happening Art itu diadakan di dalam kompleks Taman Wisata Candi Prambanan, mau-nggak-mau aku harus merogoh kocek cukup dalam untuk menebus tiket masuk sebesar Rp15.000!

 

Byuh! Mahalnya! Padahal tahun kemarin saja masih Rp10.000 per orang. #sedih

 

Eh, apa kenaikan harga tiket ini dalam rangka Happening Art ataukah memang sudah naik ya? Semoga saja dengan mahalnya biaya tiket masuk itu renovasi Candi Prambanan juga segera cepat selesai.

 


Apa karena masuknya bayar jadi langitnya cerah ya? #senyum.lebar

 

Bukan aku namanya kalau datang nggak pakai telat, hehehe #hehehe. Tapi setelat-telatnya aku datang, acara Happening Art baru berjalan pada sesi sambutan dari pejabat setempat. Daripada bosen mendengarkan ceramah, aku muter-muter kompleks Candi Prambanan saja dan mengeksplorasi apa yang belum sempat aku lihat pada kunjungan-kunjunganku sebelumnya.

 

Candi Prambanan Candi Trimurti

Seperti yang aku jelaskan di atas, Candi Prambanan berlatar belakang agama Hindu. Kompleks Candi Prambanan ini memiliki 3 bangunan candi induk, 3 candi wahana, 2 candi apit, 4 candi sudut, 4 candi kelir, dan 224 candi perwara. Dengan jumlah bangunan candi yang banyak tersebut, Candi Prambanan merupakan kompleks percandian Hindu terbesar di Indonesia dan juga di dunia.

 

Ketiga bangunan candi induk pada Candi Prambanan memiliki pintu masuk yang menghadap ke arah timur. Ketiga bangunan candi induk tersebut diperuntukkan untuk menyembah tiga dewa utama (trimurti) pada agama Hindu, yaitu Brahma, Siwa, dan Visnu.

 


Makara di tangga Candi Garuda rusak akibat gempa, belum dipasang lagi.

 

Adapun di timur bangunan candi induk berdiri 3 candi wahana dengan pintu masuk menghadap ke arah barat. Masing-masing candi tersebut adalah candi Angsa, candi Garuda, dan candi Nandi. Ketiga candi tersebut diperuntukkan bagi tunggangan (wahana) ketiga dewa utama. Brahma dengan tunggangan Angsa. Visnu dengan tunggangan Garuda. Sedangkan Siwa dengan tunggangan Nandi.

 


Beberapa relief yang ada di Candi Siwa juga terpaksa diturunkan untuk diperbaiki.

 

Sayang sekali, saat ini arca Angsa dan arca Garuda hilang dari bilik candi wahana. Saat ini kompleks Candi Prambanan sedang berada dalam tahap perbaikan dan diperkirakan selesai pada tahun 2010.

 

Sejarah dan Penemuan Candi Prambanan

Kompleks Candi Prambanan diperkirakan dibangun pada abad ke-9 Masehi di masa pemerintahan Rakai Pikatan dari wangsa Sanjaya. Perlu diketahui, Rakai Pikatan juga turut andil dalam pembangunan Candi Kalasan dan Candi Plaosan.

 

Kata Prambanan sendiri berasal dari kata Brambanan yang memiliki arti tempat para Brahmana. Bisa jadi di zaman lampau, kompleks Candi Prambanan merupakan pusatnya brahmana.

 


Di halaman Museum Arkeologi, ada lingga yoni suatu candi induk. Tapi candi apa?

 

Apa yang perlu dibanggakan dari Candi Prambanan bukan karena wujudnya yang masih berdiri tegak hingga saat ini. Saat pertama kali ditemukan, Candi Prambanan berada dalam kondisi runtuh parah. Penemu Candi Prambanan adalah pria berkebangsaan Belanda bernama CA. Lons pada tahun 1733.

 


Nggak hanya lingga yoni, tapi seluruh temuan arkeologi di sekitar Prambanan dibawa ke sini.

 

Berbagai proses pemugaran Candi Prambanan baru purna pugar pada tahun 1993. Sayangnya, karena bencana gempa DIY-JaTeng, kompleks Candi Prambanan kembali direnovasi. Banyak candi-candi perwara yang nggak dipugar karena batu-batunya hilang.

 

Happening Art di Candi Prambanan

Karena keasyikan motret di sana-sini dan blusukan ke sana-ke mari, aku telat menyaksikan Happening Art. Duh parah! Padahal aku ya ada di kompleks Candi Prambanan.

 

Di acara Happening Art ini digelar pentas tari dan pentas seni dari berbagai kelompok seni. Kalau aku perhatikan sih yang paling dominan ya kesenian Bali. Mungkin karena Candi Prambanan ini berlatar agama Hindu ya, jadinya kesenian Bali lebih menonjol.

 

Temanku Wayan berpartisipasi sebagai penari dalam Tari Ronjeng. Dari ceritanya Wayan, peserta Tari Ronjeng ini ada sekitar 150 penari dan semua penari itu harus perempuan yang masih gadis.

 


Wayan di posisi tengah sedang menari.

 

Eh, apa itu artinya para penarinya masih perawan ya? Bagaimana ya caranya panitia mengecek ke-"gadis"-an 150 penari itu? Penasaran deh, hehehe. #hehehe

 

Anyway, karena para fotografer diberi batasan jarak ke penari yang cukup jauh (sekitar 20 meter lebih), jadinya aku nggak bisa memotret dengan leluasa. Tapi karena tariannya menarik, apalagi diiringi musik khas Bali yang mistis, aku asyik-asyik nonton saja lah. #senyum.lebar

 


Pelukis-pelukis turut memeriahkan Happening Art. Tapi karya mereka kok abstrak ya?

 

Acara Happening Art ini juga dimeriahkan dengan puluhan pelukis yang menorehkan kebolehan mereka di atas kanvas untuk mengabadikan momen pementasan seni ini. Hmmm, salut deh buat panitianya.

 

 

Aku nggak lama di sana, karena aku punya banyak kerjaan dan terlebih lagi... lama-lama ngantuk! Setelah Wayan selesai menari, aku ngobrol, motret, dan pamit pulang deh.

 

Tapi di hari Rabu nanti aku ingin kembali lagi ke Candi Prambanan, karena ada upacara Tawur Agung yang salah satu daya tariknya adalah membakar ogoh-ogoh. Tapi besok itu masuknya ke kompleks Candi Prambanan pakai "cara" apa ya? Tiketnya mahal je, hehehe. #hehehe

NIMBRUNG DI SINI