Rencana kami untuk menjelajah Bali sepagi mungkin di hari Rabu (4/2/2009) itu sirna tatkala babe Ervan menyampaikan kabar buruk. Satu sepeda motor tunggangan kami ternyata tidak bisa digunakan. Lha mau bagimana lagi? Namanya juga sepeda motor pinjaman.
Akan tetapi babe Ervan tidak putus semangat. Dirinya lantas meminta tolong salah satu sepupunya yang kebetulan sedang ada di Bali. Yup! Dialah Upi yang kelak menjadi kawan akrab sepanjang perjalanan. Tentu saja, Upi pun datang menghampiri kami dengan sepeda motornya. Alhasil, kami pun terbebas dari peliknya masalah transportasi di hari ketiga ini.
Alhamdulillah juga cuaca di hari ketiga penjelajahan kami di Bali ini lebih bersahabat ketimbang hari kedua. Hujan memang sempat turun lumayan deras tapi ya tidak berlangsung lama. Kami pun masih bisa menikmati petualangan tanpa mengenakan jas hujan.
Narsis di Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana
Penjelajahan di hari ketiga ini berkutat di seputar Kabupaten Badung, Bali yang dekat-dekat pantai. Tujuan kami yang pertama adalah Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana yang terletak di selatan Badung.
Berdekatan dengan Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana ada lokasi wisata populer lain yang bernama Pura Uluwatu. Sebenarnya kami ada rencana untuk mengunjungi Pura Uluwatu itu. Akan tetapi, berhubung pas saat itu kondisi cuaca sedang mendung-mendung mau hujan dan juga mempertimbangkan faktor waktu, maka niat tersebut akhirnya kami urungkan.
Oh iya, di hari ini, babe Joko hendak bertemu dengan “calon mbak iparnya”, sehingga jadwal yang kami susun harus seirama dengan jadwal “calon mbak iparnya” itu.
Pantai Dreamland di Pecatu Indah Resort
Demi menuruti hasrat babes lain yang menganut paham “tidak afdol datang di Bali kalau belum merasakan pasir pantainya”, kami pun memacu sepeda motor menuju ke Pantai Dreamland yang lokasinya tidak seberapa jauh dari Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana.
Kami sempat bingung dan kagok, karena untuk masuk pantai ini kami terlebih dahulu harus memasuki sebuah kompleks hunian yang masih dalam tahap pembangunan. Namun keraguan kami seketika hilang ketika kami menyaksikan panorama laut dari salah satu sudut kompleks hunian tersebut. Untuk dapat menikmati pantai ini, pengunjung harus merogoh kocek Rp5.000 per orang.
Usut-punya-usut pantai ini sebenarnya merupakan bagian dari proyek Pecatu Indah Resort yang dikembangkan oleh Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto. Seperti yang dilansir harian Kompas (9/2/2009), proyek Pecatu Indah Resort akan kembali dilaksanakan setelah terhenti selama 10 tahun semenjak krisis moneter tahun 1998.
Menurut Made G Putrawan, selaku Komisaris Utama PT Bali Pecatu Graha yang juga pengelola PIR, sedikitnya 12 hotel berbintang kelak akan menghuni kawasan seluas 400 hektar ini. Selain itu ada juga lapangan golf dan rencana pembangunan New Kuta Village, sebuah pusat bisnis dan eksibisi berkapasitas 3.000 orang.
Melihat beragamnya fasilitas eksklusif yang disebutkan di atas, nggak heran kalau proyek Pecatu Indah Resort ini bakal menelan dana sekitar Rp8,625 triliun. Akan tetapi, dibalik segala kemewahan tersebut, kawasan Pecatu Indah Resort masih menyimpan lahan seluas 17 hektar milik 20 keluarga yang belum bersedia untuk melepasnya.
Dari sudut-sudut Pantai Dreamland kami bisa menyaksikan sisa-sisa dari hunian warga yang berubah fungsi menjadi lapangan golf. Apakah ini alasannya yang menyebabkan 20 keluarga tersebut belum rela kalau lahannya diambil proyek Pecatu Indah Resort?
Yang jelas, di tempat ini kami menyaksikan karya eksploitasi manusia atas sumber daya alam Bali. Efek dari kapitalisme kah ini?
Sunset di Pantai Kuta
Mengakhiri penjelajahan di kabupaten Badung, kami menutupnya dengan singgah di salah satu pantai sejuta umat di Bali. Apalagi kalau bukan Pantai Kuta. #senyum.lebar
Di Pantai Kuta inilah (akhirnya) kami bisa menyaksikan terbenamnya matahari di Bali. Walau untuk itu kami harus ikhlas tidak menceburkan diri ke laut. #sedih
Sembari babe Joko sibuk menjalin keakraban dengan “calon mbak iparnya” yang kebetulan mampir di pantai Kuta, aku menghabiskan waktu memotret kenarsisan Babe Minky dan juga mengamati perilaku para warga Bali yang sebagian di antaranya berusaha “berasimilasi” dengan turis asing.
Kunjungan Dadakan ke Rumah "Camer"
Oh ya, malam harinya kami beserta Upi bersilaturrahmi ke kediaman tetangga babe Ervan yang ternyata ... ehem... ada kaitannya dengan kisah asmara babe Ervan yang lumayan pelik.
Memang sih maksud hati cuma ingin meminjam motor untuk esok hari, tetapi kok malah kami di sana tampil laksana pengawal babe Ervan untuk lamaran ya? Hahahaha. #senyum.lebar
Tapi semuanya kami anggap terbayar lunas karena di sana kami makan enak setelah sore harinya kami terpaksa makan "konsistensi". Jangan lupa, nanti undangannya dikirim ke alamat kami ya Van! #senyum.lebar
NIMBRUNG DI SINI
-
#EMJumat, 2 Apr 2010, 20:59 WIBerVan.... wiu... sidane kapan Van?...hohoho, siap dapet undangan ki....(tapi nyampe rumah ga ya? pak POSe...ki....)kalau gitu undangan diambil di tempat aja :)
-
#EKA SITUMORANG - SIRKamis, 28 Mei 2009, 17:48 WIBkoq poto bule2 bugil nya gak ada ahahhahaga ada mbak...masalahnya yg motret malu ngeliat bule bugil yang bulunya bejibun :D
-
#ERVANSelasa, 17 Feb 2009, 23:06 WIBlho kok bisa ada potoku ditempat camer?bukane kamu gag bawa kamera wis?wuih..dimasukin blog gini, kalo fans2ku baca bisa pada patah hati ki.hahaha...(narsis)Itu foto pake kamera hapenya Ipin. Agak jelek sih gambarnya, tapi itu cukup buat menunjukkan ke dunia kalo kamu gugup pas waktu itu. hehehe