“Lihat, mereka sudah sampai sini.”, ujar Pakdhe Timin
Aku pun menoleh, melihat pasangan ibu dan anak itu yang tampak kian mendekat ke arah kami. Waktu hampir menunjukkan pukul 11 siang. Kalau melihat seragam si anak, besar kemungkinannya sang Ibu tengah menjemput anaknya pulang dari sekolah (mungkin TK) dengan berjalan kaki.
Adegan yang cukup lumrah, biasa kita jumpai sehari-hari. Kalau di kota besar, biasanya sang anak dijemput menggunakan kendaraan bermotor, entah mobil, sepeda motor, atau angkutan umum. Mungkin juga di pedesaan Ngoro-oro ini banyak orangtua yang menjemput buah hatinya menggunakan sepeda motor, namun Ibu ini memilih untuk berjalan kaki.
Kalau di kota besar, ada yang menugaskan orang lain untuk menjemput buah hatinya, sebab orangtuanya sibuk dengan pekerjaan yang sulit untuk ditinggal. Namun di pedesaan, ritme hidup tidak sepadat di kota besar, jadi orangtua masih bisa meluangkan waktu untuk menjemput buah hatinya.
Sejenak aku termenung, mengingat-ingat kapan terakhir kali aku dijemput oleh orangtuaku pada saat aku masih duduk di bangku sekolah. Mengenang masa kecil dan membandingkannya dengan masa kini, kadang menghidupkan kenangan tersendiri.
Terik mentari menyadarkanku dari lamunanku. Saatnya pergi menuju jembatan gantung Lemah Abang.
NIMBRUNG DI SINI
lokasi termenungnya D