Maw Mblusuk?

HALO PEMBACA!

Selamat nyasar di blog Maw Mblusuk? !

Di blog ini Pembaca bisa menemukan lokasi-lokasi unik seputar aktivitas blusukan-ku ke sana-sini. Eh, kalau ada kritik, saran, atau pesan bilang-bilang aku yah! Nuwun!

Cari Artikel

LANGGANAN YUK!

Dengan berlangganan, Anda akan senantiasa mendapatkan update artikel terbaru blog ini.


Bisa berlangganan melalui e-mail.

oleh FeedBurner

Atau melalui RSS Feed berikut.
feeds.feedburner.com/mblusuk
Senin, 12 Desember 2011, 13:19 WIB

Camping alias berkemah di tengah hutan itu sudah hal yang biasa. Yang tidak biasa adalah berkemah di depan gedung rekrorat. Sudah tentu, pelakunya bukan para anggota pramuka yang tengah menghadiri hajat persami atau jambore. Melainkan para mahasiswa Sekolah Vokasi UGM yang sedang menyatakan aspirasi. Istilah tenarnya, aksi.

 

Ada apakah gerangan?

 

Kliping

Semenjak tahun 2009, UGM telah menutup semua program ekstensi atau yang disebut program swadaya. Hal ini dilakukan untuk menjaga mutu dan profesionalisme pendidikan di universitas tersebut.

 

Wakil Rektor Senior Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada (UGM) Retno Sunarminingsih Sudibyo mengatakan, dengan penutupan tersebut, UGM tidak lagi menyediakan program alih jalur dari jenjang diploma ke sarjana. ”Alih jalur tidak bisa lagi secara otomatis dilakukan karena materi di jalur sarjana dan diploma sudah berbeda,”  kata Retno di Yogyakarta, Senin (23/02/2009).

 

Hal ini juga sesuai dengan keputusan senat dan surat keputusan rektor yang menyatakan bahwa program diploma adalah program belajar yang terminal. Artinya, untuk meraih gelar sarjana, seorang lulusan diploma harus mulai sebagai mahasiswa baru serta melalui proses matrikulasi terlebih dahulu. ”Ini dilakukan karena kami tidak ingin mengeluarkan ijazah yang bisa dibilang mudah, tetapi tidak sesuai dengan standar mutu pendidikan di UGM,” kata Retno menambahkan.

 

Sumber: Kompas.com, 24 Februari 2009.

 

aksi unjuk rasa mahasiswa sekolah vokasi diploma 3 UGM Jogja menuntut dibukanya ekstensi alih jurusan ke S1 

 

Bagi para mahasiswa Sekolah Vokasi UGM (yang dahulu dikenal dengan program Diploma 3 alias D3), ketetapan rektorat tersebut bagaikan mimpi buruk. Bahwa hingga akhir hayat, mereka harus rela bersanding dengan gelar Amd. Tak ada secuilpun jalan bagi mereka untuk merasakan jenjang pendidikan sarjana.

 

Sebagaimana yang dikabarkan oleh situs FORKOMSI UGM ini.

 

Kliping

Mahasiswa Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada MENUNTUT:

 

  1. Rapat pleno SA universitas Gadjah Mada dimajukan hari senin tanggal 12 Desember 2011.
  2. Universitas gadjah mada memberi kesempatan Prodi S-1 Lingkungan UM untuk melaksanakan Proram alih jenis.
  3. Universitas  Gadjah Mada memberi jaminan akan membahas dan mencantumkan prasyarat alih jenis yang diajukan mahasiswa Vokasi dalam rambu-rambu umum antara lain:
    1. Tidak ada pembatasan IPK 3.5/cumlaude.
    2. Tidak ada pembatasan prodi untuk alih jenis ke jenjang sarjana.
    3. Tidak ada pembatasan angkatan kelulusan.
    4. Kuota minimal mahasiswa alih jenis yang harus diterima minimal 50% dari jumlah mahasiswa yang mendaftar pada setiap fakultas/jurusan.
    5. Lulusan Diploma III sekolah Vokasi UGM berhak melanjutkan Alih Jenis di fakultas/jurusan S-1.
    6. Rambu- rambu khusus program alih jenis yang ditentukan fakultas/ jurusan terkait tidak bertentangan dengan rambu-rambu umum.

 

Sumber: forkomsiugm.wordpress.com, 9 Desember 2011.

 

Berhubung aku bukan mahasiswa Sekolah Vokasi, jadi aku meminta pendapat Paris, seorang kawan yang dahulu menempuh program D3 Elins Komputer dan Sistem Informasi UGM dan berlanjut ke ekstensi S1 Elins Program Swadaya Ilmu Komputer UGM.

 

Kebanyakan mahasiswa yang masuk D3 itu hampir 80% ke atas karena nggak keterima di S1. Aku ya dulu begitu . Jarang banget yang masuk karena memang pilihan utama.

 

Program D3 atau D4 harusnya lebih ditekankan ke keahlian (praktikal) dengan memperbanyak praktikum, berbeda dengan S1 yang lebih ke analisis. Tapi, mata kuliah untuk S1 sedikit banyak ada juga di D3, begitu pula sebaliknya.

 

Yang perlu diperhatikan sebenernya pola pikir calon mahasiswa baru dan orang tuanya bahwa tujuan dari program D3 dan S1 itu berbeda. Jangan karena gagal masuk S1 lantas pelarian ke D3. Ada temenku yang sudah kuliah D3 tapi ikut tes S1 lagi.

 

Tapi pasar di Indonesia juga belum sepenuhnya terbuka untuk lulusan D4. Mana ada lowongan kerja untuk D4? Paling ada beberapa, tapi kebanyakan D3.

 

Hmmm, sepertinya aku mulai paham.

 

aksi unjuk rasa mahasiswa sekolah vokasi diploma 3 UGM Jogja menuntut dibukanya ekstensi alih jurusan ke S1 

 

Pertama, program D3 dan S1 itu berbeda. Walau sama-sama bertempat di universitas, tapi keduanya jelas berbeda. Program D3 lebih menekankan kepada praktikum, sedangkan S1 lebih condong kepada akademis.

 

Sebagai contoh, dalam proses membuat kue (nggak apa-apalah contohnya sedikit nyeleneh ). Mahasiswa D3 diajarkan untuk terampil berkreasi mencipta berbagai macam kue. Namun perihal proses yang terjadi pada kue saat dimasak, seperti bagaimana kue bisa mengembang, bagaimana kandungan kalorinya, pokoknya segala sesuatu yang berkaitan dengan teori dan pemahaman, itu yang lebih menguasai ya mahasiswa S1.

 

Jadi, menurutku program ekstensi atau alih jenis dari D3 menjadi S1 itu “sebenarnya” tidak bisa dilakukan, sebab ya itu tadi, tujuan dari pendidikannya sudah berbeda. Jikalau mahasiswa D3 ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, mau tidak mau harus memilih program D4. Namun program D4 ini belum tersedia di Sekolah Vokasi UGM. Di lain pihak, banyak yang merasakan bahwa D3 dan S1 sebenarnya “hampir sama”, jadi mengapa tidak bisa “disatukan”?  

 

 

Kedua, sepertinya “pelarian” hingga saat ini masih kerap terjadi, seperti yang diungkapkan Paris, tidak keterima di S1 ya ke D3 saja. Yah, tinimbang menganggur. Toh, sama-sama kuliah juga. Bedanya “nyaris tak terlihat”. Namun jangan salah, program diploma (juga program sarjana) itu ibarat jebakan betmen. Once you get in, you can’t never get out.

 

Ini menjadi kendala bagi mereka yang memilih program D3 sebagai pelarian. Bagi yang mendamba pendidikan sarjana yakni S1, S2, hingga S3, semua itu hanya tinggal impian belaka jika sudah bergelar Amd. Kecuali ya itu, mengulang kembali program sarjana dari awal (S1) dan yang demikian tak bisa disebut sebagai ekstensi karena semuanya harus fresh from beginning.

 

 

Ketiga, sudah menjadi semacam rahasia umum di antara kita bahwa ada semacam “kasta” dalam jenjang pendidikan tinggi. Yakni, kita tahu bahwa S1 dipandang lebih tinggi dari D3, bahkan mungkin D4 sekalipun. Sebagai contoh dalam dunia kerja, CPNS yang bergelar ahli madya ditempatkan pada golongan II/C, sedangkan yang bergelar sarjana pada golongan III/A. Di berbagai lowongan kerja, lebih banyak yang mencari lulusan S1 dibandingkan D3 dan D4. Jadi kalau lantas banyak calon mahasiswa yang mendamba-dambakan gelar sarjana muda itu hal yang lumrah bukan?

 

Kabarnya, Sekolah Vokasi UGM memang berencana untuk membuka program D4.

 

Kliping

"Untuk pengembangan ke depan, Sekolah Vokasi akan membuka jalur D4 untuk kelanjutan studi mahasiswa D3," kata Direktur Sekolah Vokasi UGM M Arrofiq ST MT PhD di kampus UGM.

 

Mengenai jadwal pembukaan jalur tersebut, Dia belum dapat memastikan karena menunggu kesiapan masing-masing Prodi. Di samping itu, pihaknya juga harus mempelajari pasar, peluang kerja sama, serta fasilitas yang ada agar program itu menjadi satu kesatuan yang utuh. "Kalau Prodi sudah siap, maka jalur D4 akan dibuka, tapi saya tidak punya data Prodi mana saja yang siap," katanya.

 

Sumber: suaramerdeka.com, 8 Desember 2011.

 

Jadi, alangkah baiknya jika pihak Sekolah Vokasi tak berlama-lama membuat mahasiswanya galau dengan segera membuka program D4. Di lain pihak, mahasiswa program D3 pun semestinya harus sadar, bahwa “jalur yang benar” bagi mereka adalah melanjutkan ke D4 dan bukan S1.

 

Bagi calon mahasiswa, sebaiknya pikirkan matang-matang program studi apa yang akan ditempuh beserta resiko yang bakal dihadapi. Jangan lagi memilih program D3 hanya karena tidak diterima di program S1.

 

 

Jadi, bagaimana pendapat Pembaca?

Apa Pembaca juga mahasiswa D3 yang mendambakan S1?


NIMBRUNG DI SINI

UPS! Anda harus mengaktifkan Javascript untuk bisa mengirim komentar!
  • SYAHRUL
    avatar komentator ke-0
    SYAHRUL #Rabu, 14 Mar 2018, 11:32 WIB
    Saya mahasiswa alat berat D3 Politeknik Banjarmasin apakan bisa melanjutkan D4 di Sekolah Vokasi UGM?
    Silakan hubungi Sekolah Vokasi UGM (telepon: 0274-541020) untuk informasi lebih rinci.
  • SUSMIYATI
    avatar komentator ke-1
    SUSMIYATI #Senin, 18 Ags 2014, 18:44 WIB
    Ya saya dr D3 bngung mw lnjutin S1 pa D4
    Dari D3 enaknya ke D4 saja mbak.
  • PADIM
    avatar komentator ke-2
    PADIM #Selasa, 11 Mar 2014, 19:34 WIB
    Aku lulusan s1. Mau lanjut ke s2 fkm yang ekstensi ada xnggak?
    S2 kok ekstensi? Ekstensi itu kalau pindah dari jenis jenjang yang berbeda. Lebih lanjut baca ini dulu aja ya http://ph-gmu.org/
  • ZULFI
    avatar komentator ke-3
    ZULFI #Jumat, 3 Ags 2012, 18:26 WIB
    Saya lulusan d3 yang gak mau nerusin S1,
    good! :D
  • INDRA
    avatar komentator ke-4
    INDRA #Selasa, 27 Mar 2012, 15:20 WIB
    Aku dari D3 HUKUM UGM, satun-satunya jurusan yang ada di indonesia dan tidak ada di univ lain :)
    Bangga dong Kang! Sudah lulus belum? Semoga sukses selalu yah! :D
  • DITO
    avatar komentator ke-5
    DITO #Rabu, 15 Feb 2012, 17:17 WIB
    sedangkan jalur akademik contoh bidang Teknik
    SMA-S1 (gelar ST)-S2 (Gelar MT)-S3 (Gelar Doktor)

    beda akademik (S1) dan terapan (D4) secara gampangannya teori Vs Praktek
    Akademis (S1) Teori 60-praktek 40
    vokasi (D4) Teori 40-praktek (60)
    jadi misalnya Mata kuliah Ngelas
    di S1 matakuliah akan 3 SKS tanpa praktikum (belajar semua teori ngelas)
    sedang di D4 akan 2 SKS dan praktikum 1 SKS (belajar sedikit teori ngelas, langsung praktikum)

    materi/teori akan lebih sedikit di D4 lebih banyak praktikum (hampir semua Mata kuliah ada praktikumnya), karena itu banyak Mata Kuliah yang paling 2 SKS, sedang di S1 akan lebih banyak 3 SKS

    itu hanya contoh kasarnya/gampangannya :D
    Terima kasih Mas Dito atas penjelasannya :)
  • DITO
    avatar komentator ke-6
    DITO #Rabu, 15 Feb 2012, 17:03 WIB
    D4 banyak kok Mas lowongannya, kalo ndak percaya ketik di google \"LOWONGAN D4\"
    salah satunya yang muncul ini

    Lowongan Kerja Chevron Indonesia
    Experienced position is available for applicant with minimum 4 years related experiences or as required by the position.

    DRILLING ENGINEER (Ext-46/TCL/EXP/CICO/DW/2011)
    Education: S1 / D4
    Discipline: Chemical Engineering, Mechanical Engineering, Petroleum Engineering
    Work location: Jakarta
    Exp Date: 31-10-2011

    GEOPHYSICIST SEISMIC (Ext-48/TCL/EXP/CICO/EXPL/2011)
    Education: S1 / D4
    Discipline: Geology, Geophysics, Physic
    Work location: Jakarta
    Exp Date:31-10-2011


    TEAM MANAGER PLANT OPERATION & MAINTENANCE (Ext-150/TCL/EXP/CGI/GEOT/2011)
    Education: S1 / D4
    Discipline: Electrical Engineering (Power), Instrumentation, Mechanical Engineering
    Work location: Duri
    Exp Date: 31-10-2011

    IT Engineer (Ext-27/TCL/EXP/CGI/PLANNING/)
    Education: S1 / D4 Computer Engineering/Science, Informatics Engineering
    Work location: Rumbai
    Exp Date: 31-10-2011

    PT PLN (Persero) - Recruitment S1, D4, D3 PLN December 2011 ...
    3 Des 2011 ... Lowongan Kerja Terbaru Februari 2012 | BUMN & CPNS 2012 · HOME · Mobile
    Version CPNS BUMN · Bank/Finance · Mining · Oil/Gas · FMCG · Telco ... PT
    PLN (Persero) - Recruitment S1, D4, D3 PLN December 2011 ...
    di PNS, D4 sama dengan S1 yaitu sama - sama IIIA.
    di Luar Negri, khususnya bidang Teknik, D4 disebut sebagai Engineering Technologist, lulusannya disebut sebagai Technologist, sedangkan S1 disebut Engineering, lulusannya disebut Engineer.
    Bedanya S1 lebih mendalam dan lebih banyak matematikanya, D4 lebih sedikit.
    dari segi teori/praktek, D4 lebih sedikit teorinya lebih banyak prakteknya.
    cuma karena di Indonesia belum begitu dikenal, maka lowongan-lowongan yang seharusnya untuk D4 malah diisi S1, seharusnya S1 untuk peneliti, dosen, atau HRD, nanti dijarapkan lanjut S2-S3. sedang D4 untuk langsung kerja, makanya skillnya lebih bagus, praktek lebih banyak, matematika lebih sedikit.

    sedikit koreksi komentar di atas,
    dokter itu bukan S1, spesialis bukan S2. urutannya begini
    bidang akademik S.Ked (S1)-M.Si/MPH (S2)- Dr /Doktor(S3)
    bidang profesional dr (spesialis 1)-SpOG (spesialis 2)- SpOG (K) (spesilias 3)
    contoh lain:
    kalau ekonomi ada SE-M.Si/M.Ec-Doktor
    di bidang Vokasi/profesional ada SSET (Sarjana Sain Ekonomi Terapan)-MBA-DBA
    -----------

    untuk D3, itu pendidikan untuk mengisi jabatan TEKNISI
    kalau mau lanjut lebih tepatnya ke TECHNOLOGIST/D4/Sarjana Sain Terapan (SST)

    lowongan untuk Diploma cukup banyak, apalagi Diploma III, namun karena kebanyakan masyarakat Indonesia belum begitu kenal, namun lambat laun SST/D4 akan dikenal juga oleh masyarakat. untuk SST/D4 nanti setelah dikenal akan lebih dibutuhkan daripada S1, karena lulusannya lebih siap pakai, lebih banyak praktek, lebih trampil daripada S1. Saat ini memang masih dalam taraf perjuangan untuk memperkenalkan diri, maka banyak yang menghindar karena tidak mau susah :D

    saat ini pemerintah sudah menerbitkan KKNI, membagi dua jalur pendidikan, akademis dan vokasi/profesional. Vokasi bisa sampai ke Doktor Terapan.
    PENS sudah membuka S2 Terapan.
    jadi jalurnya dari SMK-D1-D2 (Gelar A.Ma)-D3 (Gelar A.Md)-D4(Gelar SST)-S2Terapan (Gelar MT), S3 Terapan (Gelar Dr.)
    Wah, ternyata banyak juga ya yang membutuhkan D4. Semoga kalau UU tentang pendirian Pendidikan Magister Terapan dan Doktor Terapan, Diploma akan lebih terkenal dan punya nilai jual yang bersaing dengan sarjana. :)
  • ANOMIN
    avatar komentator ke-7
    ANOMIN #Senin, 6 Feb 2012, 01:28 WIB
    setahu saya, sarjana muda (BSc) ditulis S0 muda D3 untuk yang menyelesaikan 140 sks dari 180 sks syarat lulus S1
    masak?
  • SMILE
    avatar komentator ke-8
    SMILE #Senin, 2 Jan 2012, 02:38 WIB
    dulu sempet gak ketrima di S1 ugm, dan hampir aja niatannya mau masuk vokasi ugm,tp dpt saran dari tante yg juga dosen ,,klo nda keterima di UGM mending masuk UII aj,utamanya masuk FH UII toh kulaitasnya beti (beda tipis),,liat aj alumninya byk yg berkiprah sbg tokoh nasional..
    Sepertinya di dunia kerja, lulusan hanya dipandang saat seleksi penerimaan karyawan. Selebihnya, ilmu kita harus selalu dikembangkan. Kalau hanya mengandalkan ilmu dari bangku perkuliahan tidak bakal bisa bersaing.
  • ISMAIL
    avatar komentator ke-9
    ISMAIL #Senin, 2 Jan 2012, 02:27 WIB
    hampir aja dlu pas gak ketrima di ugm mau ngelanjutin di vokasi ugm, tp dapet saran dari tante ku yg jg dosen, mending klo di jgja nda ktrima S1 di Ugm masuk UII aja,,tp cari pilihan yang utama masuk Fh UII,,toh kulitasnya beti (beda tipis),,liat aja alumni UII yang berkiprah sebagai tokoh nasional..
    hahaha iya, sebenarnya saya juga merasa kalau kualitas lulusan di setiap perguruan tinggi itu hampir serupa. Toh pada akhirnya harus beradaptasi dengan dunia kerja juga kan?

    Sekarang apa sudah lulus Kang?
  • JARWADI
    avatar komentator ke-10
    JARWADI #Sabtu, 17 Des 2011, 10:31 WIB
    oh, ternyata D3 dan S1 itu bedanya seperti itu :D
    Ya begitulah Kang :D
  • SRIYONO SEMARANG
    avatar komentator ke-11
    SRIYONO SEMARANG #Kamis, 15 Des 2011, 18:01 WIB
    aku mbiyen sarjana teknik universitas terkemuka di jawa tengah, nggolek kerja yo angelllll kok, wis duite nggo tuku dslr karo pit wae nggo gawe website... hhh...
    Dimana-mana sekarang nyari kerja ya susah Kang. Duwid e ora dicelengi po?
  • ENDANG KUS
    avatar komentator ke-12
    ENDANG KUS #Selasa, 13 Des 2011, 18:02 WIB
    Lulus D3:sarjana muda (bachelor) dulu gelarnya: BSc/BcHk, kini gelarnya Ahli Madya: AMd
    Lulus S1: sarjana dulu gelarnya: Ir, Mr, Dra(putri), Drs(putra), kini gelarnya: ST, SP, SH, SE, SKed (untuk profesi tambah pendidikan lagi dan gelarnya dr (dokter).
    Sarjana Strata 2 : gelarnya: MM, Mkes, MMR, MHum
    Setingkat S2 adalah PPDS (pend dokter spesialis), gelarnya Dr; Sp.OG, Sp.S, Sp.B
    PPDS Sub Spesialis, gelarnya Dr; Sp.BS (Spesialis Bedah Saraf)
    Sarjana Strata 3: gelarnya DR (doktor)
    Wow, terima kasih atas koreksinya mas/mbak Endang. Segera saya perbaiki istilah-istilah di artikel ini. Matur Nuwun sangat.
  • TORO
    avatar komentator ke-13
    TORO #Selasa, 13 Des 2011, 12:33 WIB
    aku lulusan d3 yang tidak mendambakan s1... huahahahaha.....
    Lha kalau masuk S1 nanti diberi DSLR pasti dirimu yo kepingin tow? :p
  • BUDIONO
    avatar komentator ke-14
    BUDIONO #Selasa, 13 Des 2011, 07:47 WIB
    memang jauh beda antara d3 dan s1, dan betul, hampir tidak ada yang sejak awal cita-
    citanya masuk d3, kebanyakan karena gagal masuk s1 lalu ambil alternatif daripada
    tidak kuliah. makanya di ITS sekarang ada d4, dimana anak d3 bisa lanjut ke d4 yang
    disejajarkan dengan level s1..
    semoga kelak UGM meniru langkah ITS untuk menyelenggarakan program D4 di Sekolah Vokasi ...
  • PARIS
    avatar komentator ke-15
    PARIS #Senin, 12 Des 2011, 16:36 WIB
    koreksi... saya dari D3 KOMSI bukan Elins, juga Program Swadaya ILKOM bukan ekstensi S1 Elins. Satu lagi bukannya yang disebut Sarjana Muda itu ya gelar A.Md itu?
    Koreksi diterima Le. Harap maklum baru kali ini nulis hal-hal berbau akademis begini. Setahu saya sarjana muda itu gelar S1 tow? (Bachelor). Kalau D3 kan Ahli Madya, D4 nya Sarjana Sains Terapan. Apa ada sumber yang lebih akurat? Nuwun.