Pinginnya sih makan malam, tapinya bingung mau makan apa. Mungkin ya karena belum lapar-lapar banget. Soalnya, baru beberapa jam yang lalu makan siang yang kesorean di Food Court Diponegoro. Tapi ya, Minggu malam (22/4/2018) ini tetap perlu mengisi perut supaya aku bisa minum obat.
Ah, daripada bingung-bingung mending nge-ronde dulu sajalah di warung rondenya Mak Pari.
- Katanya, letak warung ronde ini lumayan dekat dari hotel.
- Katanya lagi, selain ronde di sana juga ada banyak camilan.
- Katanya pula, ronde Mak Pari ini termasuk salah satu ronde legendaris di Kota Salatiga.
Alhasil, wajib buat disambangi toh?
Apalagi sang istri juga ayuk-ayuk aja diajak ngeronde, hehehe.
SILAKAN DIBACA
Jadi, sehabis menunaikan salat Isya, kami langsung meluncur (untuk yang kesekian kalinya pada hari ini ) ke Alun-Alun Kota Salatiga. Cukup setengah tawaf keliling alun-alun dan berbelok ke Jl. Brigjen Sudiarto yang di sana ada toko sepeda Rodalink-nya.
Belok kiri (timur) ke Jl. Merbabu di pertigaan pertama Jl. Brigjen Sudiarto. Di sini sempat terlalu pede bersepeda motor tanpa melihat Google Maps sehingga nyasar masuk gang buntu.
Tapi, akhirnya ketemu juga pertigaan ke Jl. Merapi dan Warung Ronde Mak Pari. Di seberang warung jejeran sepeda motor terparkir rapi. Juru parkirnya seorang bapak sepuh berambut putih yang ramah.
Alamat lengkap Warung Ronde Mak Pari ini adalah di Jl. Merapi No. 19, Kelurahan Kalicacing, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga, Jawa Tengah.
Masuk ke Warung Ronde Mak Pari, kami langsung disambut dengan beragam pilihan menu yang terpajang di spanduk di dinding. Ada
- ronde jahe,
- ronde tape,
- ronde jeruk,
- ronde wijen,
- ronde cokelat,
- ronde komplit,
- ronde kacang ijo,
- ronde rumput laut,
- ronde susu coklat, dan
- ronde susu putih.
Weh! Banyak amat variasi rondenya!?
Kreatif juga ini warga Kota Salatiga bisa bikin ronde terkenal dengan varian yang sebegitu banyak macamnya. Jadi bingung mau memilih yang mana kan?
Untungnya sih harganya nggak membingungkan. “Ronde Rp7.000” adalah tulisan yang tercetak pada kertas berlaminating yang tertempel di tiang dekat meja kasir.
Karena nggak mau kebanyakan pusing dan kesempatan langka mampir ke sini, jadinya aku pesan ronde komplit. Sang istri terlucyu pesannya ronde jahe.
Kami duduk berhadap-hadapan di bangku panjang. Di atas meja panjang terhampar beragam wadah plastik warna-warni berisi beragam camilan. Ada tahu bacem, tempe bacem, jadah, sate usus, sate puyuh, dan segala macam pangan lain yang lazim dijumpai di angkringan atau HIK.
Sambil menunggu pesanan ronde terhidang, satu-dua cemilan pun tergiring ke perut. Rasa-rasanya, Warung Ronde Mak Pari ini konsepnya mirip seperti angkringan. Di sini tempatnya pengunjung berlama-lama ngobrol sambil ngemil dan menyeruput ronde hangat.
Bedanya, Warung Ronde Mak Pari ini kan tempatnya di dalam rumah. Kalau angkringan atau HIK kan mayoritas di luar ruangan. Jadi, semisal warga Kota Salatiga sedang kepingin nongkrong ngirit sambil menghangatkan diri mungkin mereka bakal merapat ke sini.
Yang ditunggu-tunggu akhirnya mendarat di meja juga. Semangkuk ronde jahe dan semangkuk ronde komplit. Ukuran mangkuknya serupa dengan mangkuk ronde di Yogyakarta.
Eh... kecuali mangkuk ronde di Jl. Imogiri Timur ya.
Perkara komponen penyusunnya, ronde jahe dan ronde komplit hampir mirip. Tapi jelas yang lebih banyak isinya ya ronde komplit lah.
Ronde jahe: air jahe, bola ronde, kolang-kaling, agar-agar merah, kacang goreng.
Ronde komplit: air jahe, susu kental manis cokelat, bola ronde, kolang-kaling, agar-agar merah, kacang goreng, rumput laut.
Soal rasanya sih 11-12 dengan wedang ronde yang biasa dijual dengan gerobak di seputaran Kota Jogja. Rasa air jahenya tergolong lembut, nggak terlalu nyegrak seperti kalau memesan wedang jahe di angkringan.
Aku juga suka dengan perpaduan air jahe dengan susu kental manis cokelat yang hasil akhirnya nggak terlalu manis. Tapi, menurutku lebih enak mungkin kalau pakai susu kental manis putih. Mungkin besok-besok pas memesan ronde komplit harus bilang kalau susunya putih.
Yang bikin agak-agak, mungkin rondenya ya? Selain karena hanya diberi 2 ronde per mangkuk #we.want.more, isi rondenya kurang nendang. Mungkin karena buatku filling kacang tanahnya kurang banyak. Aku sih mendambakan ronde yang isiannya banyak seperti isiannya kue moci, hahaha.
Kalau untuk komponen penyusun yang beraneka ragam itu, buatku sih fine-fine saja. Awalnya ya agak lucu saja mendapati banyak “pernak-pernik” di dalam semangkuk wedang ronde. Tapi, bagaikan beradaptasi dengan teman kos-kosan baru yang beda perilaku, lama-lama ya juga terbiasa. #eh
Buatku, skor ronde Mak Pari ini ya 7,5 dari 10 lah.
Mungkin karena aku terbiasanya menyantap wedang ronde pakem Jogja, jadinya perlu penyesuaian dengan wedang ronde pakem Salatiga.
Tapi, secara keseluruhan, wedang ronde Mak Pari ini menyenangkan kok!
Bagi para pelancong yang sedang singgah di Kota Salatiga dan ingin menghangatkan diri dari dinginnya malam, silakan mencoba singgah di Warung Ronde Mak Pari. Dijamin nggak akan menyesal.
Terima kasih Mak Pari sudah melahirkan wedang ronde legendaris di Kota Salatiga. Semoga keberkahan dari Gusti Allah SWT senantiasa mengalir bagi njenengan sekeluarga.
Sudah barang tentu, meneguk wedang ronde dan ngemil tahu bacem nggak serta-merta membuat perut kenyang.
Tapi, karena rasa malas makan berat masih melanda, akhirnya ya mlipir-lah sebentar ke kawasan Pasar Raya Salatiga sebelum pulang ke hotel. Sebungkus roti bakar cokelat-keju dibawa pulang sebagai antisipasi jikalau tengah malam mendadak kelaparan.
Hmmm… kalau dipikir-pikir, sepertinya nikmat juga nge-wedang ronde sambil ngemil roti bakar, hehehe.
NIMBRUNG DI SINI