Lahir dan besar di Jawa bikin aku terbayang-bayang benda di bawah ini pas mendengar frase “ikan pindang”,
Kalau buat makan kucing ikannya dikukus nggak digoreng.
yang mana itu makanan favoritnya Pungut, Zoro, dan (alm) Kaki Tiga.
Ya Allah, semoga Kaki Tiga mendapat tempat terbaik di sisi-Mu... aamiin... #mengheningkan.cipta
Tapi ini di Kota Palembang, di Sumatra Selatan, dan Jum’at malam (6/2/2015) itu Bapak ngajakin makan malam dengan menu salah satu kuliner khas Sumatra Selatan yang bukan tekwan maupun pempek, melainkan ikan pindang. Lebih tepatnya, ikan pindang patin.
Awalnya, sajian yang terbayang di otakku adalah seperti santapan para peliharaan di atas itu. Tapi ternyata, wujud ikan pindang patin itu seperti di bawah ini.
Kucing-kucing di Palembang makan ikan pindang beginian juga kah?
Ternyata, pindang di Palembang itu adalah teknik memasak dengan air rebusan rempah-rempah. Icip saja kuahnya. Buat yang hobi masak bakal langsung mengecap rasa bawang merah, bawang putih, cabai, lengkuas, sereh, kunyit, daun salam, dan asam jawa.
Gini-gini aku juga hobinya masak. Sayangnya, ini blog kan domain utamanya blusukan, bukan resep-resepan, hehehe.
Salah satu tempat makan yang mengandalkan menu pindang khas Palembang dengan rasa lezat dan harga bersahabat adalah Rumah Makan Pindang Musi Rawas. Alamatnya di Jl. Angkatan 45 no. 18, Pakjo, Palembang dengan nomor telepon (0711) 370 590.
Pengunjung yang hendak ke mari bisa naik taksi atau numpang angkot abu-abu jurusan Pakjo dan turun persis di depan rumah makan.
Rumah makan yang berukuran mungil. Jadi pas jam makan bisa jadi penuh sesak.
Sajian andalan Rumah Makan Pindang Musi Rawas ini sudah jelas adalah pindang ikan patin (Pangasius sutchi) seharga Rp35.000 per porsi. Pengunjung bisa memilih mau ikan bagian kepala atau bagian ekor. Satu porsi pindang bisa disantap rame-rame untuk 2-3 orang.
Selain pindang ikan patin, ada juga pindang udang dan pindang tulang (iga sapi). Beruntunglah Ibu yang nggak doyan ikan air tawar, karena Rumah Makan Musi Rawas juga menawarkan menu lain seperti ayam goreng dan ikan laut. Untuk lebih jelasnya Pembaca bisa menyimak daftar menu di bawah ini. Maaf ya kalau agak blur, hehehe.
Relatif masih terjangkau kantong lah ya. Terutama kalau untuk makan rame-rame.
Penilaian rasa pindang ikan patin ini jelas subyektif karena aku sendiri kurang mantap dengan sajian ikan air tawar yang berkuah. Kuahnya sendiri sih terasa segar. Tapi karena ada aroma khas ikan air tawar (yang orang bilang sih bau tanah) bikin aku nyerah setelah 5 kali nyeruput kuah.
Sedangkan rasa daging ikan patinnya sendiri sih menurutku OK. Skornya 7 dari 10 lah. Agak lembek-lembek gimanaaa gitu. Nggak berlendir sih. Tapi ya enak walaupun nggak gurih. Rempah dari kuahnya terasa di daging ikan dan hanya terkecap sedikit aroma khas ikan air tawar. Mungkin karena aromanya sudah luntur ke kuahnya ya.
Tapi ya berhubung di sini disajikan sambal dan aku punya prinsip semua makanan bisa masuk perut asalkan ada sambal, jadinya ya petualangan kuliner ikan pindang patin ini berlangsung tanpa kendala. Meskipun kalau disuruh nambah pindang ikan patinnya, aku cuma bisa mesam-mesem sambil berujar pelan, “sudah, terima kasih”.
Ikan seluang, semacam ikan wader dari Palembang.
Akhir kata, buat Pembaca yang kebetulan main ke Palembang dan doyan dengan sajian ikan air tawar berkuah, bisa dicoba menyantap pindang ikan patin. Karena komposisi utamanya hanya ikan, air, serta rempah bisa dibilang kalau sajian ini tidak memicu kolesterol maupun asam urat.
Pembaca pastinya doyan dong ikan pindang digoreng yang jadi kegemarannya kucing-kucingku?
NIMBRUNG DI SINI
Pindang adalah jenis masakan bukan jenis ikan, jadi kalau pindang di Palembang bisa berbagai macam jenis: pindang daging, pindang tulang, pindang ayam, pindang burung, pindang udang, dan pindang ikan (tergantung jenis ikan : pindang patin, pindang baung, pondang salai, dll).
Mungkin di Jawa pindang adalah nama ikan jadi cocok kalau disebut ikan pindang seperti ikan patin, okan mas, ikan gurame, dll. Saya bukan orang Palembang tapi numpang lahir dan besar di Palembang.
Bukan penggemar pindang-pindangan. Kalau kepepet diajak orang makan di resto yang ada pindang-pindangnya, lebih milih makan pindang daging/tulang, atau ayam, atau burung, gak suka ikan, apalagi yang basah lembek-lembek gituuu...
Maafkan karena di Jawa ada sebutan ikan pindang jadi terbawa untuk menyebut makanan yang berbeda di Palembang.
Aku belum pernah mencoba pindang tulang. Tapi, untuk yang kurang suka dengan masakan ikan lembek (dan bau tanah), mungkin masakan pindang tulang lebih cocok.
Hmm boleh dicoba nih... Makasih infonya..
Waktu tahun 2012 saya pulang lebaran di Palembang, rasanya pernah lihat nama RM ini. :)
meskipun saya bukan penggemar berat kulineran .. tapi saya suka makan ikan ...
kalau di jakarta atau bandung jarang banget ikan di kasih kuah .. mesti cicip nih
Itu yang Pindang palembang berkuah, Alamaakkk Pengen netes aja nih liur...
Tapi enak sih kalo menurutku, malah tiap dinas Palembang wajib kesitu walaupun
padahal di Bangka ada :D
Waaaah ada yang jago masak nih, duel yuk Mas mihihih
beda dengan ikan pindang masa kecilku dulu di jawa, yang wujudnya persis dengan gambar sampeyan yang pertama
pindang patin, kalau pindang tulang plus daging
hehe pasti habis...msh tetap pilih pindang Jawa
alias gereh kranjang :)
makan nasi kucing terus, haha