Aku mengamati ada tiga hal menarik dari Pasar Ah Poong (dibaca Pasar Apung). Aku mampir ke sana di hari Senin siang (26/1/2015) yang lalu.
Oh iya, buat Pembaca yang belum tahu, Pasar Ah Poong itu bukan pasar, tapi semacam restoran alias tempat makan. Posisinya juga nggak mengapung, melainkan ada di tengah perumahan (elit) Sentul City, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Menarik #1: Masakan Nusantara
Pembaca pasti tahu kalau Indonesia ini punya 34 provinsi, yang mana adalah suatu rejeki yang patut disyukuri bilamana kita bisa menyinggahi kesemuanya. Betul kan? Pasti pingin kan jalan-jalan keliling Indonesia?
Nah, hal pertama yang menarik dari Pasar Ah Poong ini adalah konsep mereka menyajikan masakan dari berbagai penjuru nusantara. Ini ibarat cara alternatif mengenal nusantara tanpa mesti singgah ke sana. Apalagi, bukannya yang namanya wisata kuliner itu selalu terselip di agendanya para pelancong ya? Hehehe .
Untuk yang pertama kali datang kemari, aku sarankan untuk keliling-keliling dulu soalnya Pasar Ah Poong lumayan luas. Tiap gerai spesifik menyajikan satu jenis masakan khas. Tapi keliling-kelilingnya jangan kelamaan, nanti malah jadi bingung milih makan apa, hehehe . Sistem pembayarannya pakai voucher, yang mana kalau sisa bisa diuangkan kembali.
Aku mau curhat sedikit nih. Jujur, aku yang tinggal di Jogja terkadang bosan menyantap makanan lokal yang itu-itu saja. Pingin rasanya ganti suasana lidah menyantap masakan khas dari daerah lain di nusantara. Bayangkan, misal satu bulan ada 30 hari, kan bisa tuh tiap hari menu makanannya berasal dari provinsi tertentu. Jadinya nggak bosan toh?
Hanya saja, tempat makan yang menyajikan menu dari berbagai penjuru nusantara itu jarang ada. Kalau pun ada, biasanya di kota besar yang mayoritas penduduknya heterogen. Tapi masak ya kalau diusung ke daerah jadi nggak laku ya? Apa karena masalah selera? Tapi kok ya rumah makan Padang bisa ada di mana-mana? Hmmm...
Jadi, boleh lah saya nanya ke Pembaca sekalian, apa benar selera kita terbatas untuk menerima masakan dari daerah lain?
Menarik #2: Penataan Cantik
Hal kedua yang menarik dari Pasar Ah Poong adalah penataannya yang menarik. Interiornya cantik dan menarik untuk dipandang dan juga dipotret, hehehe .
Mau bersantap rame-rame di dalam bisa. Mau duduk-duduk ala cafe di luar ruang ya bisa. Mau kencan romantis juga bisa. Atau mungkin mau naik perahu keliling sungai buatan? Bisa juga.
Jadi mikir aku. Mungkin nggak ya warung Tegal atau warung bubur kacang ijo penataannya dibuat menarik seperti ini? Kok ya sepertinya hanya tempat makan "mahal" saja yang penataannya menarik ya? Eh, atau malah jadi "mahal" karena penataannya menarik? Sedangkan kalau tempat makan "murah" penataannya ala kadarnya dan terkadang terkesan jorok. Padahal kan asal ditata dengan kreatifitas nggak mahal. Eh, apa malah kreatifitas itu yang mahal?
Betul nggak Pembaca? Jadi menurut Pembaca bagaimana penataan di tempat makan murah semacam warung Tegal atau warung bubur kacang ijo? Apakah harga masakan dan penataan tempat makan saling berkaitan?
Menarik #3: Disegel Satpol PP ...
Hal menarik ketiga dari Pasar Ah Poong mungkin bakal terlewat begitu saja dari sapuan mata pengunjung. Tapi nggak buatku karena mataku kan suka jelalatan, hahaha . Ini hal yang paling menarik buatku, karena aku baru tahu ada tempat makan yang tetap menjalankan usaha walaupun bangunannya sudah disegel!
Kok jadi mirip sama warung-warung kaki lima ya? Hehehe . Agak khawatir saja, kalau pas baru makan tahu-tahu diusir sama Satpol PP. Membayangkannya saja sudah nggak enak, hahaha .
Lha kenapa Pasar Ah Poong bisa disegel? Padahal ini kan tempat makan mahal? Ya... kalau semua peraturan ditegakkan, bukan hanya sekadar macan kertas, tempat makan mahal atau murah sekalipun bakal disegel kalau benar-benar terbukti melanggar peraturan.
Menurut Tempo, yang bikin masalah adalah Pasar Ah Poong ini nggak punya Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dan melanggar Garis Sempadan Sungai (GSS). Pasar Ah Poong ini kan berdiri di bibir Sungai Cikeas. Mestinya sih jarak bangunan ke garis sungai minimal 15 meter. Tapi ini di jarak 5 meter dari bibir sungai masih ada bangunan yang berdiri di sana.
Ah, aku jadi kepikiran. Berarti kalau ada aturan GSS itu, nggak boleh ada dong yang namanya tempat makan di pinggir sungai?
Coba deh googling dengan kata kunci "riverside restaurant". Apa di Indonesia nggak akan pernah ada tempat makan yang seperti itu ya?
Jadi menurut Pembaca gimana? Tempat makan di pinggir sungai sih memang menarik tapi akibatnya ke lingkungan nanti bisa bikin banjir?
Menarik kan Pasar Ah Poong ini? Lha wong dari namanya saja bisa mengundang perdebatan? hehehe .
NIMBRUNG DI SINI
kaya karet,ga bisa menyajikan makanan dengan baik
tutup saja!
dan menarik
Wuihhh, baru tahu bangunannya disegel. Cuma yang aku nggak ngerti ada banyak tuh tempat-tempat makan yang disegel, tapi kok tetap bisa jalanin usaha ya? Apa gunanya disegel dong?
Aku tipe yang suka banget nyicipin masakan dari daerah-daerah lain Mas. Kalau traveling ke suatu tempat, justru makanan-makanan umum kayak nasi Padang atau yang banyak ada di semua tempat ga bakal aku coba. Pasti incaran pertama makanan khas daerah itu dulu :). Kalo ternyata nggak cocok, baru deh nyari alternatif kayak nasi Padang. :p
Aku juga nggak tahu nih kenapa udah disegel tapi tetap bisa jalan usahanya.
Btw, aku sepertinya bisa menerima citarasa mana saja lho, Mas. Ngga terbatas. Sejauh ini lho, ya. Lha wong hobine makan kok. Nggak sadar body :D
btw pernah ngajak saudara yang datang dari luar kota makan disana, sudah jauh2 ... tapi
menurut dia sih .. makanannya biasa2 aja ... he he
Rasa-rasanya antara pengen dan nggak kepengen berwisata ke tempat yang legalitas pendirian bangunannya dipermasalahkan dan melanggar.
Itu tulisan segelnya ditempel di tiang listrik ya? berarti yang disegel tiang listriknya.. hahahaha
Wekekeke, mestinya bangunan restorannya dikasih police line gitu ya terus baru ditempeli kertas segel. :D
Meski aslinya memang nggak boleh, tapi makan di tepi sungai atau laut itu sensasinya memang menyenangkan kok :D Cuma itu harganya agak kemahalan ya~
Aku mah di sana makan ngikut orangtua aja.
malah bisa bikin longsor. Kalo gak salah, malah harusnya lebih jauh dari 15 meter deh, gue
agak lupa berapanya. hehehe.