Etika Berwisata Alam
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak alam!
- Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Dari namanya saja Dusun Kedungrante sudah menarik. Asalnya dari kata kedung dan rante. Kedung artinya cekungan/kubangan di sungai. Sedangkan rante ya artinya rantai. Nah, bisa dibayangkan kan, kira-kira apa yang menarik dari Dusun Kedungrante ini?
Secara administratif, Dusun Kedungrante masuk wilayah Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Kalau secara geografis, dusun ini ada di lereng Perbukitan Menoreh. Perbukitan yang membentang dari Jogja, Purworejo, hingga Magelang ini sepertinya selalu menyimpan “harta karun” yang menarik untuk dijelajahi. Termasuk di antaranya yang ada di Dusun Kedungrante ini.
Sungainya sih kelihatannya biasa. Tapi jangan salah! Ternyata ada yang luar biasa di sini.
Rame-Rame ke Pelosok Purworejo
Untuk yang kesekian kalinya, aku dan Pakdhe Timin balik lagi ke pelosok Purworejo. Berhubung hari Kamis (19/2/2015) itu bertepatan sama libur Imlek, Pakdhe Timin ngajak rombongan kawan-kawan dari GKJ Papringan. Ada Firman, Tian, Simon, dan Puput.
Muda-mudi GKJ Papringan, Yogyakarta.
Dari kiri ke kanan: Firman, Puput, Tian, dan Simon.
Rute dari Kota Jogja menuju Dusun Kedungrante mudah diingat tapi lumayan menyiksa mesin kendaraan, hahaha .
Dari Kota Jogja, ikuti saja Jl. Godean sampai tembus ke Nanggulan, Kulon Progo. Setelahnya, masih lurus terus menanjak Perbukitan Menoreh sampai tiba di Goa Kiskendo. Dari sini, ambil cabang jalan menuju Kaligesing, Purworejo.
Asal tahu saja, ruas jalan dari Nanggulan sampai Goa Kiskendo itu didominasi tanjakan jahanam. Ada ruas “tanjakan beringin” yang rawan makan korban mesin. Penumpang yang membonceng sepeda motor (seperti aku ) harus siap-siap jalan kaki sepanjang tanjakan ini. Sebabnya, sepeda motor sering nggak kuat nanjak. Nah, kalau sepeda?
Pemandangan yang lumrah dijumpai di tanjakan beringin.
Apabila dihitung-hitung, jarak dari Kota Jogja sampai ke Dusun Kedungrante ada lah sekitar 50-an kilometer. Ya, kira-kira sekitar 1,5 jam perjalanan deh. Yang bikin lama itu ya pas di tanjakannya itu.
Kalau mau ke sini naik angkutan umum agak repot karena dari Kota Jogja mesti ke Kota Purworejo dulu. Dari Pasar Baledono, Purworejo naik angkot jurusan Purworejo – Kaligesing. Habis itu dilanjut naik ojek ke Dusun Kedungrante.
Pas masuk wilayah Dusun Kedungrante, tujuan selanjutnya adalah mencari jembatan. Nggak susah kok menemukannya, sebab jembatannya itu kelihatan dari pinggir jalan raya Kaligesing – Purworejo. Kalau dari arah Yogyakarta, posisinya sebelum Masjid Nurulyaqin (yang juga ada di pinggir jalan raya). Kalau bingung tanya warga sekitar saja.
Masjid Nurulyaqin yang jadi patokan.
Jembatan yang menjadi titik mulai eksplorasi sungai di Kedungrante.
Retribusi untuk jenis kendaraan yang melewati jembatan.
Keindahan yang Tersembunyi Sepanjang Sungai Kedungrante
Sepeda motor diparkir saja di area sekitar jembatan. Sayang, area parkirnya nggak terlalu luas. Kalau bawa kendaraan roda empat ya agak susah nyari tempat parkirnya.
Dari jembatan itu kami turun ke bawah menuju sungai. Lewatnya jalan setapak yang sudah dirapikan oleh warga. Di sepanjang jalan setapak itu banyak bangku-bangku untuk istirahat. Kayaknya enak duduk-duduk sambil menikmati pemandangan sungai, hehehe.
Jalan setapak menyusuri sungai Kedungrante.
Boleh juga ndulang anak di sini.
Nah, sungai inilah yang dihuni oleh kedung-kedung yang menjadi asal-usul nama dusun Kedungrante. Rajin-rajin saja menyusuri sungai buat menemukannya. Kedung-kedungnya itu ya seperti foto-foto di bawah ini.
Jangan pada kaget ya melihat penampakannya, hehehe.
Kedung yang menjadi andalan bernama Kedung Sidandang (ada yang menyebut Kedung Sidhandhang atau malah Kedung Sedandang) karena wujudnya yang mirip dandang nasi. Kedalamannya cukup dalam sekitar 7 meter.
Selain Kedung Sidandang, ada pula Kedung Kuali, Kedung Tempuran, Kedung Dowo, Kedung Pandan, Kedung Gubah, dll. Untuk lebih jelasnya silakan berakrab ria dengan akun Wisata Alam Taman Sedandang.
Selain kedung-kedung yang eksotis, sepanjang sungai ini juga ada air terjun yang bernama Curug Walangan. Bentuknya sih menarik seperti tangga gitu. Tapi kurang cakep saja buat objek foto slow-speed.
Bisa lho main air di sana. Tapi manjat ke sananya yang agak repot.
Nggak hanya ada kedung dan curug. Ternyata di sini juga ada gua kecil. Lokasinya cukup jauh dari kedung-kedung utama dan perlu usaha ekstra menuruni tebing untuk mencapainya. Kalau mau semadi di sini kayaknya asyik, hehehe .
Buat yang doyan semadi, di sini juga ada lokasi kondusip untuk nyari wangsit.
Oh iya! Jangan sekalipun lengah saat beraksi menyebrang sungai! Apalagi pas memijak dasar sungai. Beberapa tempat kedalamannya cukup dalam. Pas musim hujan, jelas batu-batunya jadi licin dan arus sungainya jadi lebih deras. Sekali lagi, hati-hati!
Selalu hati-hati ketika nyebrang sungai ya!
Lokasi Penerjunan Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata
Di lokasi aku sempat ngobrol sama warga setempat, Pak Wanto dan Pak Sarwoko. Kata beliau-beliau ini, rencana mengelola kedung-kedung yang ada di Dusun Kedungrante baru dimulai Januari 2015. Mereka tertarik dengan kesuksesan Dusun Jekerto dalam mengelola Curug Siklothok dan Curug Silangit.
Pak Wanto (kiri) dan Pak Sarwoko (kanan) yang sedang bertugas di hari itu.
Pihak dusun juga bekerja sama dengan program KKN UGM. Rencananya, di tahun 2015 ini mereka bakal meminta tiga kelompok KKN untuk diterjunkan di Dusun Kedungrante. Tiga kelompok KKN tersebut akan menangani pengelolaan wisata sungai, agrowisata, serta penyaluran air sungai ke rumah warga.
Eh, Pembaca yang mahasiswa UGM dan belum KKN tertarik nggak lho diterjunkan di sini?
Oh iya, Pak Sarwoko nitip pesan supaya mengabarkan potensi Desa Kedungrante ini lewat media sosial. Semoga setelah diliput di blog Maw Mblusuk? pengunjungnya makin bertambah ya Pak, hehehe.
Foto bareng-bareng dulu sebelum meninggalkan lokasi. Pas banget sebelum hujan!
Mampir Kaligesing, Jangan Lupa Berburu Durian
Sebelum meninggalkan wilayah Purworejo, kami sempat berburu buah-buahan khas Kaligesing. Apalagi kalau bukan durian dan manggis! Hohoho.
Duriannya cenderung agak mahal walau nggak semahal yang dijual di Kota Jogja. Masih bisa lah dapet Rp10.000 untuk durian mungil. Sementara itu, satu kilogram buah manggis dihargai Rp8.000. Kalau di Jogja satu kilogramnya Rp10.000.
Tergolong murah nggak sih? Cowok kan nggak bisa nawar. Hahaha.
Kalau beli dari pengepul semacam ini harganya lebih mahal dari penjual di pinggir jalan raya.
Nah tunggu apa lagi? Kalau mencari lokasi pemotretan eksotis dengan latar sungai, jelas dusun Kedungrante tempatnya. Mumpung masih sepi nih, segera saja susun rencana singgah kemari. Okey? Nuwun.
NIMBRUNG DI SINI
Padahal orang Purworejo asliiii.....
Kapan bisa ngetrip kesana???
Ada yg mau jadi pemandunya???
atau curug yang ada di sana. Wijna nggak nyobain
ciblon di sana ta? Harusnya kamu juga nyobain
buah kokosan asli sana wij. Hihihi
Jadi pengen ke Jogja lagi terus mampir ke Purworejo.. Uwuwuwuh~
Terima kasih banyak infonya..
tajem dan halus. hhee..
Terus itu motret airnya pke filter enggak mas?
Suwun
langsung pancal gas.
tp kui kenek dinggo ciblon(renang) ora mas?
tanjakan ke doi suthep di chiang mai yg curam dan berbelok2..
duriannya mahal kalo dbandingin durian sibolga p Sekarungnya cuma 20-30 rb p hihihi
btw ... yang nyepeda di tanjakan beringin ... keren beneeer
xixixi..yg di kulonrpogo aja belum khatam _
semoga potensi potensi itu segera terpancar ke seluruh dunia,... hohohoho
Aku mau-mau aja sih kalo KKN di sana, tapi yang bikin males pasti susah sinyal ya. xD
yogyakarta buat eksplore tempat - tempat hidden seperti ini :D
emang nggak cakep buat slow-speed sih, tapi bisalah kalau naik naik sampe puncaknya
hehehe
memang harus dijaga dan dirawat dengan baik. Kedungrante bisa menjadi wishlist tujuan di
tahun 2015 nih, semoga bisa lekas kesana, Amin. :D