Etika Berwisata Alam
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak alam!
- Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Bidadari? Nggg... Kalau menurutku sih bidadari itu jelas bukan manusia, asalnya dari kahyangan, jenis kelaminnya wanita, dan yang pasti pesonanya mampu memikat hati pria. Ya kan?
Dari sejumlah literatur fiksi yang pernah aku baca (karena sampai sekarang aku masih percaya bidadari itu rekaan belaka ), umumnya bidadari turun ke bumi secara sembunyi-sembunyi. Itu pun seringnya hanya untuk numpang mandi.
Eh, apa mungkin di kahyangan juga ada bencana kekeringan ya?
Konon, salah satu tempat mandi favoritnya para bidadari adalah di suatu air terjun di Kampung Cibimbim, Desa Bojong Koneng, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Warga setempat menamai air terjun tersebut sebagai Air Terjun Bidadari.
Nah, jadi pada tahu kan di mana tempat kalau mau mengintip bidadari mandi? #eh
Tempat ngintip bidadari mandi itu...
Saat ini Air Terjun Bidadari berada di bawah pengelolaan Sentul Paradise Park, yaitu kawasan wisata bernuansa pegunungan yang terletak di Sentul. Yup! Sentul yang aku maksud ini ya kawasan Bukit Sentul di Bogor yang identik dengan sirkuit balapnya itu lho! Kalau sekarang sih Sentul terkenal karena banyak perumahan elit, hehehe.
Numpang Lewat di Sentul City
Rute dari Jakarta ke Air Terjun Bidadari itu gampang banget-banget-banget. Akses tercepat dan termudah adalah naik mobil, masuk tol Jagorawi, dan keluar di gerbang tol Sentul Selatan (arah Sentul City). Jaraknya sekitar 37 km lah kalau dari Jakarta. Kalau misalnya Pembaca naik jenis kendaraan lain atau nggak dari arah Jakarta bisa menyimak panduan rute berikut ini. OK?
Keluarnya di gerbang tol Sentul City.
Keluar dari gerbang tol Sentul Selatan langsung saja belok kiri masuk perumahan Sentul City. Ikutin saja jalan aspalnya, nanti bakal banyak terpampang rambu-rambu dan papan promosi Sentul Paradise Park seperti yang ada di foto di bawah ini. Kalau Pembaca ragu-ragu, silakan tanya warga setempat. Umumnya mereka ngerti kok.
Papan promosi Air Terjun Bidadari yang mulai pudar.
Suasana jalan desa menuju Air Terjun Bidadari.
Berhubung waktu itu aku dan Bapak-Ibu datang di hari Senin (26/1/2015) alias hari kerja, tarif tiket masuknya itu Rp25.000 per orang. Sabtu dan Minggu Rp30.000 sedangkan hari-hari libur nasional Rp40.000. Lumayan mahal ya Pembaca?
Oh iya! Ini perlu diperhatikan nih! Kalau misalnya Pembaca ke sana naik mobil, sebaiknya mesin mobilnya dalam kondisi fit ya! Soalnya, dari gerbang masuk Sentul Paradise Park ke lokasi parkir mobil itu medannya turunan terjal. Pas baliknya kan jadi tanjakan terjal. Nah, itu rawan bikin mobil mogok. Apalagi kalau pas lagi rame. Bisa runyam kan urusan? Hahaha.
Gerbang masuk ke Air Terjun Bidadari.
“Maaf Pak, ini tiket parkir mobilnya Rp10.000. Tolong disimpan ya Pak. Nanti pas pulang tiketnya saya ambil lagi.”, ujar mas petugas parkir ramah sambil menyerahkan tiket
“Iya Mas, sebentar ya. Eh, kalau hari biasa memang sepi begini Mas?”
“Iya Pak, Alhamdulillah sepi. Ramainya kalau pas hari Sabtu-Minggu.”
“Lho? Sepi kok Alhamdulillah?”, celetukku
“Kan mau pas ramai atau sepi harus diterima dengan syukur Mas”, balas mas petugas parkir
“Iya ya Mas. Sepi ya Alhamdulillah. Kan jadi punya banyak waktu untuk istirahat nggak seperti kalau pas lagi ramai toh?”
Meet my mother!
Ini rombongan turis Malaysia niat banget sampai nyewa taksi.
Nggak masalah ngajak Bapak dan Ibu kemari karena Sentul Paradise Park ini adalah kawasan wisata yang ramah untuk segala usia. Nggak perlu acara keluar-masuk hutan. Lha wong air terjunnya sudah kelihatan dari parkiran kok? Apalagi jarak air terjun dari parkiran lumayan dekat dan nggak pakai acara menuruni ratusan anak tangga. Enak toh kalau begini?
Yang bikin lebih enak lagi adalah fasilitas di Sentul Paradise Park ini terbilang komplit dan terawat. Warung-warung makan tertata rapi. Toiletnya bersih (walaupun wujudnya ala kadarnya ). Ada saung-saung untuk istirahat. Ada juga mushalla. Yang paling bikin aku senang berada di Sentul Paradise Park ini adalah suasananya yang bersih.
Toiletnya unik dengan suasana bambu-bambu.
Pergi jauh-jauh jangan lupa salat!
Kawasan wisata yang tanggap bencana.
Tantangan Motret di Sini
Yang justru bikin aku sebel itu malah pas motret Air Terjun Bidadari-nya, hahaha.
Sebagai orang yang hobi blusukan ke air terjun, motret air terjun adalah ritual wajib. Sebisa mungkin aku berusaha motret air terjun agar terlihat ciamik dan lantas bikin Pembaca jadi ngiler kepingin ke sana, hehehe.
Buatku, motret itu ibarat ngerjain soal ujian. Mungkin kita bisa menerka-nerka kayak apa kondisi pemotretan. Tapi pas sampai di lapangan kondisinya bisa berubah! Jujur, Air Terjun Bidadari termasuk salah satu air terjun yang menurutku sulit untuk dipotret bagus.
Motret dari tengah kolam itu bukan ide yang bagus.
Ada 2 pilihan memotret air terjun, dari dekat atau dari jauh. Berhubung untuk mendekat ke dasar Air Terjun Bidadari itu lumayan gampang (tinggal nyebrang jembatan), aku nyoba motret Air Terjun Bidadari dari dekat. Tapi ternyata banyak kendalanya, antara lain:
-
Air Terjun Bidadari hanya bisa dipotret dari dekat secara vertikal.
-
Dari jarak belasan meter deburan airnya bikin basah kamera.
-
Banyak pengunjung yang berlalu-lalang (padahal hari Senin mestinya kan sepi).
Mumet karena susah motret Air Terjun Bidadari dari dekat, aku putuskan motretnya dari jarak agak jauh saja. Tapi ada juga kendalanya, yaitu faktor cuaca yang mana saat itu sedang mendung! Langitnya jadi putih! Bagusnya kalau biru cerah toh? Nah, framing Air Terjun Bidadari supaya langit putihnya nggak ikut terpotret itu ternyata juga susah banget.
Dipotret dari spot sejuta umat.
Menurutku, objek menarik Air Terjun Bidadari itu sebetulnya bukan air terjunnya, tapi batu gede banget yang menutupi Air Terjun Bidadari. Kalau ada orang lihat foto dengan batu gede banget itu pasti langsung bisa nebak kalau itu Air Terjun Bidadari.
Padahal buatku, batu gede banget itu jadi semacam deadlock. Yang mana Air Terjun Bidadari hanya bagus dipotret dari sudut tertentu ketika aliran air terjunnya berada di celah batu gede banget itu. Jadi ya spot foto sejuta umat di Air Terjun Bidadari itu di seputar daerah saung-saung.
Hidup jadi anak-anak kayaknya kok nikmat banget ya...
Aku pun merenung. Motret Air Terjun Bidadari ini seakan sama sulitnya dengan mengejar bidadari. Sama-sama terlihat memesona namun sungguh teramat sulit untuk didekati. Eh, kayak aku udah pernah ketemu bidadari aja, wakakakak.
Ah, mungkin aku harus meniru cara ketiga bocah ini, Jarkazi, Firdaus, dan Samsudin, menikmati Air Terjun Bidadari. Mereka asyik bermain seakan tak mempedulikan keindahannya. Mungkin karena mereka hanya menikmati tapi tak berniat untuk memiliki? Hmmm...
Pembaca pernah ngintip bidadari mandi? Eh, maksudku tahu tempat bidadari mandi yang lain?
NIMBRUNG DI SINI
Apa lagi kalau ntar ada sirkuit GP-nya, huh...
Ajib lah pokoknya mah!
motretnya udh bagus kok mas. Pake kamera apa?..
air terjun yang lain jangan lupa juga yaa
Iya nih pingin ke air terjun lain yang ada di Bogor. Tapi kalau ngajak keluarga kayaknya medannya kurang bersahabat kalau mesti masuk hutan.
Bisa nih didatangin pas weekend. Eh, tapi iya mahal tiket masuknya.
Perasaan dari sekian banyak air terjun yg pernah aku datangin nggak ada yang sampai puluhan ribu tiket masuknya.
indah. Worthed sih... cuma masih agak gak rela soalnya kan ini cuma air terjun. :D
Btw, thanks infonya mas! Padahal ini dekat dengan daerah rumah saya kok malah tahunya dari sini? Mantaps dah mblusukannya!
ibukota ini~ moga nggak terlalu rame pas weekend, meski kayaknya mustahil.... huahahah
bogor cuma mampir di sirkuit sentul aja.. nggak sempet wisata alam.. duh..
oiya, foto landscape emang jujur aja sih lebih sreg dipandang.. kecuali kalo emang
keadaan harus vertikal ya baru vertikal. subyektif sih...
Dirimu pas ada acara balapan di sirkuit Sentul kah?
kedua, bidadari bukan tokoh fiktif ko mas, buktinya saya telah datang di bumi ini tak hanya untuk mandi ^^v hahahahaha guyon dan pede itu perlu
Sebenernya nggak mesti motret dengan mode landscape kok mbak Ris. Aku sih emang hobinya motret mode landscape. Tapi itu tergantung kebutuhan dan kondisi di lapangan. Kalau ingin menonjonjolkan suasana di sekitar air terjun pakai mode landscape. Sedangkan kalau ingin menunjukkan kegagahan air terjun (duh bahasanya!) pakai mode portrait tapi biasanya dengan menyertakan obyek pembanding.
Hooo dirimu termasuk bidadari toh? ya ya ya (mencoba untuk paham). Njuk selendangmu masih aman? :D