Etika Berwisata Alam
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak alam!
- Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Kalau misalnya nih Pembaca berkesempatan singgah di Aceh (aamiin), wisata apa yang pertama kali Pembaca lakoni?
City tour di Banda Aceh?
Bersantai ria di pantai berpasir putih?
Diving di Pulau Weh?
Menapak tilas jejak bencana tsunami?
Atau malah... bertualang mencari air terjun? hehehe
Nah! Sebagaimana umumnya kelakuan seorang Wijna, Air Terjun Suhom (Seuhom) menempati urutan pertama objek wisata yang aku sambangi pada kunjungan perdanaku ke Aceh di hari Selasa (23/9/2014) silam. Air Terjun Suhom terletak di Desa Krueng Kala, Kecamatan Lhoong, Kabupaten Aceh Besar. Air terjun ini punya nama lain Air Terjun Krueng Kala dan Air Terjun Lhoong.
Semoga Pembaca belum bosan membaca cerita air terjun ya!
Penampakan Air Terjun Suhom (Seuhom) di Desa Krueng Kala, Lhoong, Aceh Besar, Aceh.
Konon katanya, Air Terjun Suhom ini adalah air terjun paling dekat dari Kota Banda Aceh. Jaraknya sekitar 50 km. Kira-kira ya sekitar 2 jam perjalanan naik mobil.
Rute menuju Air Terjun Suhom adalah lewat jalan raya provinsi yang menghubungkan Banda Aceh dengan Meulaboh. Perginya paling enak ya naik kendaraan pribadi. Soalnya, nyaris nggak ada angkutan umum (selain betor) yang melintasi jalan raya ini. Ada sih bus jurusan Banda Aceh – Meulaboh, tapi operasinya malam hari. Yang bener aja malam-malam ke air terjun!?
Jalanan dikuasai monyet!
Ada dua hal yang terkenang sepanjang perjalanan. Pertama, medan jalan menuju desa Krueng Kala itu melintasi pegunungan dengan jalan berkelok-kelok. Di beberapa ruas banyak monyet yang berkeliaran. Suasananya mirip sama yang ada di pulau Lombok.
Kedua, baru kali ini aku menyaksikan jalan raya dikuasai sama SAPI! hahaha .
Saking banyaknya, di beberapa tempat malah diberi rambu peringatan “kawasan sapi”. Apa pas ujian bikin SIM di Aceh ada soal dengan rambu ini ya?
Hanya di sini pejalan kaki, motor, mobil, dan sapi saling berbagi jalan...
Kalau di Jawa itu ayam, kalau di Aceh yang keliaran malah sapi.
Papan petunjuk arah ke Air Terjun Suhom baru kelihatan di pinggir jalan raya KM 45. Tapi ya harus jeli karena ukuran papannya mungil.
Kalau nggak jeli pasti kelewatan.
Di dekat papan jalan ini ada pertigaan. Belok masuk di pertigaan ini untuk menuju desa Krueng Kala. Setelah sekitar 8 menit berkendara, sampai deh di parkiran Air Terjun Suhom! Dekat kan Pembaca? Kayaknya aku sanggup bersepeda kemari dari Banda Aceh deh. #sombong #lupa.umur
Pakiran Air Terjun Suhom yang belum rapi.
Retribusi masuk Air Terjun Suhom murah-meriah yaitu Rp2.000 per orang. Seperti yang bisa Pembaca amati, objek wisata ini belum sepenuhnya tertata apik. Desas-desusnya, dinas pariwisata Aceh sedang fokus mengembangkan wisata bahari. Jadi ya pengembangan wisata air terjun terpaksa “antri giliran”. Duh duh duh...
Sebetulnya, kawasan wisata Air Terjun Suhom ini sudah memiliki bermacam fasilitas pendukung (ala kadarnya). Ada warung, penyewaan ban, dan juga kamar kecil. Kapan lagi coba bisa kongkow-kongkow menyeruput hangatnya kopi Aceh dengan latar air terjun?
Warung-warung sederhana di dekat parkiran.
Tertarik duduk-duduk di sini sambil mengagumi air terjun?
Buat yang nggak bisa berenang disediakan pelampung bebek.
Bulan September di Jawa hitungannya masih tergolong musim kemarau yang panas dan kering-kerontang. Beda sama di ujung barat Sumatra. Di bulan September hujan sudah mulai turun. Alhasil, aliran air terjun Suhom lumayan deras. Hati-hati, deburannya bisa bikin kamera basah! Oh iya, Air Terjun Suhom termasuk air terjun yang fotogenik lho!
Uniknya, Air Terjun Suhom juga difungsikan sebagai PLTA Mikrohidro. Ini sumbangan dari perusahaan Coca-Cola setelah bencana tsunami tahun 2004 silam. Bangunan PLTA bertengger di puncak air terjun. Untuk ke sana bisa dengan meniti anak tangga. Tapi ingat! Yang boleh naik hanya kaum adam saja lho! Women is prohibited!
Beruntunglah ada blog Maw Mblusuk? Jadi Pembaca wanita bisa tahu sebenarnya di atas ada apa.
Jalan yang terlarang dijejak wanita itu.
Adalah Pak Yulizar beserta kawan-kawan yang bertugas untuk menjaga dan merawat PLTA ini. Mereka bergilir tugas setiap 8 jam sekali. Selain merawat PLTA, Pak Yulizar juga mengayomi Yayasan Permakultur Aceh, semacam LSM yang bergerak di sektor agrikultur.
Pak Yulizar (paling kanan) bersama rekan-rekannya.
Mesin PLTA berdaya 23 KWH.
Di atas bangunan PLTA ini sebenarnya masih ada beberapa tingkatan Air Terjun Suhom yang lain. Tapi karena sudah sore dan harus menembus hutan... kapan-kapan saja lah blusukan ke sana. Mungkin perlu nimbrung mahasiswa KKN di tempat ini supaya bisa mengeksplorasi lebih jauh, hehehe.
Masih ada air terjun kecil di puncak Air Terjun Suhom.
Pipa yang katanya sih mengalirkan air dari air terjun lain.
Semoga di masa yang akan datang, kawasan ini tertata lebih rapi yah! Menurutku, Air Terjun Suhom ini berpotensi menyedot banyak pengunjung lintas usia lho. Tapi ya jangan jadi ramai banget, nanti malah terkesan nggak alami, hehehe.
Foto keluarga dulu di Air Terjun Suhom.
Oke deh! Segitu dulu ya laporan tentang Air Terjun Suhom di Desa Krueng Kala. Nah, objek blusukan selanjutnya di Aceh apa lagi ya Pembaca? Air terjun atau pantai?
NIMBRUNG DI SINI
apalagi air terjun yang bagus kayak begini ...
unik juga jalan2 di daerah aceh ya ....
Jauh-jauh ke Aceh tetep aja yang dicari air terjun Mas? xixixi Kalo aku ya langsung
nyeberang ke Pulau Weh :D
Btw wong wedok gak oleh munggah kuwi opo ning nduwur wong2 lanang podo gak klamben? hahahaha
Katanya sih ga boleh naik karena takut dibuat tempat mesum...
mas?!
stabil...makanya dilarang...hehehe...