Maw Mblusuk?

HALO PEMBACA!

Selamat nyasar di blog Maw Mblusuk? !

Di blog ini Pembaca bisa menemukan lokasi-lokasi unik seputar aktivitas blusukan-ku ke sana-sini. Eh, kalau ada kritik, saran, atau pesan bilang-bilang aku yah! Nuwun!

Cari Artikel

LANGGANAN YUK!

Dengan berlangganan, Anda akan senantiasa mendapatkan update artikel terbaru blog ini.


Bisa berlangganan melalui e-mail.

oleh FeedBurner

Atau melalui RSS Feed berikut.
feeds.feedburner.com/mblusuk
Rabu, 11 Februari 2015, 08:20 WIB

Etika Berwisata Alam

  1. Jangan buang sampah sembarangan!
  2. Jangan merusak alam!
  3. Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
  4. Jaga sikap dan sopan-santun!
  5. Jangan hanya foto-foto selfie thok!
  6. Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!

Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.

Jam setengah enam sore di Kota Padang, Sumatra Barat masih seterang jam setengah lima sore di Kota Jogja. Mumpung matahari belum bersembunyi dan laut hanya sepelemparan batu dari penginapan, di hari Kamis sore (11/12/2014) aku dan Mas ArtHarry pun mampir ke salah satu objek wisata populer di Padang. Apalagi kalau bukan Pantai Padang yang mana warga setempat menyebutnya sebagai Taplau alias Tapi Lauik (Bahasa Minang, Tapi = Tepi, Lauik = Laut).

 

Suasana siang hari di Pantai Padang
Pantai Padang di siang hari.

 

Cukup satu menit jalan kaki dari penginapan dan sampailah kami berdua di Pantai Padang. Pas kami sampai, ada beberapa remaja tanggung yang berenang di laut. Di dekat kami, dua anak kecil riang bermain di bibir pantai. Kami sendiri asyik mengabadikan guratan senja berlatar lautan lepas. Aku bereksperimen dengan teknik slow-speed karena di sekitar sana dikelilingi batu-batu besar.

 

Tempat bermain anak-anak di Pantai Padang
Tempat bermain buat anak-anak.

 

Mendadak suara gemuruh perutku terdengar keras mengalahkan gemuruh deburan ombak. Aku baru sadar, sejak pagi tadi berangkat dari Jogja kami berdua sama sekali belum makan! Duh!

 

Bingunglah kami mau nyari makan di mana, sebab Padang kan kota yang asing bagi kami. Jadi, mau tidak mau kami harus nyari informasi. Idealnya sih dari warga setempat karena kan mereka yang lebih paham seluk-beluk Kota Padang. Betul nggak Pembaca?

 

Sala Lauk makanan khas yang dijual di sepanjang Pantai Padang
Bentuknya kok mirip onde-onde bertabur wijen ya? #halusinasi

 

Nggak jauh dari tempatku berdiri, aku lihat ada seorang perempuan yang lagi duduk sendirian di atas anjungan pemecah ombak. Tanpa pikir panjang aku dekati saja dia. Eh! Bukan buat merayu lho ya! Tapi buat nyari informasi. Walaupun ya... kadang untuk mengorek informasi dari wanita kan ya butuh bujuk-rayu juga, hehehe. #kabur

 

Namanya Icha (kalau tidak salah ketik), mahasiswi semester 5 asal Universitas Negeri Padang jurusan Bimbingan Konseling. Mohon maaf, aku nggak bisa “selancang” itu memotret wajah wanita yang baru aku kenal. Dari obrolan (agak lama) sama Icha inilah aku mendapat  petuah agar bisa survive di Kota Padang. Setidaknya untuk 3 hari ke depan.

 

Petuah Senja di Pantai Padang
Dipotret diem-diem oleh Mas ArtHarry.

 

“Sebagian besar orang Padang itu suka mempermainkan harga Bang, apalagi buat pendatang. Kalau Abang bicara pakai bahasa Indonesia, ketahuan sudah Abang itu orang luar. Makanya, kalau bisa Abang sedikit-dikit bisa bicara bahasa Minang. Supaya bisa mengelak kalau semisal diberi harga yang lebih mahal dari harga biasa.

 

Misalnya nih Bang. Lontong sayur itu paling mahal Rp6.000, kalau Abang diberi harga Rp10.000 itu kemahalan. Naik angkot itu Rp4.000 per orang untuk dalam kota. Lauk rendang itu umumnya Rp9.000 per potong. Makanya kalau bisa sebelum Abang makan, cari yang ada daftar menunya. Kalau beli jajanan di pasar beli sejumlah harga. Misal beli gorengan Rp5.000 jangan per gorengan. Kalau Abang besok belanja di Pasar Raya tawar barangnya 1/2 harga.”

 

Fotografi Slow speed di Pantai Padang
Cemilan khas Padang, Sala Lauak (dibaca Sala Lauk). Beli Rp5.000 dapet banyak banget.
Dibuat dari adonan tepung dan ikan.

 

Aku pun hanya bisa mengangguk-angguk mendengarkan penjelasan Icha. Eh Ndilalah, Icha ini bukan warga asli Padang. Dirinya itu mahasiswa perantauan dari Bengkulu.

 

“Saya sendiri kurang tahu Bang kenapa warga Padang kok agak “sensitif” sama harga. Padahal di Bengkulu sendiri tidak sampai segitunya.

 

Oh iya, kalau di Padang ini untuk menyebut laki-laki itu Uda untuk yang lebih tua atau Abang untuk yang lebih muda. Kalau untuk wanita sebutannya Uni untuk yang lebih tua atau Kakak untuk yang lebih muda. Beda kalau di Bengkulu di tempat saya tinggal, Kakak itu untuk menyebut laki-laki sedangkan perempuan disebutnya Ayuk.”

 

Sore hari yang mendung di Pantai Padang
Semakin sore malah semakin mendung.

 

Tidak terasa matahari perlahan mulai merapat ke ufuk barat. Icha pun mulai berkemas meninggalkan Pantai Padang.

 

“Kapan-kapan mainlah ke Bengkulu Bang. Dari Padang ke Bengkulu saya biasa naik bus. Waktu tempuhnya 18 jam berangkat sehabis zuhur sampai di Bengkulu pagi. Sebelum BBM naik tarifnya Rp215.000.

 

Di Bengkulu pantainya lebih menarik dari Pantai Padang ini Bang dan pantai-pantainya itu tematik. Ada Pantai Jenggalu buat mancing. Pantai Cempaka yang banyak pohon cemaranya. Pantai Tapak Paderi buat kulineran. Pantai Nala tempatnya nelayan. Pokoknya banyak Bang.”

 

Wooo... ternyata Icha fasih juga mempromosikan daya tarik wisata di kampung halamannya. Walaupun aku hobinya nyari air terjun tetapi setelah mendengar promosinya Icha, kayaknya menarik juga itu pantai-pantai di Bengkulu.

 

Ah, apa mungkin kehadiran Icha di Pantai Padang di sore hari itu untuk melepas kangennya terhadap pantai-pantai eksotis di Bengkulu ya? Mungkin itu yang menjadi isi puisi yang ditulisnya sesaat sebelum kuhampiri.

 

Oke deh Icha. Doakan saja suatu saat nanti aku berkesempatan mampir ke Bengkulu untuk mencari air terjun, ... eh pantai.

 

Keindahan pesona matahari terbenam saat senja di Pantai Padang
Pesona senja di Pantai Padang. Walau mendung tetap eksotis!

 

Oh iya! Lha, terus gimana ini sama tempat makannya? Niat awalnya ngobrol sama Icha kan untuk nyari informasi tempat makan. Kok ya malah ngobrol ngalor-ngidul gini sih? Hadeh...

 

“Abang naik angkot warna putih saja nanti turun di Lamun Ombak. Itu tempat makan terkenal se Padang Bang. Bayar angkotnya empat ribu ya Bang.”, ujar Icha sebelum ia berlalu pergi.

 

Terima kasih ya Icha buat informasinya!

 

cerita berjalan-jalan di Pantai Padang bersama rekan kerja
Doh! Lupa aku kan kemari bareng ini orang.
Kasihan juga ini bapak satu anak aku cuekin karena kelamaan ngobrol sama cewek...

 

Sepeninggal Icha, aku pun menghampiri Mas ArtHarry yang sedari tadi aku abaikan, hahaha. Kami pun lantas menghadang angkot dugem warna putih. Berharap saja, semoga kami benar-benar bisa sampai di Lamun Ombak dengan ongkos empat ribu rupiah per orangnya.

 

Pembaca pernah main ke Pantai Padang? Dapet kenalan apa di sana?


NIMBRUNG DI SINI

UPS! Anda harus mengaktifkan Javascript untuk bisa mengirim komentar!
  • IQBAL
    avatar komentator ke-0
    IQBAL #Rabu, 25 Mar 2015, 08:56 WIB
    Waaah kangen senjanya kota Padang.. Cakeep mas Wijna.. :D
    Senja di pantai Menganti bagus juga ga lho?
  • ARTHARRY
    avatar komentator ke-1
    ARTHARRY #Senin, 2 Mar 2015, 12:12 WIB
    Pemandangan sebelum landing-nya bagus, sunset-nya asik, angkot racing-nya mantap, orang-nya ramah (belum nemu yang seseram yang Icha takutkan :D) Kapan kita ke sana lagi? :v
    Kalau Juragan berkehendak kita ke sana. :D
  • RIFQY FAIZA RAHMAN
    avatar komentator ke-2
    RIFQY FAIZA RAHMAN #Minggu, 22 Feb 2015, 13:38 WIB
    WAlah mas, wong sibuk kabeh mereka, hahaha. Nek nag Curup, isok njajal kopine enak...
    Nek curug2e ra ngerti aku, perlu dicari kayaknya :D
    Weladala... klo gitu pas di Bengkulu terpaksa membolang sendirian kie >.<
    Lha emang di Curup itu dataran tinggi toh? Terkenal sama kopinya?
  • FANNY FRISTHIKA NILA
    avatar komentator ke-3
    FANNY FRISTHIKA NILA #Minggu, 22 Feb 2015, 00:08 WIB
    pas outing kantor 2 thn lalu kita makan di lamun ombak.. biasa aja ya mas -__-. Aku lbh
    suka restoran pak datuk. lauknya lbh berasa padang.. Tapi kmrn itu baca blog mas cumi
    kyknya lbh enak2 lagi tuh :D..

    bTW di pantai padang bukannya ada warung2 yg jual makanan ya? Tapi makanan kyk
    indomie ama jagung bakar pake sambel sih :D. Cuma bnr tuh, mrk suka getok harga utk
    turis.. kita kena juga soalnya -__-
    Wah, aku malah belum sempet ke Pak Datuk mbak. Baru tahu malah dari dirimu, hahaha. Lain kali kalau saya ke Padang lagi bakal disempatkan mampir ke sana deh.

    Iya di Pantai Padang ada banyak warung-warung kecil gitu. Tapi katanya harus berhati-hati di sana karena kita kan... turis...
  • BERSAPEDAHAN
    avatar komentator ke-4
    BERSAPEDAHAN #Selasa, 17 Feb 2015, 20:42 WIB
    waaaa .... akhirnya sampai juga ke padang .... blusukan kemana saja ?
    btw ... foto2nya keren2 apalagi yang suasana sore ... top
    blusukan ke tempat seperti biasa Kang :D
    Itu itu sbenernya dipotret pakai lensa rusak lho Kang :D
  • ELIA BINTANG
    avatar komentator ke-5
    ELIA BINTANG #Minggu, 15 Feb 2015, 16:49 WIB
    Bagus juga pantainya. Kalo tentang mainin harga sih di mana-mana juga begitu hehe
    Tapi katanya Icha yang di Padang kayaknya agak kebangetan...
  • HILDA IKKA
    avatar komentator ke-6
    HILDA IKKA #Sabtu, 14 Feb 2015, 19:35 WIB
    Wah.. jadi tahu nih, nambah pengetahuan. Makasih lho ya sharingnya. Bermanfaat banget
    Mas :D
    Tapi jangan semuanya dipercaya ya, siapa tahu salah :D
  • FIRMAN
    avatar komentator ke-7
    FIRMAN #Sabtu, 14 Feb 2015, 15:19 WIB
    Baru mampir langsung disiguhi foto2 yg oke gini.. senjaNya bagus.
    Makasih kakak :D
  • RIFQY FAIZA RAHMAN
    avatar komentator ke-8
    RIFQY FAIZA RAHMAN #Sabtu, 14 Feb 2015, 09:57 WIB
    Aku duwe dulur ng Bengkulu Mas hehe... Btw, sunsete josss mas bro, coba motret batune maneh hehehe
    Dulurmu ng Bengkulu iso diajak blusukan ora? Hahaha. Aku yo penasaran kie karo Bengkulu.
  • BAMBANK
    avatar komentator ke-9
    BAMBANK #Jumat, 13 Feb 2015, 16:31 WIB
    salam ama icha aja deh mas :)
    Aku nggak punya nomernya >.<
  • NDOP
    avatar komentator ke-10
    NDOP #Kamis, 12 Feb 2015, 18:51 WIB
    Huauahuhaua.. kok dialoge apal banget ya, jangan2 mbok rekam? Btw kui jarak tanggal ke Dieng sama ke Padang kok kacek seminggu. Biyuuuh awakmu kluyurna maneh dalam waktu dekat bertai ya hahaha..
    Ini sebenernya aku tulis di malam harinya setelah sorenya ngobrol sama Icha, jadinya dialognya masih hapal banget. Klo sekarang sih udah lupa, hahaha. :D

    Ini tugas kantor Bro, jadinya karena tinggal berangkat ya okelah, hahaha. :D
  • DITTER
    avatar komentator ke-11
    DITTER #Kamis, 12 Feb 2015, 18:34 WIB
    Hmmm... ternyata Mas Mawi berani juga ya deketin dan ngajak ngobrol cewek yg lagi sendirian... sepertinya aku harus berguru sama jenengan.... :))

    Petuahnya aku hafalkan baik-baik, siapa tau besok-besok bakalan main ke Padang :D
    Lha kan cuma cewek? Mereka nggak bakal ngigit kalau dideketin toh? :D
    Semoga besok dirimu bisa maen ke Padang ya Bro dan makan nasi Padang langsung di Padang, hehehe. Aamiin...
  • KRISHNA
    avatar komentator ke-12
    KRISHNA #Kamis, 12 Feb 2015, 14:12 WIB
    Koq di ceritanya kayanya jadi kesengsem berat sama Icha, Mas :P
    Nggak Om, saya cuma menggali dalam-dalam informasi dari dia... (kalem)
  • TOTOK
    avatar komentator ke-13
    TOTOK #Kamis, 12 Feb 2015, 09:35 WIB
    Mas, itu ND filter ditumpuk sama CPL filter ya lalu pakai step up ring juga? Tidak bikin vignet-kah?
    Ini cuma pakai filter ND aja kok
  • IWCAKSONO
    avatar komentator ke-14
    IWCAKSONO #Rabu, 11 Feb 2015, 23:42 WIB
    hohoho kirain kak icha nya mau dibawa ke Jogja :)
    Biarlah dia dilepas bebas di Padang saja (kayak apaan aja :D)