Setelah kurang-lebih 4 jam terkurung di dalam mobil yang meluncur lancar dari Kota Medan, Sumatra Utara, akhirnya kami sampai juga di Parapat pada Kamis siang (25/9/2014). Cuaca pada waktu itu hujan ditemani kabut. Pemandangan elok Danau Toba pun seakan menghilang. Alhasil, tak banyak yang bisa dilakukan selain menunggu cuaca kembali bersahabat di penginapan.
Mobil pun memasuki parkiran penginapan yang menyandang nama Atsari Hotel di gapura masuknya. Nama yang menurutku nggak kebatak-batakan dan juga nggak kemelayu-melayuan. Sepintas dari gerbang masuk, bangunannya terkesan berasal dari era 90-an.
Penampakan dari luar (dipotret keesokan harinya).
Sementara Bapak dan yang lain melapor ke front office, aku kabur ke toilet buat menjawab “panggilan alam” yang dari tadi aku ulur-ulur. Pas masuk toilet sempat kaget juga. Ternyata toiletnya bersih dan terkesan modern. Intinya cocok lah sebagai tempat nyari inspirasi, hohoho...
Selesai menunaikan hajat, aku keluar dari toilet dan terkejut mendapati Bapak dan yang lain sudah menghilang. Begitu pula dengan abang supir dan mobil sewaan. Duh! Jangan-jangan mereka pindah penginapan dan nggak tahu aku lagi semadi di toilet?
Tempat mencari inspirasi perdana di Sumatra Utara.
“Yang lain menemani Ibu yang lagi lihat-lihat kamar Pak.”, ujar kakak front office dengan ramah.
What... umur masih 28 gini udah dipanggil Pak?... aduh Kakak... >.<
Satu Kamar Luas Buat Berdua
Ya sudah. Aku keluyuran deh mencari di mana gerangan istrinya bapakku itu berada. Eh ternyata wujud bangunan lawas Atsari Hotel itu cuma kamuflase. Soalnya, di bagian belakang berdiri bangunan baru. Walaupun ya... sedang direnovasi sih.
Di salah satu kamar yang ada di lantai dua, aku ketemu lagi sama tiga personil lain di kartu keluarga. Mereka sudah memutuskan pilihan kamar yang bakal ditempati seperti foto di bawah ini.
Wiiiii... luas!
“Waow! Kamarnya gede banget! Kita rame-rame di satu kamar?”
“Nggak, ambilnya dua kamar.”, jawab Bapak.
Heee!? Kamar Standard Twin Room seluas ini hanya diisi berdua sama aku dan Tiwul? Padahal sebenernya sih kalau sekeluarga jadi satu di kamar ini ya muat-muat aja. Jangankan sekeluarga, 20 orang aja aku kira masih muat kok, hahaha.
Itu sofa biru bisa direbahin buat jadi ranjang lho.
“Misi misi misi... aku ngantuk... mau tidur...”, kata Tiwul sambil berancang-ancang tewas di ranjang.
“Heh! Jangan dulu! Kamu tidur di sofa dulu aja! Isi kamarnya belum aku foto!”
Habis foto-foto, kami berdua tewas terkapar deh. Untung terkaparnya di Hotel Atsari, kan bebas enak mau guling-guling di mana aja. Lha wong kamarnya luas, hehehe.
Dua anak tua yang tewas terkapar itu.
Yang Agak Mengurangi Kenikmatan
Selain kamarnya yang luas, kamar Standard Twin Room ini juga difasilitasi pendingin ruangan (walaupun Parapat sebenernya sih udah dingin), televisi ber-channel Indovision, dan kulkas mini. Semua itu bisa ditebus dengan harga sekitar Rp450.000 per malam (kalau nggak salah inget) di bulan September 2014.
Walaupun begitu ada beberapa catatan kecil yang agak mengurangi kenyamanan menginap waktu itu. Pertama, pas aku pertama kali masuk ke kamar mandi tercium bau bangkai. Aku cek di semua sisi kok nggak ada bangkai. Kayaknya juga hanya aku yang nyium. Apa jangan-jangan... “penghuni” kamar mandinya say hi ke aku ya? Hiii...
Ada "apa" di sini ya?
Kedua adalah nggak ada jaringan internet Wi-Fi. Kalau di-detect sih kelihatan access point-nya, tapi nggak bisa nyambung. Katanya kakak di front office memang jaringan Wi-Fi nya lagi bermasalah. Yah, semoga saja tahun 2015 dan seterusnya jaringan Wi-Fi nya sudah waras.
Jadi, kalau mau nge-internet ya pakai modem deh. Untung sinyalnya kuat. Padahal Parapat kan terhitung daerah pegunungan gitu.
Mau kerja di teras sambil memandang danau Toba? Bisa banget!
Sekadar Catatan Random
Beberapa catatan random yang terkenang selama nginep di Hotel Atsari:
-
Gara-gara si Tiwul nyetel Channel-V aku jadi kenal sama Mr. Chu. Untuk lebih jelasnya tonton aja video di bawah.
Kyaaaa Eunji!!! XD #apaan.sih
-
Pas sore dapet protes kalau blog Maw Mblusuk? nggak bisa diakses karena over bandwidth limit. Alhasil aku belilah itu bandwidth tambahan supaya para Pembaca semua berbahagia lagi. Kalau sekarang sih Alhamdulillah udah pindah hosting dengan unlimited bandwidth.
Mau duduk-duduk sambil ngeliatin tamu berenang juga bisa. #eh -
Sama sekali nggak sempat ngicipin tidur di kasur. Aku ketiduran di sofa ditemani kerjaan yang aku remote dari Jogja. Liburan pun aku masih kerja... hadeh...
Pas sarapan ada sajian snack tradisional semacam ini lho.
Akhir kata, Hotel Atsari ini cocok buat Pembaca yang mendambakan kenyamanan saat menginap di Parapat, very recommended (asalkan Wi-Fi nya sudah waras ).
Jadi Pembaca pas mampir Parapat nginep di mana?
Hotel Atsari
Jl. Kol. TPR. Sinaga No. 9
Parapat, Simangulun, Sumatra Utara, 21174
(0625) 41219
NIMBRUNG DI SINI
Untuk ukuran Sumut, 450rb / malam udah murah belum tuh? Kamarnya emang luas.
Karena pesennya double bed twin room, seharusnya diisi 4 orang masih nyaman lah ya.
Oh iya, ternyata kamu udah 28 tahun. Sungkem dulu, mas :D
Kalau aku rasa 450 rb itu cukup murah ya mengingat kamarnya luas banget.
Kalau nyebut umur kok aku merasanya lebih tua dari kalian-kalian... T.T
btw nama mbaknya mengingatkanku sama utang nerusin cerita perburuan nasi thiwulku di
blog, hwaaa... buru2 bikin judul Mencari Nasi Thiwul 3
Ayo misi pencarian nasi thiwul dilanjutkan lagi! :D
dan kue bika ambon Zulaikah , lap merdeka Medan ,dll, ga dibahas ??
oh ya kue tradisional yg di foto terakhir itu namanya apa ya...bukan tiwul kan...hehe
Kue terakhir itu apa ya? Yang jelas sih bukan Tiwul, hehehe.
Btw, kalo dilihat dari depan (fotonya), nggak nyangka kalau bagian dalamnya semodern itu ... :D
Masih tidak tergoda untuk dipasangin iklan karena ya bingung apa yang mau dijual, hahaha. :D
Waduh, horor banget itu mah kalau ada bangkai tikus di saluran air. Mending milih pindah kamar Kang.
Iya tuh kamarnya luas banget. Coba sewa 1 kamar minta tambahan bed, kayaknya lebih asik. :D