Etika Berwisata Alam
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak alam!
- Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Eh, habis nyoblos di pemilu legislatif enaknya ngapain ya? Balik menghadap layar monitor sambil ngemil tumpukan kerjaan? Atau... jalan-jalan masuk hutan nyari air terjun?
Hari Rabu (9/4/2014) pukul setengah delapan pagi, aku sekeluarga (eh, minus seorang sih) sudah siap berangkat ke TPS. Lokasinya, cuma sekitar 50 meter dari rumah. Sampai di sana, eh ternyata KPPS-nya masih siap-siap. Untung nggak lama. Sekitar pukul delapan pagi, jariku sudah kotor sama tinta warna ungu.
Suasana pagi hari di KPPS. Jenis formulirnya banyak dan ngisinya ribet!
Eh iya, Pembaca nyoblos juga nggak? Pemilu presiden 9 Juli besok nyoblos juga lho ya! Semoga berkat pilihan kita, negara ini jadi lebih baik. Aamiin.
Air Terjun di Bogor yang Dekat dari Jakarta
Habis nyoblos, kami balik lagi ke rumah buat sarapan. Seperti biasa, aku nguyah makanan sembari baca koran. Waktu itu, yang aku baca koran Kompas dan kebetulan hari itu koran Kompas memuat artikel perihal wisata ke Bogor. Salah satu objek yang dibahas adalah air terjun. Hmm....
Oke deh! Mumpung Jakarta – Bogor lumayan dekat, setelah selesai sarapan aku langsung googling sana-sini. Pilihan jatuh ke satu dari sepuluh air terjun yang (katanya) dekat dari Jakarta, yaitu Curug Nangka di Desa Ciapus, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Ini bukan Curug Nangka lho, tapi Curug Daun. Masih satu lokasi dengan Curug Nangka.
Kenapa fotonya ini yang dipajang? Simak terus artikel ini sampai akhir ya.
Oh iya, walau aku ini sekarang beraktivitas di Jogja, tapi aku terdaftar di KTP sebagai warga ibu kota. Makanya, aku nyoblosnya di Jakarta. Bisa sih nyoblos di Jogja, tapi aku males ngurusnya, hehehe.
Air Terjun di Bogor yang Dilewati Jalur Angkot
Perjalanan menuju Curug Nangka itu relatif singkat dan arahnya mudah diingat. Apalagi perginya pas pemilu. Jadi, jalanan ya lumayan sepi.
Dari Jakarta, pertama kali sih enaknya pergi ke Kota Bogor dulu. Kalau naik kendaraan pribadi ya lewatnya jalan tol lingkar luar Jakarta, disambung tol Jagorawi, dan keluar di Kota Bogor. Kalau naik angkutan umum ya naik bus dari Terminal Kampung Rambutan ke Terminal Baranangsiang di Kota Bogor.
Wilujeng Sumping di Kota Bogor! Pembaca ada yang asalnya dari Bogor?
Setibanya di Kota Bogor, misi kedua untuk menuju ke Desa Ciapus sudah menanti. Uniknya, misi ini ada hubungannya dengan angkot. Eh? Ya kan selain dijuluki sebagai Kota Hujan, Kota Bogor juga terkenal dengan julukan Kota Sejuta Angkot, hahaha .
Nah, misi kedua ini adalah mengikuti rute trayek angkot hijau nomor 03. Soalnya, angkot hijau ini bakal menuju Desa Ciapus. Pangkalan angkot hijau nomor 03 ini ada di dekat Bogor Trade Mall (BTM). Tapi jangan salah lho. Kuping warga Bogor kurang akrab dengan penyebutan BTM. Mereka kenalnya BTM itu Ramayana.
Angkot di Bogor ada dua warna, hijau dan biru.
Jarak Curug Nangka dari Kota Bogor itu sekitar 15-an km. Jalan utama menuju Curug Nangka ya lewat Jl. Raya Bogor – Ciapus. Lebar jalannya agak sempit, konturnya nanjak, dan di beberapa tempat aspalnya sangat-sangat-sangat hancur mengenaskan! Padahal ini Bogor lho, lumayan dekat dari Jakarta dan bukan di pelosok gunung juga. Weleh...
Sudah jalannya rusak, yang naik motor tidak berhelm pula. Punya banyak nyawa ya? Ckckck...
Balik lagi ke angkot hijau nomor 03. Trayek angkot ini hanya sampai di pertigaan arah ke Curug Nangka dan Curug Luhur. Yup! Di lokasi ini memang banyak curug. Makin penasaran kan sama curug-curug di Bogor? Hahaha.
Nah, dari pertigaan ini ke gerbang masuk Curug Nangka jaraknya sekitar 1 km kurang sedikit. Bisa lah ya disambi jalan kaki buat pemanasan. Tapi kalau nggak mau capek ya nyewa ojek saja.
Kebangetan banget kalau sampai nyasar!
Begitu memasuki gerbang Curug Nangka, segera siapkan dompet untuk membayar retribusi yang datang bertubi-tubi. Berikut rinciannya.
Lokasi | Penarik | orang | mobil | motor |
Gerbang Satu | Kompepar Curug Nangka | Rp7.500 | Rp6.000 | Rp3.000 |
Gerbang Dua | TNG Halimun-Salak | Rp7.500 | Rp6.000 | Rp3.000 |
Parkir Kendaraan | Tukang Parkir | 0 | Rp5.000 | Rp2.000 |
Dompet hampir pasti terkena "serangan" bertubi-tubi untuk bisa sampai ke tempat ini.
Misalnya ada Pembaca yang punya pengalaman "khusus" saat berurusan dengan retribusi Curug Nangka boleh lho berbagi di kotak komentar, hehehe.
Air Terjun di Bogor yang Ramai Pengunjung Usia Muda
Pas pukul 12 siang, sampai deh di Cunang alias Curug Nangka. Tapi, karena hawanya adem khas pegunungan jadinya nggak terasa panas deh. Yang paling terasa banget itu adalah para pengunjung yang lumayan banyak dan beragam. Ada bapak, ibu, balita, remaja, mahasiswa, terong-terongan, cabe-cabean…eh? Ya pokoknya banyak deh.
Lokasi Curug Nangka teduh oleh pepohonan dan banyak warung.
Lokasi ini sebenarnya paket berisi tiga curug, yaitu Curug Nangka, Curug Daun, dan Curug Kaung. Yang aku dekati hanya Curug Daun. Sementara, Curug Kaung cuma aku lihat dari kejauhan. Sedangkan Curug Nangka hanya aku lihat dari puncaknya saja, hahaha.
Soalnya, situasinya kurang kondusif sih! Berhubung pas hari pemilu, pengunjungnya membeludak. Apalagi ini terkadang turun gerimis. Ya inilah resikonya singgah di objek wisata pas hari libur dan di musim hujan.
Disarankan mengunjungi lokasi curug dari atas ke bawah, sesuai urutan terdekat dan terjauh.
Curug Kaung dari kejauhan tampak ada keramaian.
Puncak Curug Nangka yang dasarnya belum sempat terkunjungi.
Curug-curug di kawasan wisata Curug Nangka ini menarik banyak pengunjung karena medannya nggak terlalu berat, ditambah ragam fasilitas yang cukup memadai. Curug yang lokasinya paling jauh adalah Curug Kaung dan bisa dicapai sekitar 15 menit trekking santai dari gerbang masuk.
Trekking di hutan memang lebih sip gandengan tangan supaya lebih aman dan lebih intim. #eh?
Pengunjung yang membawa anak kecil biasanya memadati Curug Daun untuk main air. Sementara pengunjung remaja, senangnya mojok di pinggir-pinggir sungai untuk... ya biasalah anak muda .
Sebentar Pembaca! Biar aku ingat-ingat dulu tujuanku ke Curug Nangka ini sebenarnya buat apa?
Hmmm... #posisingendog
Sip! Sudah ketemu jawabannya!
Aku sendiri merasa jadi pengunjung minoritas. Bukan karena tanpa pasangan. Melainkan karena ucapan para pengunjung yang menohok hati plus perasaan.
Misalnya, ada orangtua yang bilang ke anaknya, “Main airnya jangan dekat-dekat si Om, nanti kameranya si Om basah!”. Eh, kalau anak mudanya sih masih terbilang akrab. Mereka masih mau nyapa aku seperti “Om tolong fotoin kita berdua dong!” atau nggak “Om gantian dong, kita mau motret di situ!”. Doh...
Di curug mungil seperti ini pun "gangguan"-nya masih banyak. Grrr...
Ya sudah lah. Sepertinya ini semacam tanda buatku untuk segera pulang. Balik menghadap monitor lagi sambil ngemil tumpukan kerjaan.
Air Terjun di Bogor yang Menarik untuk Disimpulkan
Kesimpulannya adalah, Curug Nangka ini menarik karena di satu lokasi ada 3 curug yang berdekatan. Apalagi, jaraknya lumayan dekat dari Jakarta dan terjangkau oleh angkutan umum. Sangat disarankan, bagi yang ingin memotret curug (seperti aku) untuk datang sepagi mungkin dan tidak pada hari libur untuk menghindari pengunjung yang membeludak.
Kalau mau motret datang lebih pagi ya! Supaya tidak menganggu keceriaan keluarga semacam ini.
Segitu dulu deh Pembaca. Apa Pembaca pernah ke Bogor dan singgah di Curug Nangka?
Eh iya, satu lagi, kalau Pembaca ketemu sama cowok yang sendirian motret air terjun jangan dipanggil Om ya! Panggil mereka dengan sebutan... Bro!
Sip!
NIMBRUNG DI SINI
Btw, sekarang jalanan yang rusak itu udah bagus kok. Tapi berhubung sekarang musim
ujan, siap-siap berlobang-lobang lagi. Haha..
Klo itu cuma sekedar proyek tambal sulam ya... siap-siap aja rusak lagi :p
dari dulu yang menyebalkan itu memang retribusi berlapisnya :p
Oya, saya pernah icamping/i disana. Dan sudah beberapa kali pula. Curug nangka itu yang paling dekat lewat bawah (menyusuri sungai kecil)
Nah itu dia, kemarin saya nggak sempat menyusuri sungai kecil di bawah itu.
masih cakepan yg di gunung salak endahnya hahaha
Mungkin kalau di hari kerja ga gitu rame Om
Btw, tahun 2013? Maksudnya tahun 2014 kali, ya....
Nuwun koreksine, wis tak benakke tahun e , hehehe
keep happy blogging always...salam dari Makassar :-)