Etika Berwisata Alam
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak alam!
- Patuhi peraturan dan tata krama yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Apa jadinya kalau lima pria lajang naik sepeda sambil keliling mertua? Hehehe . Tapi tunggu dulu! Mertua yang aku maksud bukan orang tua pujaan hati lho! Tapi singkatan dari Merapi Utara.
Agak maksa? Yo ben!
Pembaca pasti tahu Gunung Merapi dong? Itu lho, gunung yang pada bulan Oktober-November 2010 silam sedang sakit batuk.
Gunung Merapi ini berada di dua provinsi, yakni DI Yogyakarta dan Jawa Tengah. Gunung Merapi boleh dibilang berbagi wilayah dengan Kabupaten Sleman di DI Yogyakarta serta Kabupaten Klaten, Boyolali, dan Magelang di Jawa Tengah. Tidak jauh di utara Gunung Merapi ada saudaranya yaitu Gunung Merbabu.
Posisi Gunung Merapi dan Merbabu.
Mertua adalah istilah kami untuk menyebut suatu jalur yang ada di lereng Merapi sisi utara. Ide untuk menelusuri jalur ini muncul dari rasa penasaran kami; “Bisakah kita bersepeda mengelilingi Gunung Merapi ?”. Dan ternyata, setelah apa yang kami alami di hari Rabu (23/2/2011) itu, bersepeda mengelilingi Gunung Merapi bukan hal yang mustahil untuk dilakukan!
Kami gila? Oooo... Tidak!
Kami PEKOK? Jelas!
Etape 1 Keliling Merapi: Jogja – Boyolali
Sekitar pukul 05.30 WIB, aku bersepeda dari rumahku menuju titik kumpul di Candi Sambisari. Aku tiba di Candi Sambisari sekitar pukul 06.00 WIB. Di sana rupanya sudah berkumpul Pakdhe Timin, Angga, dan Yudhis. Tak seberapa lama, datanglah Arisma. Berlima, kami pun memulai petualangan PEKOK di bulan Februari 2011 ini.
Rute perjalanan kami sowan Mertua.
Dari Candi Sambisari, kami bersepeda ke arah utara menuju Kecamatan Cangkringan yang masuk wilayah Kabupaten Klaten, DI Yogyakarta. Kira-kira pukul 08.30 WIB, kami sampai di Cangkringan dan langsung mengisi bensin perut dulu di suatu warung soto di Desa Argomulyo. Setelahnya, kami menyebrang Kali Gendol menuju Desa Glagaharjo, masih masuk wilayah Cangkringan.
Sepanjang perjalanan, kami melaju dengan berganti-ganti patokan arah timur dan utara. Semisal saat melaju di arah timur kami bertemu jalan buntu, ya kami berbelok ke utara. Sebaliknya, ketika melaju di arah utara kami bertemu jalan buntu, ya dilanjut berbelok ke arah timur. Sederhana toh? Hehehe.
Kali Woro yang dipenuhi penambang pasir. Setiap sungai yang kami lalui selalu dipenuhi pasir.
Di tengah perjalanan kami sempat melintasi Kali Woro. Banyak penambang pasir yang memadati Kali Woro. Sepertinya selepas Gunung Merapi erupsi, terjadi peningkatan aktivitas penambangan pasir .
Waduh! Nggak berani nyasar-nyasar kalau gini caranya!
Selain itu, di mana-mana juga terlihat papan bertuliskan “Rp2.000 wajib!”. Agaknya, warga desa menarik retribusi untuk setiap truk pasir yang lewat di desa mereka. Wajar sih, sebab kondisi jalan desa jadi rusak parah akibat sering dilewati truk-truk pasir.
Etape 2 Keliling Merapi: Mampir ke Gua Maria Mawar
Kalau katanya Arisma, sekarang ini kami sudah masuk wilayah Kabupaten Klaten di Jawa Tengah. Maklum, di sepanjang jalan minim rambu-rambu penanda lokasi. Sebabnya, jalan yang kami lalui sebagian besar merupakan jalan-jalan kecil yang dikelilingi hutan.
Ya, namanya kan juga bersepeda di lereng Gunung Merapi. Hutan semua toh isinya?
Di suatu jalur hutan, akhirnya kami berjumpa dengan patok batas Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten. Horeee! Akhirnya sampai di Boyolali juga!
Patok batas di tengah hutan sebelum kejadian itu....
Setelah masuk wilayah Kabupaten Boyolali, tujuan berikutnya adalah mengantar Pakdhe Timin berziarah ke Gua Mawar Maria. Letak Gua Maria ini berada di Desa Kembang Sari, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
Harus lewat jalan setapak di dalam hutan untuk sampai ke lokasi Gua Mawar Maria.
Sekadar info, Gua Mawar Maria merupakan salah satu tempat ziarah bagi umat nasrani yang dikelilingi oleh ladang mawar. Kisah tentang Gua Mawar Maria bisa Pembaca simak di alamat http://guamariamawar.blogspot.com.
Pakdhe Timin di Gua Mawar Maria.
Selepas singgah di Gua Mawar Maria, kami lanjut bersepeda ke Kecamatan Cepogo. Aku sendiri sudah tidak asing dengan Kecamatan Cepogo. Sebab, dulu aku pernah ke sini pas ekspedisi Candi Lawang bersama Andreas, Agatha, dan Krista.
Satu hal yang bikin aku geli dan heran adalah saat ini aku ke Cepogo lagi tapi dengan naik sepeda, hahaha . Padahal tanjakan ke Cepogo ini benar-benar jahanam! Tapi, kok ya dilakoni ya? Hahaha.
Pasar Cepogo sore-sore ya masih ramai.
Pukul 15.30 WIB, kami tiba di Pasar Cepogo yang merupakan sentra sayur-mayur di Kabupaten Boyolali. Di warung yang ada di sekitar Pasar Cepogo untuk istirahat sekaligus makan siang. Eh, makan sore ding.
Etape 3 Keliling Merapi: Cepogo – Selo
Dari Cepogo kami menuju Selo. Selo merupakan kecamatan di Kabupaten Boyolali sekaligus merupakan kota titik awal pendakian Gunung Merapi. Jarak dari Cepogo menuju Selo hanya sekitar 15 km. Tapi, medan jalannya tergolong berat! Penuh kelokan serta tanjakan jahanam. Ditambah lagi, kabut mulai turun dan mengurangi jarak pandang. Waduh!
Sudah berkabut nanjak pula. Doh!
Setelah dikonfirmasi pada warga sekitar, ternyata Selo berada di ketinggian 1.560 meter di atas permukaan laut! Pantas saja dinginnya bukan main. Napas yang kami hembuskan pun terlihat berasap. Persis seperti saat ke Pakis dahulu. Hanya saja kali ini posisinya lebih tinggi.
Kontur jalan yang berliku dan menanjak.
Etape 4 Keliling Merapi: Selo – Magelang
Pukul 18.00 akhirnya kami sampai di Selo. Suasana terang berganti menjadi gelap. Udara pun makin lama makin bertambah dingin. Untuk menghalau dingin yang menusuk tulang, kami terpaksa memanfaatkan segala pakaian yang kami miliki. Alhasil sarung, jas hujan, dan kaus kami kenakan bersamaan. Biarlah kami dipandang aneh oleh warga sekitar.
Akhirnya sampai Selo juga! Fiuh...
Selepas menunaikan salat Magrib kami bertolak ke Ketep. Jarak dari Selo menuju Ketep sekitar 23 km. Untungnya, medan jalannya didominasi turunan karena Selo merupakan titik puncak tertinggi. Tapi, itu nggak serta merta bikin kami gembira. Sebab, kami harus bersepeda malam (night ride) melintasi medan jalan berupa turunan terjal, tikungan tajam, plus jalan rusak. Doh!
Kostum sepeda malam kali ini yang nyentrik itu.
Nasib belum sepenuhnya membaik sesampainya kami di Ketep. Sebab, jalan dari Ketep menuju Muntilan rusak parah dan beberapa di antaranya nggak bisa dilalui oleh kendaraan. Sepertinya, ini juga karena dampak erupsi Merapi beberapa waktu yang lalu itu.
Alhasil, dari Ketep kami nggak bisa langsung meluncur ke Muntilan. Kami harus memutar agak jauh lewat Blabak dikarenakan jembatan yang biasa digunakan sebagai jalan pintas rusak diterjang lahar dingin Merapi.
Sampai di Air Terjun Kedung Kayang tapi malam, hahahaha.
Kami tiba di Blabak pukul 22.00 WIB. Akhirnya! Berjumpa juga deh dengan peradaban modern, alias Jl. Raya Yogyakarta – Magelang yang ramai dengan truk dan bus. Singkat cerita, kami masuk wilayah Yogyakarta via Kecamatan Tempel di Kabupaten Sleman sekitar pukul 24.00 WIB.
Fiuh! Jadi, sudah berapa jam bersepeda hari ini?
Oleh-Oleh dari Mertua?
Pengalaman yang cukup gila menurutku. Bersepeda lebih dari 12 jam. Melibas banyak tanjakan jahanam. Berada di zona 10-15 km dari Merapi (untung Gunung Merapi sedang tidak erupsi ). Alhamdulillah juga di sepanjang perjalanan kami tidak diterpa hujan lebat (gerimis kecil sih biasa ya ).
Aku nggak memotivasi Pembaca untuk mecoba bersepeda mengelilingi Gunung Merapi. Ini hanya sekadar memaparkan bukti, bahwasanya mengelilingi Gunung Merapi bukan hal yang mustahil untuk dilakukan. Bila sekiranya ada jalan raya resmi yang mengelilingi Merapi, mungkin bakal lain ceritanya, hehehe.
Sebagai penutup, ini aku tampilkan foto Gunung Merapi dilihat dari sisi utara.
NIMBRUNG DI SINI
But, your experience is so cool Mas. Waw.
coba dicek gan....
pernah nyoba dari solo ke Kinahrejo...mantaf gan!!!!
Nice !! Nice !!
Kalo saya memilih jalan kaki aja, lebih gila !!
iya itu fotonya diambil jam setengah enam sore.
PEKOK!
wakkksss..pertamax!