Etika Berwisata Peninggalan Bersejarah
- Jangan buang sampah sembarangan!
- Jangan merusak peninggalan bersejarah! Kalau bisa batasi kontak fisik ke benda tersebut!
- Baca informasi sejarahnya. Kalau perlu difoto dan dibaca lagi di rumah.
- Patuhi peraturan yang berlaku!
- Jaga sikap dan sopan-santun!
- Jangan hanya foto-foto selfie thok!
- Kalau tempat wisatanya sudah ramai, jangan ke sana!
Lebih lanjut, silakan simak artikel ini.
Pada suatu perjalanan menuju Salatiga (4/3/2010), aku dan Andreas menjumpai papan petunjuk di sisi jalan. Tepatnya di Jl. Raya Solo – Semarang km 12. Persisnya setelah melewati jembatan berangka besi. Papan petunjuk itu mencantumkan nama suatu candi bernama Candi Tengaran / Candi Klero. Ya, lokasi kami pada saat itu ada di Desa Klero, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Papan petunjuk arah ke Candi Klero / Candi Tengaran yang terlihat dari Jl. Raya Solo - Semarang.
Letak Candi Klero hanya sekitar 50 meter dari Jl. Raya Solo – Semarang. Dengan posisi candi yang berada di tengah desa, wajar saja kalau suasananya sepi. Halaman Candi Klero sendiri sudah ditata dengan apik. Sekeliling candi dikitari oleh pepohonan yang menjulang tinggi. Tak jauh dari candi terdapat pemakaman desa. Apabila di halaman ini disertakan tempat duduk, wah, makin cocoklah jadi tempat wisata.
Hanya mengisi buku tamu pengunjung dan tidak ditarik retribusi.
Candi Klero yang tersembunyi oleh hiruk-pikuk Jl. Raya Solo - Semarang.
Bentuk Candi Klero mirip-mirip Candi Sambisari. Disekelilingnya tidak dibatasi pagar candi. Candi Klero hanya memiliki satu bangunan induk. Pada bangunan induk ini terdapat bilik yang berisi yoni yang sayangnya tanpa lingga. Dengan demikian Candi Klero merupakan candi Hindu.
Yoni tanpa lingga di bilik bangunan induk. Perhatikan bahwa yoni ini berhiaskan kepala naga dan kura-kura.
Langit-langit di dalam bilik. Entah kenapa kok diplester semen. Seharusnya kan tidak boleh.
Bilik bangunan induk Candi Klero ini dikelilingi oleh pelataran luas. Pada pelataran Cnadi Klero ini terlihat pondasi persegi yang disusun berjajar mengelilingi bilik. Aku menduga kuat, dahulu kala pondasi persegi digunakan sebagai pondasi pancang tiang-tiang kayu. Bisa jadi Candi Klero sebenarnya terpagari atau tertudungi oleh suatu bangunan kayu.
Pondasi persegi yang mengelilingi bilik Candi Klero.
Hal menarik lain dari Candi Klero adalah keberadaan lumpang dan alu di dekat pintu masuk. Keduanya terbuat dari batu andesit. Menurut sumber di Internet, warga menyebut batu itu sebagai Mbah Lumpang Kentheng. Cukup menarik, mengingat baru sekali ini aku menjumpai ada alat pertanian ditemukan berdampingan dengan sebuah candi.
Lumpang dan alu yang disebut Mbah Lumpang Kentheng.
Seperti biasa, setelah mengisi buku tamu, berbasa-basi sebentar dengan penjaga candi, dan memotret ala kadarnya, kami pun beranjak pergi untuk meneruskan perjalanan. Candi Klero adalah suatu peninggalan masa lampau yang tersembunyi di balik hiruk-pikuk jalan raya yang tak pernah tidur.
NIMBRUNG DI SINI
deket kos tempat PKL..
wkwkwk..siap2 update..
walaupun saya juga belum pernah ke Candi klero, wkwkwkwkwkw......
kalo mw ngliat kawasan banyubiru, ambarawa, dan sekitarnya dari perbukitan kampung ku juga bisa, tp ... terlalu jauh .... xixixixixi...
hehehee...
Klo mo liat gedung kuno yang ada di semarang, boleh mampir mampir :)
itu lokasinya habis boyolali ya bro..
mengenai lumpang alu itu rawan pencurian ya..
eh kapan ki ngajak dolan meneh :P
Lumpang karo alu ne ki abot e pol, susah dicuri.
makasih infonya ya.....maju terus...
baru tahu kalau ada candi....disitu
Satu candi lagi berhasil di explore dan di plubakasi,
Apakah kebetulan bertemu papan petunjuk atau emang udah ada niatan kesana ?
Yen isih dipake, mungkin bisa tahu nama candi yg sebenarnya kali yo :p